Nerd | 47

39.2K 4.6K 160
                                    

Leta menatap ragu ke arah loker yang berada di hadapannya sekarang, loker itu bertuliskan nama sahabatnya yaitu, ‘Amara Angelista’.

Belum ada siapapun di kelas ini kecuali dirinya, dia sengaja datang lebih awal karena dia sedikit penasaran dengan isi loker Ara.

Leta berusaha membuka loker yang dikunci itu, ada empat digit angka yang harus dia masukan agar dapat membukanya. Leta mencoba berpikir angka-angka yang mungkin berhubungan dengan sahabatnya itu. 

Percobaan pertama gagal, dia memasukkan tanggal lahir Ara. Namun gagal, lalu dia mencobanya lagi dan lagi. 

Sampai pada percobaan keempat, Leta mulai sedikit berpikir. Dengan ragu dia memasukkan angka 2207, itu adalah tanggal lahir Leo.

Berhasil, dia tidak menyangka sahabatnya akan menggunakan tanggal itu untuk mengunci lokernya. 

Leta menelusuri isi loker itu, menurutnya tidak ada yang aneh sampai dia menemukan sebuah buku diary dan ponsel yang dia yakini adalah milik sahabatnya.

Leta memberanikan diri untuk mengambil kedua benda itu, lalu berjalan ke arah tempat duduknya. Anggap saja Leta lancang, yah memang kenyataannya dia itu lancang membuka diary yang berisi privasi Ara.

“Ra, maaf gue baca privasi lo,” gumam Leta lalu membuka halaman pertama diary itu.

06  Juli 2020

Hari ini, hari pertama aku masuk sebagai siswi SMA di sekolah yang sangat aku impikan. Yaitu, SMA Antariksa. Aku bersyukur karena berkat sahabatku, Leta, aku bisa bersekolah di sini. Aku senang, amat senang. Aku mendapat banyak teman di sana, tapi tidak ada yang bisa menggantikan Leta sebagai takhta teratas di tingkat pertemananku. Aku yakin jika Leta membaca ini, dia pasti akan pede tingkat tinggi. Karena Leta itu orangnya sangat kepedean.

Leta tersenyum melihat tulisan Ara, kemudian dia sedikit merindukan-ralat, bukan sedikit melainkan sangat merindukan sahabatnya yang sudah berbeda alam dengannya.

“Bener kata lo Ra, sekarang gue jadi kepedean nih,” ucap Leta lirih sedikit terkekeh. Kemudian dia melanjutkan membaca tulisan yang ditulis oleh Ara.

12 Juli 2021

Akhirnya aku menginjakkan kaki di kelas sebelas, aku berandai-andai jika saja Leta bersama denganku di sekolah ini, pasti aku akan senang. Tapi, dia punya keputusan sendiri untuk sekolah di mana. Nggak papa, asalkan dia masih jadi sahabatku itu tidak masalah walaupun kita tidak berada di sekolah yang sama.

Aku sedikit terkejut saat mengetahui aku sekelas dengan temanku semasa SD, dia Sherina Amreta. Aku mulai menyapanya, namun sepertinya dia sedikit tidak ingat denganku. Yah, mungkin saja dia lupa denganku karena sudah beberapa tahun tidak bertemu.

“Tunggu, Sherin kenal sama Ara? Kenapa Sherin nggak pernah cerita itu sama gue?” tanya Leta kepada dirinya, lalu membuka kembali diary itu. Dia sedikit terkejut membaca tulisan Ara yang selanjutnya.

Aku tidak tahu mengapa hari ini semua orang menatapku dengan tatapan yang tidak suka. Lalu kemudian aku tahu alasan semua orang menatapku dengan tatapan seperti itu, ada rumor beredar yang mengatakan bahwa aku mencuri kunci jawaban ujian. Tunggu, mencuri kunci jawaban? Aku tidak pernah melakukan hal sebodoh itu.

Karena rumor itu, mereka yang tadinya berteman denganku mulai menjauh. Mereka mengolok-olok dan mem-bullyku. Aku selalu bertanya-tanya, siapa yang menyebarkan rumor yang tak berdasar seperti itu. Dan akhirnya aku mengetahui orang itu, dia adalah orang yang aku sayang. Dia menyebarkan rumor itu karena dia pikir aku telah merebut hal yang berharga di hidupnya, dia ingin aku pergi dari sekolah ini.

Kenapa? orang yang aku sayang malah membenciku seperti itu. Aku mulai berpikir, apakah aku harus pergi saja dari dunia ini agar orang yang aku sayang bisa bahagia? Tapi, mengakhiri hidup bukan satu-satunya jalan keluar, kan? Aku akan mencoba menemui orang itu, menyuruhnya untuk berhenti menyebarkan rumor itu. Aku tidak ingin orang yang aku sayang melakukan sebuah kejahatan.

Napas Leta serasa tercekat setelah selesai membaca tulisan Ara, berarti selama ini tebakannya benar, bukan? Ara tidak mencuri kunci jawaban ujian itu. Ada seseorang yang dengan sengaja menyebarkan rumor itu.

“Ara...gue senang karena rumor itu bohong.” Ada sedikit rasa bahagia ketika Leta mengetahui sahabatnya tidak melakukan tindakan seperti rumor yang tersebar, tapi dia sedikit merasa sedih karena sahabatnya dituduh melakukan hal yang tidak dia lakukan.

Pikirannya kacau, siapa orang yang Ara sayang di sekolah ini? Leta membuka halaman selanjutnya, namun halaman itu kosong.

Hal itu membuktikan bahwa tulisan yang baru saja dia baca adalah hal terakhir yang Ara tulis.

Matanya beralih melihat ponsel yang berasal dari loker, Leta mencoba membuka ponsel itu yang untungnya tidak dikunci. Berusaha melihat lebih dalam ponsel itu.

“Ini ponsel Ara, kan? Sejak kapan dia punya dua ponsel?” tanyanya pada diri sendiri. Dia sangat yakin jika ponsel itu adalah milik sahabatnya.

Dilihat dari wallpaper, isi galerinya hampir berisi foto Ara. Namun, semakin Leta melihat ke bawah galeri dia semakin menemukan banyak foto kebersamaan Ara dan Leo. Napasnya kemudian memburu, Leta mengerutkan dahinya.

Buru-buru Leta langsung membuka pesan, hal yang dia temukan adalah pesan terakhir dari seseorang yang diberi nama ‘secret boyfriend’. 

“Secret boyfriend?” tanyanya sebelum membuka isi pesan itu.

Ara : Aku mau kita ketemu malam ini. Rooftop sekolah, jam 8 malam. Aku tunggu.

Membaca pesan itu, membuat kepala Leta terasa berat. Mungkinkah setelah saling mengirim pesan itu, Ara mengakhiri hidupnya. Tapi untuk apa? Sebenarnya apa yang terjadi ketika mereka berdua saling bertemu?

Dan pertanyaan yang paling penting, siapa secret boyfriend yang dimaksud Ara?

“Leo.” Leta bergumam. Entah mengapa pikirannya langsung tertuju pada kembarannya.

Apakah mungkin kembarannya yang menyebarkan rumor itu? Apakah mungkin, Leo adalah orang yang dimaksud Ara sebagai secret boyfriend?

Leta ingin menyangkal itu semua. Tapi, semua bukti mengarahkan semua itu pada Leo.

Mulai dari Leo yang selalu menyuruh Leta berhenti mencaritahu tentang kematian Ara, lalu secara tiba-tiba Leo menyerahkan rekaman kamera dashboard mobil pada dirinya yang memperlihatkan Devin keluar dari sekolah pada malam kematian Ara. 

Lalu kemarin dia melihat sebuah foto di ponsel kembarannya yang memperlihatkan Leo dan Ara sedang bersama. Loker Ara yang dikunci menggunakan tanggal lahir Leo, dan isi galeri Ara yang dipenuhi foto mereka berdua.

Apakah kembarannya ada kaitannya dengan kepergian Ara?

“Le, bukan lo pelakunya, kan?” gumam Leta.

“Ta, lo nulis apaan?” Leta langsung menutup diary itu dan menyimpannya di loker mejanya saat Sherin tiba-tiba muncul di hadapannya.

“Bukan apa-apa kok, hehe,” sahut Leta mencoba untuk bersikap biasa saja. Sherin ber-oh ria, beberapa menit kemudian bel masuk berbunyi. Pikiran Leta masih tertuju pada kembarannya sekarang. 

Tangannya berkeringat dingin, dia tidak bisa membayangkan jika kembarannya yang menyebaban semua ini. Tapi, tidak mungkin kan Leo melakukan itu? Leta terus mencoba untuk berpikir positif.














Tbc...

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang