30|Penguntit

71.3K 9.2K 932
                                    


Siang ini, Violet dan Jennifer pergi ke kafe untuk mencoba beberapa menu yang terkenal di kafe mereka.

"Kau suka yang mana? kalau aku paling suka donat matcha ini!" girang Jennifer.

"Aku suka pie apel ini, kira-kira apa kita bisa minta resepnya?"

Jennifer terkekeh mendengar perkataan Violet. "Tentu saja tidak boleh, tapi untukmu akan aku dapatkan nanti."

"Terima kasih Jenn," ucap Violet lalu melahap kembali pie apelnya.

"Vi?"

Violet menelan pie apel yang sedang dikunyahnya dalam mulut sebelum menjawab. "Ya?"

"Bagaimana kabar si bodoh itu? Aku jarang mengunjunginya karena sibuk merawat ayahku."

"Miguel? dia tetap sama seperti yang terakhir kau lihat."

"Kau benar, si bodoh itu pasti baik-baik saja."

Violet tersenyum, senang mendengar kekhawatiran Jennifer pada sahabatnya.
"Mau mengunjungi Miguel setelah ini?" tanya Violet.

"Tidak, Aku harus segera pulang untuk merawat ayahku."

Violet mengangguk mengerti.

••••

Jam makan siang ini, Sean melihat Violet dalam sebuah mobil yang dikendarai oleh sahabat dari kakaknya.

Bak seorang penguntit, Sean mengikuti Violet sampai masuk ke dalam kafe.

"Ini menunya Tuan." Pelayan kafe menyodorkan sebuah menu padanya.

"Terserah kau, Aku akan membayarnya," ucap Sean tanpa mengalihkan pandangannya dari Violet.

Pelayan itu memiringkan kepalanya bingung. "Tuan?"

Sean menatap tajam pelayan itu karena terus berada di sini mengganggunya. "Enyahlah," desis Sean.

Pelayan itu meneguk ludahnya kasar takut dengan tatapan tajam Sean, ia melangkah pergi meninggalkan Sean.

Sean sengaja memilih duduk lantai 2, itu memudahkannya untuk memperhatikan Violet dari atas tanpa diketahui.

Entah kenapa, ia betah menatap Violet lama-lama. Kakinya ingin sekali melangkah mendekati perempuan itu, duduk berdua di samping Violet untuk berbincang santai dan memintanya untuk kembali menjalin hubungan. Terdengar tidak tahu diri memang, tapi persetan dengan harga dirinya sekarang, ia menginginkan perempuan itu.

"Kenapa aku tidak menyadarinya dulu? kau indah Violet."

Entah apa yang dibicarakan Violet dan Jennifer, Sean tersenyum ketika melihat Violet yang tertawa. Jika dulu ia sangat membenci Violet yang selalu tersenyum padanya, sekarang berbeda, Sean mulai menyukai senyum Violet yang tampak menawan.

Sean terus melengkungkan bibirnya ke atas sambil terus memandang Violet, tanpa dia sadari seseorang yang baru masuk ke dalam kafe menatapnya marah.

••••

Seorang perempuan mendekati meja Violet dan Jennifer. Menatap Violet dengan tatapan penuh kebencian. "Kenapa kau selalu seperti ini padaku Violet!" amuknya tiba-tiba.

Violet dan Jennifer refleks bangun berdiri saat tiba-tiba Rose datang berteriak lantang pada Violet.

Violet menatap Rose dengan tatapan bingung. Violet rasa ia tidak melakukan apapun, jadi apa kira-kira yang membuat Rose begitu marah padanya?

"Apa maksudmu miskin?" sarkas Jennifer.

"Kau murah sekali Violet. Aku sangat tidak menyangkanya, aku yakin keluargamu pasti malu memilikimu sebagai anggota keluarga mereka." Rose tersenyum miring di akhir kalimatnya, ia merasa ucapannya adalah benar.

VIOLETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang