Bab 8b

10.5K 1.6K 101
                                    

“Hebat kamu, ya. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.” Nathan berucap santai, dengan mulut menyunggingkan senyum licik, membanting dokumen di atas meja Orlando. “Niatnya meninjau pabrik, ternyata bermesraan dengan wanita lain.”

Orlando meraih map dan membukanya. “Bicara apa kamu?”

“Jangan berpura-pura tidak mengerti, Orlando. Kita sama sama bajingan dalam hal wanita!” Kali ini Nathan tertawa penuh kemesuman.

“Kalau kamu masih bicara ngaco, keluar dari kantorku!”

Gertakan Orlando tidak membuat Nathan gentar. Ia meraih ponsel dan menunjukkan tayangan video. “Kamu masih mau berkilah? Apa ini?”

Orlando meraih ponsel dan melihat tayangan itu. Ada dirinya dan Giana dalam kerumunan wartawan. Wajahnya kaku seketika. Ia mendesah, menahan diri untuk tidak membanting ponsel.

“Apa semua orang melihat berita ini?” tanyanya kaku.

Nathan mengangguk. “Tentu saja, ini bahkan lebih besar dari isu nasional tentang kenaikan harga BBM.”

“Kakek pasti tahu.”

“Entahlah, yang pasti kamu mempermalukan kami. Sungguh hebat seorang Orlando Kerrs, demi cinta melupakan citra keluarga.”

Nathan pergi dengan tawa mengejek terdengar nyaring dari mulutnya. Orlando mengepalkan tangan, merasa kecolongan. Selama ini, hubungannya dengan Giana tidak pernah terendus media. Orang-orang yang berada di lingkup pergaulannya memang tahu hubungan mereka tapi tidak dengan khalayak umum. Seketika pikirannya tertuju pada sang kakek yang akan keluar dari rumah sakit hari ini. Takut terjadi sesuatu, ia bangkit dari kursi dan setengah berlari menuju lift.

Di jalan, ia mencoba menghubungi istrinya tapi tidak diangkat. Ia tidak tahu, apakah kemarahan sang istri ada hubungannya dengan Giana. Ia berniat akan menjelaskan nanti kalau mereka bertemu di rumah.

Detik itu juga ia merasa heran sekaligus bingung. Ia yang dulu, bebas melakukan apa pun, tidak perlu penjelasan terhadap wanita yang ia nikahi. Ia bahkan banyak melakukan hal secara sengaja demi untuk menyakiti Bella. Namun, entah kapan pikirannya berubah. Di hadapan istrinya tidak lagi ingin dicap manusia brengsek.

“Kek, sudah siap pulang?” Ia mengetuk pintu ruang rawat dan masuk. Mendapati sang kakek sudah berpakaian rapi dengan dua pengawal di sampingnya.

“Untuk apa kamu datang kemari?” tanya Elmar.

“Menjemput Kakek.”

“Aku bisa pulang sendiri. Belum setua itu sampai tidak bisa jalan. Bukankah Nathan yang seharusnya menjemnputku?”

“Dia sibuk!”

“Kamu tidak sibuk begitu?”

Mengabaikan omelan sang kakek, Orlando meraih lengan laki-laki tua itu dan  memapahnya keluar. Mereka berpamitan dan mengucapkan terima kasih pada para dokter dan suster.

“Kita pulang lewat jalan belakang, mobil sudah aku siapkan,” ucap Orlando.

“Kenapa lewat pintu belakang?” Elmar bertanya heran.

“Di depan, ada banyak wartawan menunggu Kakek.”

Elmar mendengkus, menatap anaknya dengan sengit. “Lihat apa hasil dari perbuatanmu. Bisa-bisanya kamu membuat malu kami semua!”

“Aku akan memperbaikinya.”

“Memperbaiki? Bagaimana caranya? Sekarang semua orang tahu kalian berpacaran. Lalu, bagaimana kalau media mengendus pernikahanmu. Hah? Sudah kamu pikirkan bagaimana perasaan Bella?”

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang