Bab 23a

8.8K 1.2K 68
                                    

Hujan turun deras membasahi bumi disertai angin kencang. Jalanan dan tanah digenangi air dan membuat orang-orang enggan untuk melangkah keluar, belum lagi ketakutan akan pohon yang akan tumbang. Kendaraan menumpuk di ruas-ruas jalan, menimbulkan kemacetan panjang. Klakson berbunyi saling bersahutan dan membuat pekak telinga.

Osman memarkir kendaraannya di depan sebuah bangunan tua. Ia menatap melalui kacanya yang berkabut karena hujan ke arah pintu gedung. Dua orang yang ia buntuti sedari tadi, belum keluar dari sana, padahal sudah lebih dari satu jam lalu. Ia menggosok tangannya, berusaha mengusir dingin. Meraih kamera dan melihat hasil foto-fotonya. Ia berencana akan mengirimkan pada Orlando nanti malam, atau lebih baik kalau bertemu langsung.

Matanya terbelalak saat beberapa menit kemudian, dari dalam muncul dua orang yang ia tunggu diikuti satu orang lain. Ia mengenali laki-laki gendut dengan rambut botak meski melihat dari jauh. Setahunya, laki-laki itu sudah pergi jauh entah ke mana dari puluhan tahun silam. Entah kenapa, tiba-tiba ada di sini.

Ia meraih ponsel dan mengirim pesan cepat. "Baskara kembali, selidiki di mana dia selama ini. Apakah Lidia tahu soal dia?"

Setelah pesan terkirim, ia mengembalikan ponsel dan kembali memotret. Dua orang yang ia buntuti, kini bersalaman dengan laki-laki yang ia kenali sebagai Baskara. Selesai memotret, ia mengambil kabel data untuk menghubungkan kamera ke ponsel. Memindahkan sebagian foto ke email.

Orang-orang di depan gedung mulai memasuki mobil masing-masing. Ia pun sama, menstarter kendaraan dan melaju perlahan mengikuti mobil warna hitam yang sudah lebih dulu melaju menuju jembatan layang.

Hujan yang turun deras cukup menganggu pandangannya. Osman harus memajukan tubuh untuk melihat ke arah jalanan yang digenangi air. Mobil di depannya melaju kencang, ia yang tak ingin ketinggalan berusaha mengikuti. Hingga sebuah mobil melaju kencang dari arah belakang dan menghimpit mobilnya.

Osman yang kaget, membanting stir ke arah pinggir jalan. Namun, mobil yang menghimpitnya tidak mau pergi. Ia berusaha tetap melaju hingga kini ada mobil lain yang juga berusaha menghimpitnya. Demi menghindari tabrakan dan benturan, Osman lagi-lagi membanting stir ke kiri hingga menubruk pagar jembatan dan sebuah truk melaju dari belakangnya dan menghantam bagian belakang mobilnya. Tak ayal lagi, kendaraan Osman melayang dari jembatan dan jatuh terbalik di taman kota.

**

"Tumben, sore begini kamu datang ke toko."

Bianca menyambut Orlando yang datang saat hari berhujan. Laki-laki itu tersenyum, mengibaskan air yang membasahi jasnya.

"Sedang berada tak jauh dari sini. Ingin mampir saja, sekalian menjemputmu pulang."

"Wah, senang rasanya dijemput. Ayo, masuk dulu. Kebetulan tadi siang memesan hot pot untuk dibawa ke rumah. Karena kamu sudah di sini, mau makan tidak?"

Orlando mengangguk. "Hujan-hujan bikin lapar."

Saat Orlando datang, Antoni secara Ajaib menghilang ke ruang belakang dan tidak muncul kembali. Bianca memakai apron dan mengambil bahan makanan dari dalam kulkas. Menyalakan kompor listri dan menuang kuah kaldu ke dalam panci. Ia menoleh saat Orlando memeluknya dari belakang.

"Ehm, kamu wangi bunga."

Ia terkikik. "Benarkah? Padahal aku sedang berkeringat."

"Justru itu daya tariknya. Wanita yang berkeringat dengan rambut yang dikuncir ekor kuda, sungguh menarik."

Bianca terkekeh saat Orlando menciumi tengkuknya. "Tolonglah, aku mau memasak."

"Kuahnya belum mendidih. Kita bisa melakukan hal lain."

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang