26 - Pengakuan

27.9K 1.4K 36
                                    

Semua tampak lancar dan aman. Seperti yang Aslan janjikan semuanya tampak baik-baik saja beberapa hari ini. Kimora juga sudah kembali tidur di kamarnya sendiri. Tepatnya setelah malam ia tidur bersama Gio, besoknya ia sudah kembali ke kamarnya sendiri. Bercak merah yang selama ini Kimora kira adalah efek alergi juga sudah tidak pernah muncul bahkan kulitnya sudah kembali bersih. Tidurnya pun terasa lebih nyaman dan nyenyak akhir-akhir ini.

"Kau terlihat bersemangat hari ini?" Sarah menyapa Kimora yang sudah berada di taman menyiram tanaman. Gadis itu bahkan masih memakai dress tidurnya yang berwarna putih.

"Tidurku nyenyak akhir-akhir ini." Jawab Kimora mengulas senyum kecil.

"Syukurlah." Sarah tersenyum tulus.

Sarah ikut membantu Kimora menyirami tanaman dan berdiri disamping gadis itu. "Satu Minggu lagi kita akan pergi dari sini Kim."

Kimora menghentikan kegiatannya dan menatap ibunya sejenak.

"Ingat kita hanya menunggu akhir bulan. Kau yang tidak mau kehilangan gajimu." Kekeh Sarah mengajak bercanda.

Kimora tersenyum tipis. "Ya." Jawab Kimora kemudian menipiskan bibirnya. Wajar jika Kimora merasa sedikit sendu. Kimora hanya sudah terbiasa di rumah ini. Semua orang di rumah ini juga memperlakukannya dengan baik. Ia jadi sedikit berat meninggalkannya.

"Kim, tuan muda sudah bangun, ia mencarimu!" Seorang pelayan berjalan sedikit memburu dan berhenti di tepi pintu karena Kimora sudah merespon.

"Cepatlah!" Pelayan itu melambaikan tangannya mengintruksi Kimora agar cepat mendekatinya.

"Aku kesana dulu, ma." Pamit Kimora sedikit berlari dan mengikuti pelayan itu masuk ke dalam.

Sarah terus melihat bagaimana Kimora berlari menuju pintu hingga punggung Kimora ikut menghilang masuk ke dalam rumah.

Entah kenapa ia merasa bahwa ia tidak memiliki waktu banyak untuk melihat hal itu lagi. Dan entah kenapa mendadak ia merindukan putra-putranya yang lain.

-o-

"Perkembangan Axel terus membaik."

Semua orang menatap ke arah Aslan yang sudah tersenyum setelah menyampaikan kabar baik itu, tak terkecuali Gio.

"Dokter mengatakan bahwa Axel sudah berhasil mendapatkan sedikit kesadarannya. Perawat yang ku tugaskan juga bilang kalau beberapa kali Axel tampak menggerakkan jari-jarinya." Semua orang masih menunggu kelanjutannya.

"Mungkin sebentar lagi Axel akan sadar." Aslan menatap satu persatu orang di ruang makan itu. "Kalian tidak senang?" Tanya Aslan bingung tidak mendapati respon.

Sarah mengeluarkan air matanya yang segera ia hapus dengan cepat. "Maaf." Cicitnya masih kesulitan menahan air matanya padahal ia sudah berusaha menyembunyikannya.

Berbeda dengan Sarah, Kimora malah tampak tersenyum lebih bahagia. Ia hampir saja berjingkrak kesenangan sebelum menoleh ke samping dan mendapati Gio yang menatapnya tajam.

"Ekhem.." Sadar ia sedang melakukan pekerjaannya Kimora kembali menata suapan Gio dan menyuapi Gio kembali. Tidak seperti dulu kini seisi rumah sudah terbiasa melihat Kimora yang bekerja sebagai tangan Gio.

"Aku akan mengantar kalian berdua untuk melihat Axel." Lanjut Aslan menyampaikan keputusannya.

"Terima kasih, Tuan." Ucap Kimora tulus dengan senyum cerah.

Gio bangkit dari duduknya, memilih menyelesaikan sesi makannya duluan tanpa berpamitan. Aslan melirik Gio sejenak dan membiarkannya berlalu dari penglihatannya. Sementara Kimora langsung menoleh ke arah Gio yang sudah menaiki tangga ke lantai atas. Buru-buru Kimora mengejar Gio tidak lupa membawa segelas air karena ia tahu Gio pergi tanpa meminum air.

Sin of obsessionDär berättelser lever. Upptäck nu