10|Adik ipar

151K 16K 779
                                    

••••

"Miguel sudah berhenti!" Violet menyentuh punggung Miguel berharap pria itu mengehentikan kebengisannya yang bisa membunuh Sean.

Berhasil. Lelaki itu menghentikan pukulannya, menatap sang adik yang terkapar lemah di bawahnya. Dengan tanpa iba, ia menendang Sean dengan penuh tenaga. Setelah itu barulah Miguel membalikkan badannya, lalu mendekap tubuh sang kekasih begitu erat.

Miguel membisikkan sesuatu pada telinga  Violet. "Siapapun yang menyakitimu akan mati, Violet."

"Kau harus bisa menahan amarahmu Miguel." ucap Neilson Gillgan dengan wajah datarnya.

Papanya benar, ia harus menahan emosinya. Dia tidak ingin Violet memandangnya dengan pandangan takut. Sedangkan Mama sudah menangis menyaksikan kedua anaknya berkelahi. Ia juga tidak menyangka Sean anaknya mengucapkan kalimat menusuk pada Violet.

Sean menatap benci ke arah Violet dengan wajah penuh darah dan memarnya. Lagi-lagi tidak ada yang memihaknya, lagi-lagi ia yang disalahkan, bahkan sekarang mamanya pun hanya diam tak membelanya sedikitpun. Sean melangkah meninggalkan ruang makan menuju kamarnya dengan sesekali meringis sakit dibagian perut dan wajahnya.

Violet merasa bersalah pada tuan dan nyonya Gillgan, karena dia kedua anaknya bertengkar hebat. "Maaf, ini semua salahku."

Miguel dengan cepat membalas. "Bukan salahmu."

"Maafkan perkataan Sean tadi Violet, dia pasti tidak menyadarinya," ucap Darla.

"Ajak Violet keluar Miguel, dia pasti syok melihat kebrutalanmu."

Miguel menuruti perkataan Papanya, ia pergi keluar dari ruang makan meninggalkan papa dan mamanya.

Setelah keluar dari ruang makan, Violet bertanya, "Dimana kamarmu?"

"Kenapa? Kau ingin melakukannya sekarang?"

Bolehkah Violet memukul kepalanya sekarang juga? Violet sungguh-sungguh ingin memukulnya jika tak ada para pelayan yang diam-diam memperhatikannya.

"Kau pandai membuatku kesal ya Miguel."

"Maaf sayang. Ayo kita ke kamar ku." Miguel membawa Violet ke dalam kamarnya.

"Duduklah Migu." Perintah Violet dengan lembut.

Miguel menuruti perintah Violet dengan senang hati. "Apa kau ingin memimpin sayang? Baiklah, aku tak keberatan."

"Miguel, sebaiknya kau buang jauh-jauh khayalanmu itu."

Bagaimana bisa ia membuangnya? jika seringkali khayalannya itu datang dalam bentuk mimpi.

Violet duduk di sebelahnya, ia menatap wajah Miguel yang tidak ada luka sedikitpun. "Kau tak harus melakukan itu."

Miguel mengerti kemana arah ucapan Violet. "Aku tidak bisa menahannya Violet, dia seharusnya mati." Miguel menggeram kasal mengingat ucapan Sean pada Violet-nya. Tidak ada yang boleh mengusik Violet, siapapun tidak boleh, tak terkecuali adiknya.

Mati katanya? Dia menginginkan Sean mati? dia itu adik kandungnya, bagaimana bisa Miguel berpikir begitu? "Dia adikmu Migu."

"Aku tahu itu."

Bagus, itu menguntungkan sekali bagi Violet. Tanpa berbuat banyak, Sean dan Miguel sudah saling membenci satu sama lain.

"Apa kau terluka?" tanya Violet memastikan, tahu-tahu ada luka tersembunyi yang ia tidak lihat.

"Lihat, wajahku masih tampan. Kau tak perlu mengkhawatirkannya sayang."

"Tanganmu berdarah."

Miguel melirik tangannya. "Ah, aku tidak menyadarinya, mungkin terjadi saat pukulanku meleset ke lantai," jawabnya.

VIOLETWhere stories live. Discover now