Bab 4b

11.1K 1.5K 82
                                    

Dijemput oleh Antoni, Bianca menemui sang papa. Ia dibawa ke kantor Osman dan untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di lantai marmer sebuah gedung bertingkat. Ia berdecak kagum pada megahnya gedung dan penampilan orang-orang yang berlalu lalang di lobi. Ia iri, karena mereka punya pekerjaan serta sesuatu untuk dikerjakan, berbeda dengan dirinya yang terkurung di rumah besar tanpa melakukan apa pun.

“Antoni, apa kamu tahu apa yang terjadi dengan toko Bella?”

Antoni mengangguk. “Sudah tutup, Kak.”

“Apa Orlando tahu kalau Bella punya toko?”

“Iya.”

“Menurutmu, apa aku bisa meneruskan usaha Bella?”

Kali ini Antoni menggeleng. “Saya tidak tahu. Terus terang kurang berpengalaman soal itu.”

Mereka menaiki lift, Bianca menyandarkan tubuh ke dinding dan memandanga Antoni. “Berapa lama kamu bekerja sama papaku?”

“Dari saya muda.”

“Kapan itu?”

“Bertahun-tahun lalu.”

Jawaban Antoni yang singkat penuh kemisteriusan. Bianca tidak mendesak. Ia akan mempelajari pelan-pelan orang-orang yang ada di sekitarnya, sebagai Bella tentu saja. Ia dibawa masuk ke ruangan besar yang merupakan tempat kerja Osman. Setelah Antoni pergi, Osman bertanya tanpa basa-basi.

“Mana rekaman yang aku minta. Jangan bilang kamu tidak mendapatkannya!”

Bianca menarik napas panjang dan mengulurkan  ponselnya. “Bukankah bisa dikirim, kenapa harus aku ke sini?”

Osman tidak menjawab. Ia meraih ponsel dan mendengarkan rekaman serta mengulangnya beberapa kali. Mengambil kabel data untuk menghubungkan ponsel dan laptop, ia memindahkan rekaman itu.

“Ponselmu bisa disadap, apa pun yang kamu kirimkan terutama padaku, mereka akan tahu.”

“Siapa mereka?” tanya Bianca.

“Jangan banyak tanya. Hapus sekarang rekaman itu!”

Menuruti permintaan sang papa, Bianca menghapus rekaman. “Begitu banyak misteri dalam kehidupan Bella. Apa Papa tahu kalau Orlando tidak mencintainya?”

Osman mendengkus. “Bella mengerti konsekuensinya saat menikah dengan laki-laki itu.”

“Bukankah itu sama saja dengan dia dijual?”

“Jaga mulutmu!” desis Osman. “Dari dulu kamu tidak berubah, kasar dan liar.”

“Bella lebih lembut dan penurut, karena itu dia ditindas dan Papa membiarkannya menderita?”

Osman menggebrak meja. “Tahu apa kamu soal Bella?”

Bianca menggeleng. “Tidak tahu apa-apa, selain kami berbagi garis keturunan yang sama. Karena itulah, aku akan mencari tahu apa yang terjadi dengan Bella selama ini!” Saat melihat papa bangkit dari kursi, Bianca memasang kuda-kuda. “Pa, jangan coba-coba memukulku. Kali ini, aku akan melawan!”

“Berani kamu!”

“Tidak ada orang yang mau disakiti. Tidak peduli apakah itu orang tuanya sendiri!” jawab Bianca dengan ketegasan di binar mata. Ia tidak gentar, meski sang papa terlihat sangat murka. Ia tidak akan membiarkan dirinya terus menerus menerima penganiayaan.

Mereka berdua berjengit saat pintu membuka dan sosok Lidia muncul. Wanita itu mengernyit melihat mereka.

Well-well, ada pertemuan keluarga rupanya.”

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Where stories live. Discover now