Bab 17b

10.5K 1.6K 249
                                    

Lobi gedung berlantai sepuluh itu ramai oleh pengunjung. Sebagian adalah para pekerja kantor, tapi banyak juga yang orang luar. Beberapa set sofa besar diletakkan di sudut lobi, dekat dengan jendela. Disediakan untuk orang-orang yang ingin bercakap-cakap di lobi. Tanpa jendela dengan bagian depan dan pintu lobi berupa kaca bening yang menunjukkan bagian luar.

Osman duduk di sofa paling pojok dengan kacamata dan masker menutupi wajah. Pandanganya terarah secara sembunyi-sembunyi pada dua laki-laki yang baru saja datang dan kini sedang mengobrol di depan lift khusus, tanpa ada orang lain bersama mereka.

Saat lift mulai meluncur naik, Osman bangkit dan melangkah buru-buru untuk  melihat angka pemberhentian. Ia tersenyum, ternyata mampu menebak dengan benar. Mengeluarkan ponsel, ia memfoto diam-diam lalu kembali ke tempat semula. Menunggu dengan sabar hingga dua jam kemudian, kedua laki-laki itu kembali keluar dari lift yang sama dan kini melangkah cepat mengikuti mereka.

Keduanya berpisah di parkiran mobil dan Osman terdiam di dekat pos keamanan. Sudah cukup apa yang ia lihat hari ini, sudah waktunya kembali ke kantor.

**

Orlando memaksa untuk ke kantor meski lukanya belum sembuh sepenuhnya. Bianca tidak bisa melarang laki-laki itu.  Saat dokter pribadi didatangkan khusus dari rumah sakit mengatakan kalau lukanya tidak lagi infeksi, Orlando langsung Menyusun rencana untuk kembali ke kantor. Tidak peduli meski Bianca membantah.

“Banyak hal yang terbengkalai karena aku terlalu lama istirahat.”

“Padahal lukamu masih sakit.”

“Hanya nyeri kecil.”

Bianca membantu laki-laki itu memakai kemeja, dasi, dan jas karena tangan Orlando belum leluasa untuk digerakkan.

“Kalau nanti terasa sakit bagaimana?”

“Aku akan ke rumah sakit terdekat.”

Orlando berbalik, menatap Bianca yang terlihat kuatir. Membelai lembut pipi wanita itu, ia berucap sambil tersenyum. “Aku akan menjaga diriku sendiri. Kamu sebaiknya bertemu dengan Sarah untuk mempersiapkan pesta ulang tahun Kakek.”

Bianca terbelalak. “Ah ya, Kak Sarah meneleponku tadi pagi. Kami ada akan bertemu di toko siang ini.”

“Bagus, buatlah dia sibuk. Kakakku itu membutuhkan teman untuk diajak bicara.”

Bianca mengangguk. “Tentu saja.”

“Jangan lupa mempersiapkan gaun untuk ke pesta denganku. Harus lebih bagus dan lebih mewah dari yang kamu pakai saat ke pesta Giana. Aku tidak ingin kalah bersaing dengan pemuda sialan itu!”

Bianca berdiri bingung, menatap punggung Orlando yang menjauh. Kenapa laki-laki itu memintanya membeli gaun yang lebih mewah? Detik itu juga ia tersenyum, menyadari kalau Orlando cemburu.  

**

Sesampainya di kantor, Orlando langsung menggelar rapat. Dihadiri oleh beberapa pejabat tinggi perusahaan, ada pula Nathan dan Federick. Mereka melakukan pertemuan selama hampir lima jam sebelum akhirnya selesai tanpa kesepakatan pasti, karena masing-masing pihak punya argument masing-masing dan tidak ingin mengalah. Terlepas dari adanya beda pendapat, Orlando yang kelelahan menutup jalannya rapat.

“Pihak dewan direksi tidak akan suka dengan caramu, Orlando.” Nathan mengikuti adik iparnya. Berdiri di depan meja Orlando dan berkacak pinggang. “Bukankah keputusan soal pembangunan pabrik sudah dibuat? Aku bahkan sudah ke sana untuk memeriksa.”

Orlando menyelesaikan tanda tangan di atas kertas lalu menyerahkan pada Federick. “Kamu bawa ini ke Pak Felius. Katakan pada beliau, aku menunggu jawaban segera.”

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora