Nerd | 42

41K 4.8K 103
                                    

Napas Devin tidak teratur, dia menggigit kuku-kuku jari tangannya. Mengecek kembali pesan yang tadi masuk ke ponselnya. Napasnya gusar, dia mengacak rambutnya frustasi.

082xxxxxxxxx : Ini lo kan? Lo membunuh Ara?

Itulah isi pesan yang masuk ke ponsel Devin, disertai sebuah rekaman yang memperlihatkan dirinya keluar dari sekolah pada malam kematian Ara.

“Gue bukan pelakunya,” gumam Devin. Kemudian mematikan ponselnya.

***

Sengaja hari ini Leta membolos di jam pelajaran dan memilih untuk beristirahat di UKS. Melihat reaksi Devin yang seperti itu membuat dirinya tidak bisa berpikir positif.

Saat dia hendak memejamkan matanya, Leta mendengar langkah kaki yang memasuki uks. Dia pun menghela napas, mengira jika tidak akan bisa beristirahat. Namun dia terkejut melihat siapa yang memasuki uks.

“Vin?” Terlihat Devin sedikit terlonjak mendengar suara Leta.

Devin sebisa mungkin mengontrol raut wajahnya dan berjalan mendekati Leta, memposisikan duduk di sebelahnya.

“Lo sakit, Ta?” Dengan ragu, Leta mengangguk. Jelas Leta bisa melihat jika Devin jauh lebih baik daripada terakhir dia menemuinya di rooftop.

“Kamu juga sakit Vin?” Devin menggeleng sebagai jawaban.

“Gue nggak akan sakit, gue cuma pengen bolos aja,” sahutnya diiringi kekehan.

“Bohong, waktu itu kamu sakit dan nelpon aku, kan.” Devin nyengir kuda.

“Jadi itu bener lo yang dateng ke rumah gue? Gue kira cuma halusinasi gue doang.” Leta mencebik. Detik berikutnya, keheningan menyelimuti keduanya. Sampai, Devin membuka suaranya kembali.

"Ta, gue mau bilang makasih sama lo. Gue nggak tau apa yang lo omongin ke Mama gue waktu itu, tapi berkat itu hubungan gue sama Mama membaik. Thanks ya."

"Hmm, sama-sama."

"Aku boleh nanya sesuatu sama kamu,  Vin?" Devin mengangguk sebagai jawaban.

“Vin, saat di atap tadi kamu dapat pesan dari siapa? Kok kamu kayak cemas gitu?” Sontak mendengar pertanyaan dari Leta, Devin langsung menoleh pada gadis itu.

Detik berikutnya Devin langsung memalingkan wajahnya saat mata mereka bertatapan.

“Lo mau denger rahasia gue nggak, Ta?” 

Leta langsung mengangguk. “Mau, kalo kamu mau cerita. Pasti aku mau dengerin kok.” Devin langsung tersenyum kecil mendengar ucapan gadis di sampingnya.

“Janji dulu, setelah gue cerita rahasia gue. Lo juga harus ngasih tau gue satu rahasia hidup lo.” Leta mengangguk tanpa keraguan.

Sebelum bercerita, Devin menarik napasnya dalam kemudian menghembuskannya kembali.

“Lo tau Ara, kan?” Leta mengangguk sebagai jawaban.

“Pada saat kematian gadis itu, gue ada di tempat kejadian.”

“Kamu membunuh dia?” tanya Leta secara spontan memotong perkataan Devin.

“Enggak, walaupun gue bukan anak baik-baik tapi gue nggak mungkin ngelakuin hal kejam kayak itu. Gue kebetulan ada di sekolah pada malam kematiannya.” 

Malam kematian Ara...

Devin yang tengah bermain game online di ponselnya, mengumpat kesal ketika teman laknatnya tiba-tiba saja meneleponnya.

“Ngapain telfon, nyet?!” tanya Devin dengan nada tidak bersahabat ketika menerima telepon itu.

“Tolongin gue,” sahut seseorang dari seberang sana dengan suara yang seperti sedang ketakutan.

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang