Nerd | 14

54.7K 6K 185
                                    

Devin berbaring terlentang di atas ranjangnya sembari menatap langit-langit kamarnya, kemudian dia mengangkat bibirnya tersenyum tipis. Dia mengingat pertandingan basketnya dengan Leta tadi dan tentu saja, jika Devinlah pemenangnya.

Flashback on...

“Bentar,” ucap Leta ketika mereka berdua akan memulai pertandingan. Gadis itu melepaskan kedua ikat rambutnya, lalu membuang salah satu ikat rambutnya. Dia mengikat rambutnya menjadi satu. Devin yang melihat leher jenjang mulus milik Leta, meneguk ludahnya sendiri.

Sial, kenapa gue jadi gugup sendiri? Tanya Devin merutuki dirinya.

Leta lalu melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di pinggir lapangan. Tidak mungkin kan, dia bermain basket menggunakan kacamata? Bisa-bisa kacamata itu akan jatuh kemudian terinjak.

“Lo nggak pake kacamata? Emang bisa lihat?” Leta mendengus. 

“Aku cuma minus dikit kok, jadi nggak masalah.” Jelas dia berbohong, Leta tidak mempunyai mata minus. 

Kemudian, mereka berdua memulai pertandingan basket. Dengan ketentuan, siapa yang pertama memasukkan bola ke dalam ring sebanyak lima kali adalah pemenangnya.

Yang pertama menguasai bola adalah Leta, gadis itu terus men-driblle bola itu, dengan cekatan dia bisa dengan mudah melewati Devin yang akan merebut bola di tangannya. 

Leta yang merasa tidak ada tanda-tanda jika Devin akan merebut bola dari tangannya, dia tidak membuang kesempatan untuk memasukan bola dengan jarak ring yang sedekat ini.

“Yess!!” sorak Leta ketika dia berhasil memasukkan bola teresebut ke dalam ring.

Devin tertawa dalam hati, jago juga si cupu, batinnya. Tapi Devin tidak akan mudah membiarkan gadis itu menang darinya, bisa-bisa image Devin hancur jika dikalahkan oleh si cupu.

Pertandingan berlangsung sengit, tidak ada tanda-tanda dari mereka berdua yang ingin mengalah. Sekarang poin mereka sama, yaitu 4:4 yang artinya, siapa orang yang berhasil memasukkan bola itu ke ring, dia adalah pemenangnya.

Shit! Pokoknya gue harus menang. Yakali, gue teru-terusan jadi babu si Devin.

Leta berhasil merebut bola basket dari tangan Devin, lalu dia menggiring bola itu mendekati ring. Devin tidak ingin kalah, dia mengejar Leta dan mencoba untuk merebut bola itu. Sampai tidak disadari, posisi mereka seperti Devin mendekap Leta dari belakang.

Leta melirik Devin yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya, bisa dia rasakan hembusan napas lelaki itu di leher jenjangnya.

Tiba-tiba Devin mendekatkan wajahnya pada Leta dari samping, terus mendekat-katakan saja jika lelaki itu seperti mendekati bibirnya? Leta sedikit kesusahan meneguk ludahnya. Lain halnya Devin, dia tersenyum licik melihat itu dan dia tidak membuang kesempatan, Devin langsung merebut bola dari tangan Leta.

Sedetik kemudian Leta tersadar dari lamunannya, dia mengumpat dalam hati pada Devin. Devin men-dribble bola itu dan langsung melemparkannya ke arah ring. Yap, bola masuk ke dalam ring. 

“Yessss!” Devin bersorak senang. Lain halnya dengan Leta yang mendengus kesal.

“Gimana? Gue menang, tepati janji lo,” ucap Devin dengan wajah meledek. Leta langsung memutar bola matanya.

“Sebutin permintaan kamu.” Devin mengetuk-ngetukkan jari telunjuk pada dagunya mencoba untuk berpikir.

“Untuk saat ini, gue belum punya permintaan. Mungkin nanti.” Leta menatap datar pada Devin yang terlihat sangat menyebalkan di hadapannya.

“Terserah kamu, sekarang masuk kelas dulu. Nanti aku yang dimarahin Pak Budi lagi,” ucap Leta mengambil kacamatanya kembali dan meninggalkan Devin.

Devin melihat ke arah tangan kirinya yang memperlihatkan jam tangannya. Kemudian beralih melihat Leta yang berjalan menjauh, dia langsung menyusul gadis itu dan memegang pergelangan tangannya.

Leta mengernyit menatap Devin. “Percuma balik ke kelas, sepuluh detik lagi bel istirahat berbunyi.” Leta semakin menyatukan alisnya. Dan tepat sepuluh detik berikutnya, bel istirahat berbunyi.

“Kan, mending ke kantin yuk,” ajak Devin menaik turunkan alisnya. Dengan pasrah Leta menuruti ucapan lelaki itu, lagi pula dirinya memang sangat haus karena bertanding basket dengan Devin tadi. Devin langsung menerbitkan senyum melihat Leta yang menuruti ucapannya.

Flashback off...

Devin terus saja tersenyum mengingat itu, kemudian dia mengambil bantalnya untuk menutupi wajahnya. Detik berikutnya, dia langsung membuang bantal itu.

“Sadar, Vin! Lo ngapain senyum-senyum kayak orang gila hah?!” Devin bermonolog sendiri.

“Oke, gue senyum karena puas ngalahin si cupu itu. Dan karena itu, sekarang gue akan lebih mudah untuk mendekatinya,” ucap Devin. Ingat ya para pembaca yang budiman, Devin tersenyum karena menang dari Leta, bukan alasan yang lain.

Kemudian Devin mendengar suara pintu yang terbuka di lantai bawah, dia berdiri dari tempat tidurnya dan menuruni tangga. Dia melihat ke arah pria paruh baya di sana, dia sedikit kaget mendapati papanya berada di rumah pada jam segini.

“Papa?” Papanya Devin langsung menoleh pada anaknya, kemudian tersenyum. Devin mendekat ke arah papanya.

“Tumben, jam segini udah di rumah?”

“Papa pulang karena ada berkas yang ketinggalan, ini juga mau pergi lagi,” sahut papanya yang terlihat sangat buru-buru. Devin mengangguk, kemudian papanya pergi begitu saja dari hadapannya.

Devin tertawa miris, dia melihat ke sekeliling rumahnya yang sepi. Sudah biasa rumahnya sepi seperti ini, kenapa dia harus merasa miris lagi? Memangnya apa yang dia harapkan? 

Dia merogoh saku celananya dan mengambil sebuah ponsel. Kemudian mencari kontak sahabatnya yang dikenal dengan si tukang minta, kalian tahu dia siapa kan? Sudah jelas itu adalah Adriel yang suka minta-minta kepada para sahabatnya.

Adriel

P

Watt hepen? Punten, ini siapa? Ngechat kok nggak ada sopan-sopannya? 🙄

BCT!

Hehe, selow Vin. Tumben ngechat, kangen ya lo?

Posisi?

Posisi apaan? Posisi pantat gue? Ya di bawah lah, masa di atas kepala, kan nggak lucu

Udah pernah dibacok belum pantatnya?

Hehe, iya Vin bercanda elah. Gue lagi di kuburuan nih

Ngapain di kuburan?

Nyari jimat, biar harta kekayaan Bapak gue nggak akan habis 17 turunan, 17 tanjakan

Serah lo lah

Nongkrong tempat biasa, kuy?

Sama lo doang?

Maaf Vin, tapi kalo cuma bareng lo doang gue takut dikira kita itu pasangan. Yakali kan, gue pacaran sama lo. Gue kan masih doyan cewek, Vin 😝

Gue traktir

Otw Vin!!

Devin menggelengkan kepala pelan melihat balasan dari sahabatnya. Selalu di rumah sendirian membuat Devin sangat bosan, dan satu-satunya orang yang bisa dia ajak bermain setiap saat adalah Adriel. Karena Ferdi dan Leo pasti sedang sibuk belajar untuk mempersiapkan ujian yang akan datang.

Devin kembali naik ke kamarnya untuk mengambil jaket dan kunci motornya, setelah itu dia berjalan ke garasi rumah. Mengendari motornya untuk menuju tempat yang dia biasa datangi bersama ketiga sahabatnya.















To be continued...

NERDWhere stories live. Discover now