Bab 7b

11.2K 1.6K 139
                                    


K

eesokan hari, Orlando berpamitan pergi. Bianca mengangguk kecil, menjawab dengan sedikit basa-basi. Menatap kepergian laki-laki itu dengan pikiran berkecamuk. Tadi malam, mereka bercumbu hingga nyaris lupa diri, bahkan ia masuk mengutuk tindakan yang dirasa tak masuk akal. Bercumbu dengan Orlando, laki-laki yang dibenci dan juga salah satu tersangka pembunuhan Bella. Ia selalu mengingatkan diri sendiri untuk tidak jatuh dalam pesona laki-laki itu. Orlando adalah musuh, bukan teman bercinta. Ia tidak akan membiarkan dirinya jatuh dalam pesona laki-laki itu.

 Menatap bayangannya yang pucat terpantul di cermin, Bianca merasa kepalanya masih agak berat. Belum sepenuhnya pulih dari flu. Meski begitu, ia tetap ingin ke rumah sakit untuk menemani Elmar.

Sesampainya di sana, ia dibuat kaget dengan kedatangan sang papa, Lidia, dan Jenifer. Sosok mereka memenuhi ruang rawat VVIP.

“Ah, itu dia cucu mantuku.” Elmar menunjuk kedatangan Bianca dengan wajah berbinar. “Setiap hari dia yang sibuk mengurusku.”

“Kenapa tidak bilang pada kami, Pak. Biar kami atur perawat professional.” Lidia memberi usulan, melirik ke arah Bianca yang meletakkan barang-barangnya di atas meja.

“Tidak perlu merepotkan, Bu. Bella lebih dari mampu untuk merawat saya.” Elmar terkekeh gembira.

Bianca menebar senyum, pada sang papa dan Lidia yang duduk kaku di samping ranjang. Menatap sekilas pada Jenifer yang berdiri angkuh di ujung ranjang.

“Kakek, kalau bosan atau ingin ditemani, biar aku saja.” Jenifer menawarkan diri dengan senyum tercipta di bibir.

“Tidak perlu, tidak usah repot-repot. Cukup Bella saja.”

Semakin banyak yang ditawarkan Lidia dan Jenifer, semakin gigih Elmar menolak. Bianca hanya mendengarkan obrolan mereka tanpa kata. Sibuk merapikan makanan yang ia bawa.

“Bella, Kakek lapar. Kamu bawa makanan apa?” Panggilan Elmar membuatnya mendekat.

“Bubur, Kek. Mau?” ucapnya.

“Tentu.”

Saat Elmar makan bubur, Osman menatap dengan tidak enak hati. “Kami yang tidak tahu diri. Maafkan, Pak. Datang tanpa membawa makanan.”

Elmar mengibaskan tangan. “Kalian bawa banyak buah dan cemilan sehat. Itu sudah cukup. Lagi pula, aku suka masakan Bella dan memintanya memasak secara khusus.”

Semua mata tertuju pada Bianca. Lidia dan Jenifer menunjukkan wajah kaku saat Elmar tak henti-hentinya memuji Bianca. Rasa kesal dan iri bercampur dalam dada mereka. Saat Bianca berpamitan ke luar untuk mengambil resep, Jenifer mengikuti.

“Besar kepala kamu sekarang, ya?”

Bianca tidak mengindahkan gumaman Jenifer. Ia mendatangi suster dan berniat menebus resep.  Siapa sangka, Jenifer terus mengikuti langkahnya di lorong.

“Jangan pura pura tuli Gadis Miskin! Kamu pikir dengan sikapmu yang sok baik, semua orang akan tertipu?”

Menghentikan langkah di depan lift, Bianca menatap Jenifer terang-terangan. Mencoba menilai tentang wanita muda manja, kaya raya, dan arogan di depannya. Ia tidak tahu bagaimana dulu Bella menghadapi Jenifer, kalau dilihat dari yang sudah ia alami, pasti hanya bisa menerima tanpa membantah.

“Kenapa kamu lihat lihat?” bentak Jenifer.

Bianca menghela napas. “Kak, aku bingung bagaimana caranya tekanan darahmu tetap stabil sedangkan emosimu meledak-ledak seperti ini.”

“Apa?” Jenifer melotot.

“Nah’kan? Melotot, marah lagi. Awas, nanti stroke!”

Jenifer mengepalkan tangan di sisi tubuhnya, menatap sosok Bianca yang masuk ke dalam lift dan menghilang di dalamnya. Tadinya ia berharap, datang ke rumah sakit akan bertemu Orlando. Namun nyatanya, justru sakit hati yang didapat karena sang kakek yang terus menerus memuji saudara tirinya. Terpaksa, ia harus memutar otak. Mencari cara lain untuk mendekati Orlando.

Rahasia Istri Miliarder (Billionare's Wife Secret)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ