Bab 11b

10.9K 1.7K 289
                                    


Well, lihat siapa ini.” Grafin tersenyum manis, menatap Orlando dan Jenifer yang berdiri bersisihan.

Giana mendekat, bertanya heran pada adiknya. “Grafin, kamu membawa Bella?”

“Iya, Kak. Bella patnerku malam ini.”

Bianca tersenyum kecil, mengedarkan pandangan pada Jenifer dan Giana yang terbelalak, lalu pada Orlando yang berdiri dengan tubuh kaku dan wajah mengeras. Ia menyimpan senyum dalam hati karena sudah berhasil mengejutkan mereka semua.

Giana menatap Bianca dari atas ke bawah, mengenali perhiasan yang dipakai wanita itu. Matanya berpindah pada sang adik. “Grafin, itu--,”

“Ah, perhiasan hasil karyamu. Sungguh indah saat Bella yang memakainya. Maaf, kami masih harus menyapa teman-teman yang lain.”

Grafin mengulurkan lengan, dan Bianca memegangnya. Mereka berdua kembali berkeliling ruangan untuk menyapa orang-orang. Bianca tidak tahu, apa yang akan terjadi nanti saat sudah di rumah, dilihat dari wajah Orlando yang mengeras, ia tahu laki-laki itu marah.

“Apa kamu melihat reaksi suamimu?” tanya Grifin saat memberikan segelas minuman padanya.

Bianca menerima dan meneliti isinya. “Dia marah. Aku tahu. Bukan karena aku datang ke pesta ini tapi karena kamu mengajakku. Ego laki-laki. Minuman ini tidak beralkohol’kan?”

“Kenapa kamu nggak suka minuman beralkohol?”

“Ehm, daya tahanku lemah terhadap alkohol.”

“Baiklah, kita ganti kalau begitu. Yang ringan saja misalnya minuman bersoda.”

Grafin mengganti gelas minuman Bianca dengan yang lain. Saat itulah, ia dipanggil salah seorang teman dan meninggalkan Bianca di dekat meja bundar. Mengamati sekelilingnya, Bianca menyesap minuman. Ada beberapa laki-laki yang melewatinya sekadara menyapa atau mengajaknya berkenalan dan ia menolak secara halus. Tidak ingin menjadi pusat perhatian, ia mendekati jendela dan berdiri di sana sambil menyesap minumannya.

“Berani kamu, ya. Datang ke pesta dengan pakaian seperti itu? Lagi pula, siapa yang mengundangmu?”

Bianca mengenali suara itu, ia berbalik dan menatap Jenifer dengan senyum terkulum. “Kakak tiriku tersayang, apa kabar? Anggun sekali kamu dengan gaun putih itu?”

Sementara Jenifer melotot, Bianca hanya tersenyum kecil sambil mengangkat bahu. Ia meneruskan minum, bersikap seolah olah tidak ada Jenifer di sampingnya.

“Jangan mengabaikanku Gadis Miskin. Kamu pikir karena memakai gaun indah bisa menutupi jati dirimu?”

Bianca meraba alis kanan dan tersenyum, menatap Jenifer yang terlihat bengis. “Kakakku sayang, aku di sini sama sepertimu, sebagai tamu. Kenapa kamu harus mengamuk?”

“Sialan! Jangan membuatku marah, Bella.” Jenifer mendekat dan mendesis di telinga Bianca. “Kamu tahu akibatnya kalau menentangku.”

“Ups, maaf. Kalau begitu aku tanya, apa maumu? Karena Grafin yang mengajakku kemari. Tidakm mungkin aku meninggalkan tempat pesta sekarang.”

“Kamu bisa menyelinap lalu kabur.”

“Oh, begitu? Kenapa? Jangan bilang kamu merasa tersaingi olehku.”

“Apaa?”

“Awas, Kak.”

Bianca menarik kakak tirinya minggir saat seorang pelayan lewat dengan nampan berisi banyak minuman. Hampir saja pelayan itu menubruk Jenifer kalau bukan Bianca yang menariknya. Saat Jenifer yang tersadar menegakkan tubuh, tanpa diduga tubuh pelayan itu oleng dan dua gelas minuman tumpah di gaun Jenifer.

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Where stories live. Discover now