Nerd | 44

41.6K 4.5K 123
                                    

“Lo kenapa, Vin? Muka lo kayak orang nahan boker tau, nggak.” Devin langsung melirik ke arah orang yang baru saja berbicara itu.

Matanya langsung melotot ketika melihat hampir semua stok camilannya berada di pangkuan orang itu.

“Koko! Kebiasaan banget habisin camilan gue, lo!” ucap Devin murka. Kemudian merebut paksa camilannya itu.

Sementara sang pembuat ulah yang tak lain adalah Adriel hanya memamerkan deretan giginya, tak merasa bersalah.

Adriel mengusap rambutnya yang tak gatal, menatap sedih kepada camilan yang sudah diambil balik oleh Devin.  “Hehe, maaf Vin. Udah kebiasaan, janji deh ini yang terakhir kali. Jadi, balikin camilannya dong, ” ucapnya diiringi senyum merekah.

Akhirnya Devin pun mengembalikkan camilannya lagi. Walaupun dia tahu jika Adriel akan mengulangi hal itu lagi. Dengan senang hati Adriel menerimanya.

“Gini dong! Lo itu harus baik-baik sama gue, ikhlas kan lo ngasih makanan murahan kayak gini?”

Tak mendapat respon apapun dari Devin membuat Adriel sedikit khawatir dengan ucapannya barusan, perlahan dia mendekat ke arah sahabatnya.

Lalu memposisikan duduk di sebelah lelaki itu. “Lo marah sama ucapan gue barusan, Vin?” Devin menggeleng.

“Terus? Lo ada masalah sama ortu lo lagi?” Lagi, Devin hanya menggeleng. Hal itu membuat Adriel mendadak kesal, sikap Devin layaknya gadis yang labil.

“Terus kenapa, Nyet?! Jangan diem doang, gue bukan cenayang lho, yang bisa tau isi hati lo.” Devin menghela napasnya, kemudian menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur.

“Kayaknya, gue bener-bener jatuh cinta deh.” Adriel langsung melongo mendengar kalimat yang keluar dari mulut Devin.

Adriel langsung berdiri dan menjaga jarak. “Vin, jangan! Gue masih normal, gue masih doyan cewek walaupun otak gue rada gesrek. Gue tau kalo kita itu sering bareng, tapi ini salah Vin. Lo nggak boleh jatuh cinta sama gue.”

Devin menghela napasnya panjang. Apakah keputusannya salah, mengajak Adriel untuk mendengarkan ceritanya?

“Heh! Siapa yang mau jatuh cinta sama lo?! Gue juga masih doyan cewek kali.” Mendengar itu membuat Adriel menghembuskan napasnya lega.

“Terus, lo suka sama siapa?” Devin diam tak merespon.

Adriel langsung membulatkan matanya dan berkata, “Oh, Leta?!”

“Vin, lo beneran suka sama Leta? Lo jatuh cinta sama dia? Seriusan lo? Sejak kapan?” Pertanyaan bertubi dari Adriel sangat mengganggu telinga Devin.

“Wahh, terus tentang taruhan itu gimana?”

“Gue ngaku gue kalah.”

“Asikk, dapet motor baru nih gue.” Adriel menggosokkan kedua tangannya diiringi seyum. Devin hanya mendelik.

“Ini bukan waktunya bahas itu! Bantuin gue kek!” Adriel langsung mendekat pada Devin.

“Bantu apa?”

“Gue harus gimana soal perasaan gue? Gue nggak yakin kalo Leta juga suka sama gue.” Adriel mati-matian menahan tawanya. Hal yang sangat langka baginya, melihat sahabatnya itu galau karena cinta.

“Pfftt, ternyata lo bisa pesimis juga yah, Vin. Mana Devin yang pedenya selangit? Mana Devin yang selalu ngerayu cewek pas lagi ada masalah? Mana Devin yang sekali kedip langsung dapet cewek sepuluh? Masa, cuma nyuri hati Leta aja nggak bisa.” Adriel mengejek Devin dengan disertai tawa.

“Lo jangan ngelunjak yah! Bantuin gue.”

“Oke oke." Adriel menghentikan tawanya.

"Gue punya saran buat lo,” ucap Adriel diiringi seyum yang sedikit mencurigakan.

***

Seorang lelaki tengah bersembunyi di balik tembok. Telinganya mendengar beberapa kalimat yang diucapkan oleh dua orang di sana. Tidak, sebenarnya ada tiga orang. Dua orang sedang beradu pendapat, dan satunya lagi, sekarat.

Dia penasaran, kemudian sedikit mengintip dari balik tembok. Matanya tak sengaja bertatapan dengan gadis yang bergelumur darah di atas lantai.

Samar-samar dia melihat gerak bibir gadis itu yang mengucapkan, “To..long a...ku....”

Lelaki itu sangat ingin menolongnya. Namun, melihat kedua orang yang beradu pendapat itu membuat dirinya mengurungkan niat.

Dia melihat betapa kesakitannya gadis itu, berkali-kali bibir kecilnya meminta tolong padanya. Namun, dia hanya melihat, tak bisa menolong.

Karena dirinya adalah pengecut. Wajah penuh harap gadis itu terus menghantui pikirannya.

Lelaki itu terbangun dari tidurnya, napasnya terengah. Ternyata tadi adalah mimpi, mimpi itu datang lagi. Setelah beberapa akhir ini menghilang.

Lelaki itu mengelap keringat yang membanjiri dahinya, kemudian mengambil gelas yang berisi air putih di atas nakas. Lalu meminumnya.

“Mimpi itu lagi,” gumamnya.

“Kenapa harus datang lagi? Gue benci diri gue sendiri!”

***

“Ekhem. Cek, satu dua tiga.” 

“Ini udah bunyi belum, sih?!”

“Udah anjir.”

Semua murid yang berada di kantin mendadak diam mendengar dua orang yang berbicara di pengeras suara yang biasanya untuk memberitahukan pengumuman.

“Halo semuanya. Kalian denger suara gue, kan? Ini gue, Devin. Cowok paling ganteng seantero SMA Antariksa.”

“Di sini, gue mau buat pengumuman penting. Lo, cewek yang namanya Leta. Denger ini juga, kan? Kalo nggak denger, untuk semua yang denger ini tolong kasih tau ke Leta ya.”

Mendengar itu, seluruh pasang mata yang berada di kantin langsung melihat ke arah Leta yang sedang duduk memakan makanannya.

Sementara Leta mengerjapkan matanya bingung, kenapa namanya tiba-tiba disebut seperti tadi?

“Leta, hari minggu pukul empat sore. Temuin gue di tempat yang baru aja gue kirimin alamatnya ke lo. Pokoknya lo harus dateng, gue tunggu lo!”

Mendadak, seluruh penghuni heboh mendengar itu. Devin, sang most wanted sekolah ini baru saja mengajak seorang Leta yang dikenal cupu untuk kencan?

Leta hanya berdecih mendengar itu. “Apa yang dilakuin si bodoh itu, sih?!” gumamnya.

Sementara itu, di ruang siaran terlihat Adriel yang tengah menertawakan Devin. Dia heran, bagaimana bisa Devin mengikuti sarannya dengan mudah seperti ini.

Padahal Adriel hanya bercanda memberi saran seperti itu, namun Devin dengan bodohnya mengikuti saran darinya.

“Ko, gue berhasil, kan? Setelah ini, Leta pasti bakal nemuin gue. Terus nanti gue nyatain perasaan gue?”

Adriel mengangguk mantap. “Tenang aja, setelah ini. Pasti Leta bakal jatuh cinta sama lo.”

Mendengar itu, Devin langsung menerbitkan senyumnya puas.

“Dasar bulol!” ucap Adriel ketika melihat reaksi Devin.












Tbc...

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang