24|Dinner

79.7K 8.3K 528
                                    


Rose masuk ke dalam mobil mewah Sean. Seperti biasa, Sean selalu menjemputnya untuk berangkat ke kantor bersama.

"Selamat pagi," sapa Sean sambil tersenyum hangat.

"Pagi Sean. Kau sudah sehat?" tanya Rose.

Sean meraih tangan Rose lalu meletakkan punggung tangan perempuan itu pada dahinya agar Rose dapat merasakan suhu tubuhnya. "Bagaimana? tidak panas kan?"

Rose tersenyum lalu mengangguk. "Syukurlah kalau kau sudah sehat. Aku kemarin harus berdiri lama menunggu taksi."

Bodoh, kenapa tidak memikirkan hal itu. Gara-gara sakitnya, kekasihnya harus kesulitan. "Maaf Rose. Lain kali jika aku tidak bisa menjemput atau mengantarmu aku akan mengirim supir untukmu."

Rose terkekeh kecil. "Aku becanda Sean. Kau tak perlu melakukannya."

"Tidak. Aku tidak mau kau kesulitan."

Sebisa mungkin ia tidak akan membiarkan Rose kesulitan, Sean ingin ia selalu menjadi orang pertama yang Rose butuhkan.

"Baiklah, terserahmu saja."

Cup. Rose mengecup pipi Sean.

"Kenapa di pipi? kenapa tidak di bibir saja?"

Cup. Rose mengabulkan keinginan Sean, dia memberi kecupan manis pada bibir pria itu.

"Kenapa kau terus melihatku? cepat kendarai mobilmu," ujar Rose.

Sean tersenyum lembut, ia meraih tangan Rose untuk di genggamnya selama perjalanan menuju kantor. "Kau cantik Rose."

"Aku mencintaimu Sean."

Kata-kata itu tidak asing di pendengaran Sean, kata-kata yang sama yang selalu diucapkan Violet padanya, dulu.

"Aku juga mencintaimu," balas Sean.

"Aku tahu."

"Nanti malam kita makan malam di luar, mau?" tanya Sean.

Rose menjawab, "Boleh, Aku dengar ada restoran yang baru buka seminggu yang lalu."

"Kau ingin ke sana?" tanya Sean.

"Emm ya... tapi tempatnya mewah, pasti di sana sangat mahal."

"Kau lupa ya, Aku bahkan bisa membeli restoran itu untukmu Rose."

"Aku hanya merasa tidak enak padamu Sean."

"Rose, Aku ini kekasihmu. Kau boleh meminta apapun padaku."

Sean heran pada Rose yang selalu merasa tidak enak padanya, padahal jika Rose ingin mobil atau rumah pun akan Sean berikan secara percuma. Sean bahkan memaksa Rose untuk tinggal di apartemen elit miliknya, gadis itu selalu menolak jika ia menawarkannya sesuatu.

"Tapi...."

"Apapun boleh, Rose."

"Terima kasih Sean."

••••

Sepulang kerja mereka langsung pergi ke restoran yang ingin Rose kunjungi. Lampu-lampu terang yang tergantung membuat restoran itu tampak mewah, apalagi suara biola yang membuat suasana tampak lebih romantis. Tampaknya tempat ini terkenal karena ia melihat banyak pasangan yang sedang menikmati waktu di sini. Beruntung Sean dan Rose kebagian tempat duduk, walaupun itu di pojok ruangan.

"Bagaimana menurutmu tempat ini?" tanya Rose.

"Seleramu memang bagus Rose," jawab Sean dengan senyum.

Rose tersenyum puas mendengar respons Sean. "Sudah aku duga, kau juga menyukainya."

"Ya, kau benar Rose."

"Lihat, sepertinya dia sedang melamar kekasihnya." Rose memberi kode pada Sean agar melihatnya.

Sean menoleh ke belakang, ia melihat seorang pria dengan tangan yang sedang menyodorkan cincin pada seorang wanita.

"Will you marry me?" ucap pria itu yang terdengar dipendengaran Sean dan Rose.

Lalu perempuan itu mengangguk mengiyakan pertanyaan sang pria. Pria itu tersenyum cerah, ia memasang cincin pada jari manis perempuan itu. Pria itu mengecup penuh cinta tangan sang gadis yang sudah dilingkari cincin.

Rose tersenyum menyaksikan adegan romantis itu. "Indah," gumamnya.

"Kau menginginkan cincin Rose? Aku bisa memberikannya untukmu."

"Aku tidak menginginkannya Sean, Aku...." Rose tampak ragu saat akan mengatakan perkataannya.

"Kau kenapa Rose?"

Rose menatap Sean sendu. "Sean."

Sean memegang tangan Rose, meyakinkan gadis itu untuk menyelesaikan ucapannya. "Kenapa hm? katakanlah Rose."

"Hubungan kita memang belum lama, tapi kau dan aku sudah lama mengenal, kan? sekarang hubungan kita bukan lagi sekedar teman. Apa kau serius menjalin hubungan ini denganku?"

Rose takut jika Sean akan meninggalkan. Sekarang ia hanya memiliki Sean, ia ingin Sean tetap bersamanya dalam waktu yang lama.

"Tentu, Rose. Apa kau meragukanku?" Bagaimana bisa Rose bertanya seperti itu? selama ini ia selalu ada untuk gadis itu. Dia bahkan tidak memedulikan mantan tunangannya itu dan lebih memilih Rose. Apa itu belum cukup untuk meyakinkannya?

"Tidak, bukan. Maksudku, bukan begitu. Aku... Aku hanya takut jika kau akan meninggalkanku yang bukan apa-apa ini. Padahal kau bisa bersama Violet, tapi gara-gara aku, kalian berpisah."

"Rose, aku mohon jangan merendahkan dirimu lagi, aku tidak akan pernah meninggalkanmu."

"Tapi Sean—"

"Ingat kata-kataku Rose. Aku dan Violet berpisah bukan karena dirimu, tapi karena dari awal hubungan itu dipaksakan, dan aku tidak pernah menerimanya. Kau tahu itu kan Rose? tolong jangan bahas itu lagi."

"Kapan kau akan membawaku ke keluargamu?" tanya Rose. Sudah cukup ia bersabar selama ini melihat Violet yang bebas mendekati Sean. Sekarang Sean sudah menjadi kekasihnya, ia tidak ingin ada masalah yang memungkinkan mereka berpisah.

Lelaki tidak menyangka Rose akan menanyakan hal itu sekarang. Hubungan mereka baru saja dimulai, walaupun sudah terhitung lama mereka mengenal satu sama lain. "Aku butuh waktu, Rose. Beri Aku waktu untuk meyakinkan mereka. Dan saat hari itu tiba, Aku akan melamarmu."

Rose tersenyum lega. Setidaknya ia tahu jika Sean mencintainya, itu sudah cukup baginya untuk menjadi jaminan jika pria itu tidak akan meninggalkannya.

"Aku akan menunggu Sean."

"Terima kasih Rose."

Sean dan Rose melanjutkan acara makan malam yang sempat tertunda karena perbincangan mereka tadi.

••••

Terima kasih sudah membaca cerita ini ❤️

Tolong koreksi jika ada kesalahan ya

How? How? Kalian di kapal mana?

Viomigu?

VioSean?

RoseSean?

RoseMigu?

VIOLETWhere stories live. Discover now