3 - Be mine, please

63.6K 2.8K 43
                                    

Kimora menatap kedua pasangan yang cukup jauh dari tempatnya. Kedua pasangan itu tampak serasi dengan saling tertawa dan bercanda seraya belajar dan mengajar bermain basket. Saat gagal memasukkan bola ke ring, si gadis akan tertawa dan memukul pelan sebelum akhirnya mencuri kecupan di pipi pasangannya.

"Jangan terus melihatnya." Satu tangan besar sukses menutupi pandangannya. Kimora mendongak, menatap Andreas dengan raut jengkel.

"Minggir." Kata Kimora dingin.

Andreas menggidikkan bahunya dan menyingkir. Mengikuti ucapan Kimora sejenak sebelum ikut duduk di samping gadis itu.

Sekolah mereka memang terkenal sebagai sekolah pencetak generasi berprestasi di semua bidang terutama olahraga. Karena itulah jam olahraga mereka lebih lama. Beberapa kelas juga digabung mulai dari tingkat satu, dua dan tiga. Hal inilah yang selalu menjadi ajang pamer bagi setiap atlet sekolah untung menunjukkan kemampuan mereka sekaligus sebagai ajang cari pacar.

"Pacar baru Gio?" Andreas bertanya. Matanya ikut menonton Gio dan juga adik kelasnya yang masih asik dengan kegiatan mereka.

Sekarang jam olahraga bebas. Semua siswa dibebaskan melakukan olahraga apa pun. Waktu emas bagi semua siswa.

"Kau harus mencoba berolahraga." Kata Andreas mengingat sejak jam olahraga pertama, Kimora hanya ikut pemanasan dan izin kepada guru olahraga. Alhasil gadis itu hanya duduk di sudut lapangan seorang diri.

"Aku tidak suka." Andreas senang karena akhirnya Kimora menjawabnya.

"Mau ku ajarkan?"

Kimora menatap Andreas dengan pandangan tidak suka. Andreas itu atlet sepak bola sekolah mereka dan Kimora paling tidak suka olahraga itu.

"Sepak bola? Tidak terima kasih." Kimora kembali memandang Gio dan pacar barunya yang masih asik dengan kegiatan mereka.

"Aku bisa melakukan olahraga apa pun. Tidak harus sepak bola, aku hanya lebih ahli disana."

Kimora masih tidak bergeming dan itu membuat kesabaran Andreas menghilang. Tanpa bicara Andreas beranjak dari duduknya, seharusnya ia memang tidak perlu menemui wanita keras seperti Kimora. Seharusnya ia lebih memilih bermain sepak bola bersama teman-temannya yang tentu tidak akan melukai egonya.

"Kau mau jadi pacarku?"

Pertanyaan Kimora sukses membuat Andreas mematung. Ia berbalik dan menatap Kimora yang masih belum menoleh ke arahnya. Andreas diam menunggu lanjutannya.

Tidak mendapat respon membuat Kimora menoleh dan membalas tatapan Andreas. Sebenarnya ia sendiri ragu Andreas masih menyukainya, mengingat pria itu lebih cuek dari biasanya. "Pacar pura-pura " lanjut Kimora membuat Andreas mendesah kecewa.

"Kau tidak mau?" Kimora mengernyit mendapati respon Andreas.

"Alasannya?" Ya, Andreas hanya butuh alasan yang tepat. Kenapa gadis sekeras Kimora sampai memintanya menjadi pacar pura-pura gadis itu.

"Aku baru saja menyatakan pernyataan cinta pada seorang bastard sejati. Dia Sepertinya menolakku dan itu membuatku malu." Entah kenapa Kimora malah tertawa mengejek. Mengejek dirinya sendiri.

Alis Andreas tampak terangkat. Sedikit tertarik dengan cerita barusan. "Siapa?" Tanya Andreas.

Kimora menghela nafasnya. Tentu ia tidak akan jujur.

"Aku menolaknya jika tidak tahu semuanya." Jawaban Andreas membuat Kimora berdecak.

"Kau tidak mau aku menjadi pacarmu lagi?" Katanya kesal.

Andreas menghela nafas kembali. "Itu berbeda Kim. Kau memintaku menjadi pacar pura-puramu. Bukan pacar sesungguhnya. Jika tidak ada kata pura-pura tentu aku akan langsung menerimanya."

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now