Bab 17a

10.3K 1.6K 130
                                    

“Benarkah kamu pernah punya bekas luka, Bella?”

Pertanyaan Orlando membuat Bianca terdiam. Meneguk ludah, ia menggeleng perlahan. “Tidak ingat.”

“Mana mungkin!” sergah Jenifer. “Kamu mungkin tidak ingat setelah kecelakaan itu tapi bekas luka itu tidak hilang kecuali kamu operasi plastik.”

Tiga pasang mata tertuju padanya dengan pandangan menyelidik, Bianca seolah sedang diadili. Ia memutar otak, mencari jalan keluar dari pertanyaan yang kini menyudutkannya. Semua di luar perkiraannya. Siapa sangka kalau Bella ternyata punya bekas luka dan ia tidak mengetahuinya. Mengusap bahunya perlahan, ia tersenyum kecil.

“Maafkan aku, tapi aku sama sekali tidak ingat bekas luka dan kenapa menghilang. Bisa jadi, aku dulu mengoperasinya.”

Jenifer berpandangan dengan Lidia. Ada kilat aneh di mata mereka. Sedangkan Orlando masih berdiri tenang, menatap Bianca.

“Kalau kalian memang bersikeras ingin tahu, kenapa tidak tanya Papa? Selama kecelakaan, dia yang merawatku,” lanjut Bianca.

Orlando menggeleng. “Tidak usah. Kamu sebaiknya berganti baju, Bella. Nanti kedinginan.”

“Tunggu, kami belum selesai bicara!” sergah Jenifer.

“Istriku bisa sakit kalau kedinginan. Pergilah!”

Tanpa disuruh dua kali, Bianca melesat pergi. Orlando menatap Lidia dan Jenifer yang terdiam.

“Ada keperluan apa, Anda berdua datang kemari?”

Jenifer seketika tersadar, menghampiri Orlando dan bertanya dengan nada serius. “Bagaimana kabarmu? Lukanya seperti apa?”

“Lukaku sudah lumayan sembuh,” jawab Orlando.

“Kami datang karena kuatir.” Kali ini Lidia yang bicara. “Sebenarnya ingin menjenguk ke rumah sakit tapi mendapat kabar kamu sudah keluar.”

“Terima kasih atas kebaikan kalian. Aku sudah membaik.”

Lidia dan Jenifer berdiri canggung. Mereka ingin lebih lama berbincang tapi Orlando tidak mengajak duduk. Saling pandang dan berrtukar senyum, ibu dan anak itu berpamitan pulang.

“Ke mana mereka?” tanya Bianca saat mencapai lantai ruang tamu.

“Sudah pergi.”

“Wow, cepat sekali.”

Orlando menatap Bianca yang sudah berganti pakaian dengan gaun bermotif kembang warna kuning. Terlihat segar bagai matahari pagi. “Mau jalan-jalan ke taman?” tanyanya.

Bianca mengangguk cepat. “Ayo! Apa kita perlu bergandengan tangan?”

“Tidak usah. Lebih kita berciuman. Itu akan lebih menghemat waktu.”

Bianca mendengkus. “Kamu sedang sakit, Tuan Orlando. Jangan macam-macam.”

“Yang terluka punggung dan bahuku, bukan bibirku.”

Bianca terdiam. Hatinya merasa sedikit senang karena Orlando kini jauh lebih menyenangkan saat diajak bicara. Bisa jadi, karena mereka berdua selamat dari serangan itu, membuat laki-laki itu menyadari pentingnya kebersamaan.

Mendesah dalam hati, Bianca memperingatkan diri sendiri untuk tidak larut dalam perasaan. Bagaimanapun, mereka bukan pasangan yang sebenarnya. Jenifer dan Lidia sudah mulai curiga padanya. Menentukan rencana, ia ingin bertemu sang papa dan mendiskusikan masalah ini.

Layaknya sepasang kekasih, keduanya bergandengan keliling taman. Sesekali Orlando menggoda dan mengecup bibirnya. Di tikungan dekat kolam renang, laki-laki bahkan menghimpitnya ke pohon mangga yang rindang dan mengulum bibirnya.

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Where stories live. Discover now