48|Incident

51.3K 6.3K 342
                                    

Kandungan Violet sudah memasuki bulan ke 8, dengan berat hati, besok pagi Miguel harus meninggalkan istrinya karena harus pergi perjalanan bisnis ke negara orang. 

Saat ini Miguel dan Violet saling menghangat diri dengan cara saling memeluk satu sama lain. 

"Kau sudah tidur?" tanya Violet.

Miguel menjawab tapi masih memejamkan matanya. "Belum."

"Kau besok pergi ya…"

"Kau pasti merindukanku Sayang."

"Tapi Kau yang akan lebih merindukanku."

Miguel terkekeh. "Kau benar Sayang, Kau benar."

Saat bekerja di kantor pun Miguel sudah merindukan istrinya, apalagi ini yang harus terpisahkan jarak yang jauh.

"Kalau Aku yang pergi, tapi Kau tidak bisa menyusuliku. Kau pasti menangis karena ditinggal sendiri."

"Aku tidak ingin ditinggal sendiri Sayang."

"Kalau begitu Aku tidak akan mengajak Baby, dengan begitu Kau tidak sendiri."

Miguel mengeratkan pelukannya. "Aku tidak mau bersama Baby kalau Kau meninggalkanku."

Bagaimana bisa Miguel hidup bersama anaknya jika Violet tidak ada? Dia tidak bisa, Miguel tidak sanggup.

Violet menatap tajam Miguel. "Kau akan membuangnya, begitu?"

"Mungkin," jawab Miguel. Karena pada kenyataannya Dia lebih mencintai istrinya dibanding anaknya yang belum lahir. Lebih baik ditinggal anaknya daripada ditinggalkan Violet.

"Kau harus mengurusnya dan mengajaknya bermain Migu!"

"Akan aku lakukan asal bersamamu." 

"Tentu, Aku akan bersamamu, Kita harus memberinya kasih sayang tapi jangan memanjakannya."

"Itu harus."

"Aku mengantuk."

"Tidurlah Sayang."

Setelah Violet benar-benar tertidur pulas, Miguel memejamkan matanya menyusul sang istri meraih mimpi.

••••

"Sayang, kau menginap di rumah ayah saja ya? aku khawatir meninggalkanmu disini," ujar Miguel.

"Miguel, Aku tidak mau merepotkan Kakak dan Kak Adriana. Lagi pula ada pelayan yang menemaniku disini, Kau tak perlu khawatir." 

Lucas dan Adriana menikah 1 minggu yang lalu, tak mungkin Violet mengganggu kakak dan kakak iparnya itu yang masih menikmati masanya pengantin baru.

"Bagaimana kalau di rumah Gillgan?" 

"Boleh saja, tapi kau yakin membolehkanku tinggal di atap yang sama dengan Sean?" tanya Violet sambil terkekeh.

Miguel menjambak rambutnya frustasi. "Tunggu Aku pulang hm?"

Violet mengangguk. "Kami menunggu Daddy," ujar Violet menirukan suara anak kecil.

Miguel tersenyum, Dia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan perut menonjol Violet, kemudian meletakkan tangan di perut istrinya. "Baby, Daddy menitip Mommymu sebentar, jangan menyusahkannya oke?"

"Baby mengangguk," ucap Violet saat merasakan tendangan di perutnya.

Miguel yang merasakannya juga terkekeh. "Apa Daddy harus mendaftarkanmu untuk menjadi pesepakbola? Tendanganmu kuat sekali."

"Kau harus pergi sekarang jika tidak ingin tertinggal pesawat," peringat Violet.

Miguel melirik jam di tangannya.

Sialan, padahal Miguel ingin lebih lama mengobrol dengan anaknya.

Miguel berdiri, dia mencium bibir istrinya. "Hubungi Aku atau Max kalau terjadi sesuatu."

"Kau sudah mengatakannya lebih dari 10 kali hari ini, Aku mengingatnya Miguel."

Dengan berat hati Miguel pergi perjalanan bisnis hari itu, Dia sudah menempatkan 2 orang bodyguard handal untuk menjaga istrinya.

••••

Violet mematikan lampu kamarnya. Dia hendak tidur, tapi tiba-tiba ada bayangan seorang laki-laki yang memasuki kamarnya.

Wajah Violet berseri melihat laki-laki itu. "Miguel!" Violet mendekatinya.

"Saya bukan suami Anda Nyonya." Laki-laki itu menyeringai kala melihat mimik wajah Violet yang berubah ketakutan.

Mendengar suara yang bukan Miguel, Violet melangkah mundur. Violet bertanya-tanya kenapa bisa ada orang asing masuk kedalam rumahnya yang dijaga bodyguard?

"Aku sudah menghabisi bodyguard dan pelayanmu," ujar pria itu seolah tahu apa yang dipikirkan Violet.

Violet meraih handphonenya untuk menghubungi Miguel.

'Katanya Aku harus menghubungimu jika terjadi sesuatu?'

Matanya meneteskan air mata ketika panggilannya tidak tersambung.

Violet menatap pria yang berdiri itu di depan pintu. Kakinya bergetar hebat saking ketakutannya, Violet membuka laci meja paling bawah yang terdapat pisau di dalamnya.

Dia menodongkannya pada pria itu. "Jangan mendekat."

"Anda tidak cocok dengan pisau itu Nyonya. Lepaskan pisaunya, atau pisau itu akan menancap di perut Anda."

Pria itu mendekat ke arah Violet, dengan refleks Violet memundurkan tubuhnya sampai ke pojok kamar.

Sekarang Violet dapat melihat wajah pria itu dengan jelas. Seringaiannya sangat mengerikan, dan yang paling menonjol adalah luka sayat yang panjang di pipinya.

Pria itu duduk di ranjang. "Karena Kau akan mati, Aku akan bercerita sedikit. Kau bisa menyebutku psikopat karena Aku sangat haus akan membunuh, Seseorang yang memiliki uang banyak menyuruhku untuk menculikmu ke tempatnya, lalu setelah dia melakukan hal yang dia mau padamu, Aku yang akan menghabisimu." Pria itu tersenyum senang diakhir kalimatnya, seakan-akan dia sangat menantikannya dan tidak sabar.

"Aku bisa memberimu uang yang lebih banyak, tapi tolong jangan sakiti Aku."

Pria itu menyilangkan kakinya. "Hmm… Menarik."

Violet bernapas lega, Dia menjatuhkan pisau yang dipegangnya. "Ba--iklah, A--aku akan mengambil uangnya untukmu." Violet berjalan menuju brangkas.

Dengan cepat pria itu mencekal lengan Violet. "Aku belum pernah membedah wanita hamil, kurasa itu lebih menarik daripada uang."

••••

"Misi selesai, Aku akan membawanya ke tempatmu."

"Kerja bagus, Apa Dia pingsan?"

"Ya, Wanita ini memberontak dan mencakar leherku," ucapnya sambil mengusap bekas cakaran Violet.

"Cepat bawa Dia."
Pria itu mematikan sambungan. "Cih, Dia pikir Dia siapa memperintahku."

••••

Update next part kalo followers 6rb ya guys, jangan lupa follow!😉😉

VIOLETWhere stories live. Discover now