39 - Hadiah

14.7K 1K 25
                                    

Mendengar kabar Axel sudah sadar dan akan segera menjemputnya membuat Kimora sangat bersemangat. Kimora bergegas secepat mungkin demi segera menemui Axel.

Mendengar suara bel membuat Kimora semakin bersemangat dan bisa menebak siapa yang datang.

Kimora mendorong kursi rodanya mendekati pintu dan benar apa yang ia bayangkan.

Axel berdiri disana.

Tidak seperti dulu dimana tinggi mereka hampir sama. Kini Axel terlihat tinggi menjulang di depannya karena kini Kimora hanya bisa duduk di atas kursi roda.

Wajah Axel yang semula tampak ceria mendadak mendung, menyaksikan bagaimana adik perempuan satu-satunya kini tampak pucat dan bergantung pada kursi roda milik gadis itu.

"Axel!" Kimora merentangkan tangannya siap menyambut dan memeluk Axel penuh rindu.

Axel yang melihat itu kembali memaksakan senyumnya. Bibirnya melengkung tipis, masih dengan suasana hati yang belum baik. Axel mencoba mengatur emosinya dan menerima pelukan Kimora. Ia berlutut dan membalas pelukan Kimora.

"Happy birthday, Kim." Bisiknya mencium harum shampo yang menempel di rambut gadis itu.

"Terima kasih karena sudah kembali." Jawab Kimora tulus.

Axel mengelus kepala Kimora. "Aku selalu kembali, princess."

Kimora yang sejak tadi memejamkan matanya akhirnya membuka matanya saat Axel melerai pelukan mereka. Sejak tadi Kimora selalu takut membuka mata. Takut kalau-kalau apa yang dilihatnya saat ini hanya mimpi sesaat.

Tapi Axel-nya sungguh ada disini.

"Aku membawakanmu hadiah, Kim." Kata Axel terkesan dalam. "Kau pasti menyukainya." Lanjutnya dengan penuh percaya diri. Kimora terlihat semakin antusias.

Naas harapan dan wajah Antusias Kimora hanya bertahan sejenak tepat saat Axel menggeser tubuhnya dan mata Kimora langsung terpaku pada satu objek.

Bibir Kimora bergetar ingin berucap terkejut tapi ia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Lantai marmer yang berwarna putih itu kini perlahan berganti menjadi kubangan darah dan sungai kecil.

Gio berlutut disana dipegangi dua orang pria berbadan besar dengan tubuh yang sudah kacau. Kepalanya tertunduk membuat Kimora was-was dengan kesadaran pria itu. Laki-laki itu bahkan sudah tidak memakai atasan dan jelas sekali tubuhnya memiliki terlalu banyak goresan menyayat.

Ditengah keterkejutan Kimora ia lebih dikejutkan lagi saat Axel dengan tanpa perasaan menyodorkan pisau padanya.

"Kau harus memotong kuemu sendiri, Kim." Paksa Axel berdesis di telinga Kimora sementara gadis itu masih mematung.

Axel memaksa Kimora memegang pisau yang entah sejak kapan kini sudah berpindah di tangannya. Tangan gadis itu mendadak beku dan dingin. Bau anyir darah mengusik indera penciumannya. Kimora berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan isi perutnya saat ini juga.

Objek yang Kimora pikir sudah menjadi mayat itu bergerak. Menampilkan raut wajah yang sangat jauh berbeda dengan keadaan pria itu saat ini.

Seharusnya Gio terlihat kesakitan dengan darah yang mengalir di setiap tubuhnya. Tapi yang Kimora lihat adalah Gio yang menampilkan seringainya.

Pisau yang sudah Axel paksakan digenggam Kimora jatuh seketika.

"Kau tidak suka, Kim?" Tanya Axel dengan mata dingin dan penuh intimidasi.

Kimora bergerak gelisah. Ia mulai kesulitan mengontrol kesadarannya. Hal yang paling membuatnya gila adalah kenapa ia harus berada di antara para psikopat ini.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now