Nerd | 46

40.1K 4.3K 28
                                    

Devin membuka matanya ketika air hujan yang seharusnya membasahi wajahnya, kini tidak lagi turun.

Dia langsung tersenyum ketika melihat seseorang yang memayungi dirinya. “Lo telat,” gumamnya tersenyum.

Devin kemudian berdiri. "Lo bener-bener ngelunjak udah berani buat gue nunggu gini!"

Leta sedikit terkejut mendengar teriakan Devin. Sorot mata cowok itu benar-benar terlihat marah.

Devin mendekat ke arah Leta, mencoba mengikis jarak antara mereka berdua. Leta meneguk ludahnya susah payah, dia tahu pasti Devin marah.

Memejamkan mata erat, dia takut jika Devin memukulnya. Namun bukan sebuah pukulan yang dia dapatkan, tubuhnya tiba-tiba terasa berat. Kakinya tak mampu menopang membuat Leta jatuh, dengan Devin yang berada di atasnya.

"Vin?" Leta berusaha bersuara namun tak ada sahutan apapun dari Devin, ternyata cowok itu pingsan.

***

Devin tak sadar jika dirinya baru saja pingsan. Dia membuka perlahan matanya, rasa sakit di kepalanya menjalar. Hal yang pertama dia dapati adalah Leta yang terlelap di atas sofa.

Tangannya tergerak untuk mengelus pelan rambut cewek itu. Elusan tersebut sepertinya tidak pelan, sebab karena elusan Devin membuat Leta membuka matanya.

"Vin, udah bangun?" Tangan Devin terhenti mengelus rambut Leta. Matanya menatap kedua manik cewek di depannya.

Dia tersadar, apa yang dilakukannya tadi benar-benar bodoh. Rela menunggu gadis cupu seperti Leta sampai berakhir bermandikan air hujan. Tidak lucu!

"Seneng banget nyusahin gue ya, lo?"

Satu alis Leta terangkat, dia tidak paham apa yang dikatakan Devin barusan.

"Lo ngapain dateng telat banget kayak tadi, hah?! Mau liat ketololan gue? Lo ketawa,  kan, karena gue rela nunggu lo sampai kehujanan gini? Jangan salah paham. Inget, gue nunggu karena gue takut pas lo dateng nanti gue nggak ada. Lo malah kebingungan nyariin gue. Nggak usah geer ngira gue suka sama lo!"

Sial. Apa yang baru saja Devin katakan tadi? Ini sangat melampaui batas kebodohan seorang Devin Alghamare.

Sementara Leta masih mencerna kalimat-kalimat Devin. Padahal dirinya hanya bertanya sudah bangun, tetapi jawaban cowok itu melebar ke mana-mana.

"Maaf, Vin. Aku emang salah karena datangnya telat. Gara-gara aku, kamu jadi demam gini. Ini kamu makan bubur dulu, terus minum obat biar cepet sembuh."

Devin sakit? Devin menoleh ke arah sekitar, dirinya baru sadar jika saat ini dia sudah berada di atas sofa rumahnya.

"Lo bawa gue ke sini sendiri?" Leta mengangguk sebagai jawaban.

"Naik taksi sih, tadi."

Devin menatap penuh selidik. "Bukan sama Leo?"

Dalam hati Leta berdecih.

"Nggak."

"Kok, bisa masuk ke rumah gue?"

"Rumahmu nggak dikunci, Vin."

Devin menganggukkan kepala, sedikit menarik sudut bibirnya, dia bertanya seperti itu hanya untuk memastikan jika Leta tidak berinteraksi dengan Leo.

"Di makan, terus nanti makan obatnya biar demammu turun." Leta menyodorkan mangkuk yang berisi bubur. Namun Devin dengan tegas menggelengkan kepala.

"Lebih suka gini."

Mendadak tubuh Leta mematung ketika Devin secara tiba-tiba memeluk tubuhnya. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, menolak atau membalas pelukan?

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang