Bab 10a

10.9K 1.6K 80
                                    

"Sedang apa di sini?” tanya Sarah saat mendapati Elmar duduk di teras.

“Menikmati pagi,” jawab Elmar dengan wajah bercahaya. “Di mana Marry? Apa dia belum bangun?”

“Belum, Kek. Semalam badannya panas, agak susah tidur.”

“Kasihan, sudah kamu panggilkan dokter?”

“Belum, demamnya sudah reda. Jadi udah nggak ada masalah.”

Elmar mengangguk, menatap halaman berumput yang hijau dan rapi. Ada seorang tukang taman yang mereka gaji setiap bulan, bertugas khusus untuk merawat tanaman di halaman. Tukang taman itu sudah bekerja selama puluhan tahun dari istrinya masih hidup.

Ia menghela napas, memikirkan tentang almarhum istrinya. Setelah wanita itu pergi, ia seperti kehilangan separuh napasnya. Berjuang selama hampir tiga tahun melawan kangker, sang istri memilih untuk menyerah. Wanita satu satunya yang ia cintai di dunia. Setelah istrinya meninggal, ia tidak pernah ingin bersama wanita lain.

Seakan dukanya belum cukup dalam, Tuhan juga memanggil anak laki-lakinya dalam sebuah kecelakaan. Menjadikan Emilia janda dan kedua cucunya jadi anak yatim. Saat itu, rasanya seluruh keluarga hancur, mereka kehilangan satu lagi roh dalam keluarga.  Jika bukan karena Orlando yang berdiri tegar di antara yang lain, ia tidak tahu lagi bagaimana.

Lamunannya terhenti saat sebuah mobil memasuki halaman. Ia mengernyit, mengenali mobil Nathan. Dari mana laki-laki itu segini pagi baru pulang?

“Suamimu ada urusan apa? Jam segini baru pulang,” tanya Elmar.

Sarah tersenyum, berusaha menyembunyikan kegeraman. “Sepertinya proyek pabrik baru bukan? Kurang tahu, Kek.”

“Memangnya sudah deal? Setahuku Orlando belum menemukan kecocokan soal pendanaan dari bank.”

“Kurang tahu, Kek.”

Nathan keluar dari mobil dan melangkah ke teras dalam keadaan kusut masai. Penampilannya seperti orang yang begadang semalaman.

“Nathan, dari mana kamu? Jam segini baru pulang?” tegur Elmar.

Nathan menghela napas, seperti kelelahan. “Ada kendala di tanah yang akan kita bangun, Kek. Aku ke sana menggunakan mobil dari pagi buta sampai jam segini baru pulang. Aliran airnya tersumbat, dan kalau tidak salah juga terkait dengan pabrik sebelah. Aku di sana semalaman. Lihat setelanku terkena cipratan.” Ia menunjuk bajunya yang terciprat air dan tanah.

Elmar mengernyit. “Memangnya tidak ada pekerja lain? Sampai kamu harus turun tangan? Di mana mandornya?”

“Mandornya sedang sakit. Aku di sana sampai masalah  selesai, tidak ada lagi kesalahpahaman dengan pabrik lain. Belum lagi orang-orang berdemo tentang lingkungan dan sebagainya.”

“Berdemo?”

Iya, mereka tidak suka kita membangun pabrik di sana.”

“Kenapa mereka tidak melakukan itu saat Orlando ke sana?”

Nathan mengangkat bahu. “Entahlah, Kek. Tapi semua sudah berhasil aku redam. Ada apa, Kek? Setelah istirahat dan tidur sebentar, aku ke kantor lagi. Perjalanan ke luar kota yang menguras tenaga.”

Elmar mengendus udara. “Bau pakaianmu kenapa seperti gas?”

Nathan mencium pundaknya. “Ah, ya. Ke pabrik tetangga, ada tanya soal saluran gas untuk pabrik. Sepertinya punya mereka bocor.”

Elmar menggeleng dan melambaikan tangan. “Lain kali hati hati, jangan sembrono. Sudah, kamu istirahat sana!”

Nathan mengangguk dan bergegas pergi. Saat Sarah tidak beranjak dari kursinya, Elmar bertanya heran. “Kamu tidak membantu suamimu?”

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant