Nerd | 20

53.3K 5.8K 84
                                    

Sudah beberapa hari semenjak lelaki yang bernama Devin mengamuk di dalam kelas dan mengancam agar tidak ada orang yang menganggu Leta. Kehidupan Leta nampak damai, tidak ada yang mengusiknya. Tapi, sepertinya kedamaian itu berakhir hari ini.

Setelah melaksanakan ibadah di masjid, Leta berjalan mengitari masjid mencari sepatunya. Seingatnya, dia menaruh sepatunya tepat di depan masjid. Tapi mengapa sekarang sepatunya tidak berada di sana? Tidak mungkin sepatunya berjalan sendiri kan?

“Lo naruh sepatunya di mana, Ta?” tanya Sherin yang ikut membantu mencari sepatu Leta.

“Aku yakin, aku naruh sepatu aku di sini tadi.” Tunjuk Leta ke tempatnya berdiri.

“Yakin lo?” tanya Sherin lagi, Leta mengangguk mantap.

Beberapa menit kemudian, Leta menerima pesan masuk di ponselnya. Buru-buru dia mengeceknya, setelah membaca pesan itu, dia langsung menghela napasnya.

“Rin, kamu ke kelas duluan aja nggak papa.”

“Eh, terus sepatu lo?” Leta tersenyum.

“Aku udah nemuin sepatu aku kok, kamu balik duluan aja.” Sherin mengangguk, kemudian melangkah menuju kelasnya.

Leta membaca pesan dari nomor yang tidak dikenalnya yang menyuruh dirinya ke taman belakang sekolah, sendirian.

“Kalo aja sepatu itu bukan dari Ara.” Leta menghembuskan napasnya, dia mulai melangkah menuju taman belakang sekolah.

Sesampainya dia di taman, Leta mengedarkan pandangannya ke sekililing, sepi. Detik berikutnya dia mendengar langkah kaki yang mendekat.

“Udah gue bilang, cewek kayak dia itu bego. Pasti bakal ke sini cuma untuk sepatu bututnya.” Suara itu membuat Leta berbalik. Benar dugaannya, Citra bersama dengan Lisa tengah berjalan ke arahnya dengan menatapnya sinis.

“Itu lebih baik dong, jadi gampang kena perangkap,” sahut Lisa.

“Tapi nggak seru lagi dong,” ucap Citra dengan wajah yang dibuat-buat menjadi sedih. Jijik, satu kata yang Leta simpulkan ketika melihat raut wajah Citra.

“Mana sepatuku?” tanya Leta tanpa basa-basi. Dia sangat malas meladeni kedua perempuan itu.

“Cih, nggak sabaran banget sih. Sepatu busuk aja lo cariin, cewek kayak lo itu cocoknya cari urat malu. Udah cupu, kecentilan deketin Leo, sekarang malah deketin Devin. Murahan, lo nggak punya rencana buat deketin keempat most wanted sekolah ini kan?” Leta melengos.

“Nggak punya kaca? Harusnya kalimat itu buat kamu, nggak punya malu. Tukang nge-bully, deketin Leo, sok-sokan jadi ceweknya Leo. Padahal Leo nggak pernah nganggap kamu, kan?” Leta menatap dingin, dia sedikit menarik sudut bibirnya.

“Heh! Mulut lo yah?!” 

“Kenapa?” tanya Leta mengangkat dagunya.

“Lis, bawa sepatu busuknya ke sini.” Citra meminta Lisa membawakan sepatu milik Leta yang langsung dituruti oleh gadis itu.

“Ihhh, jijik!” Citra mengambil sepatu hanya dengan dua jari sembari menutup hidungnya dengan satu tangannya yang bebas.

“Sepatu itu harusnya dicuci, biar nggak bau kayak gini!” Leta tidak bergeming, dia hanya mengamati Citra. Menunggu apa yang akan cewek itu lakukan.

“Atau lo mau gue cuciin?”

“Oke, karena mumpung gue lagi baik hati. Jadi, gue cuciin ya.” Citra melangkah mendekat pada kolam di sana, kolam ikan yang sedikit luas.

“Ups, sepatunya jatuh Ta. Gimana dong?” Citra sengaja menjatuhkan sepatu itu ke dalam kolam, napas Leta memburu menahan amarah.

Leta reflek langsung berlari bermaksud untuk menyelematkan sepatunya. “Minggir!” Leta mendorong Citra ke samping.

NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang