55 - No escape

15.9K 932 70
                                    

Kimora berjalan pulang dengan tubuh gemetar. Kakinya yang masih lemas ia paksakan bergerak hingga rasa perihnya menjalar ke seluruh tubuhnya.

Kimora membenci dirinya yang bisa-bisanya terlena dengan tertidur dalam dekapan Gio meski sebelumnya Gio berlaku kejam padanya.

Pagi tadi saat tidak menemukan satu pun pakaiannya, Kimora tahu Gio sudah merencanakan semuanya. Maka sudah dipastikan apa pun jawabannya semalam Kimora yakin Gio sudah bertekad untuk tidak melepaskan mangsanya.

Kimora bersyukur ia terjaga duluan saat Gio masih terlelap dan membuatnya memiliki kesempatan untuk kabur. Kimora tidak sebodoh itu untuk memberi Gio kesempatan dan mengulangi kesalahannya lagi setelah melihat bagaimana brutalnya Gio padanya semalam.

Tapi Kimora tidak menyesalinya.

Untuk apa yang sudah terjadi semalam, Kimora benar-benar tidak menyesal asalkan Gio memegang janjinya untuk tidak mengusik keluarganya lagi.

Seperti Axel yang memegang janjinya untuk tidak pernah mengusik Gio lagi setelah berhasil membuat Gio Koma.

Kimora juga berharap Gio melakukan hal sama.

Kimora hanya berharap semuanya berakhir disini.

Ia tidak mau melihat keduanya terus saling membalas hingga salah satunya mati.

Dan Kimora tidak mau melihat ada yang terluka lagi hanya karena dirinya. Kimora tidak merasa pantas untuk menjadi alasan orang-orang disekitarnya terluka apalagi sampai merenggang nyawa.

Apa pun yang terjadi antara Gio dan dirinya biarlah itu hanya akan menjadi urusan mereka berdua tanpa ada campur tangan orang lain lagi.

Kimora sudah melenyapkan semua bukti kasus tujuh tahun lalu, tapi ia ragu Gio tidak memiliki salinannya. Kimora hanya berharap Gio memegang janjinya.

"Kim!"

Kimora mengangkat kepalanya dan pandangannya langsung buram saat menemukan Anna disana. Kimora memang menghubungi Anna karena merasa keadaan sudah berada di luar kemampuannya bertahan.

Gadis itu tampak masih lelah, mungkin karena buru-buru mendatanginya meski baru pulang dari tugas dinasnya.

"Kim, astaga!" Pekik Anna bergerak lebih dulu memeluk Kimora yang sudah hampir tersungkur ke lantai.

"Aku lelah Anna." Adu Kimora dengan suara tenang namun berbeda dengan tubuhnya yang bergetar.

Anna segera bergerak membantu Kimora masuk ke dalam mobilnya. Gadis itu tidak banyak bicara meski melihat Kimora dalam keadaan kacau dengan tubuh penuh memar yang sedikit tersamar dan kemeja pria yang kebesaran di tubuhnya.

Anna hampir tidak mengenali Kimora tadi mengingat tampilan Kimora yang tampak lusuh. Gadis itu bahkan berjalan kaki dengan kaki telanjang.

"Aku baik-baik saja, jika itu yang kau tanyakan." Jelas Kimora lebih dulu saat keduanya sudah berada di dalam mobil.

Anna menghembus nafasnya dengan memburu. "Aku akan memarahimu nanti. Tapi, Kim. Tidak bisakah kau lebih terbuka padaku. Jangan terus menyimpan masalahmu sendiri. Demi tuhan aku lebih menyukai dirimu yang dulu. Apa kau sadar kau semakin menutup diri sekarang."

Kimora menulikan pendengarannya. "Aku lapar." Ucapan datar Kimora hanya memicu gelengan kepala Anna.

"Tapi sebelum kita makan bisakah kau membelikanku pil kontrasepsi."

Kali ini Anna menatap Kimora dengan pandangan membunuh. "Kau berhutang banyak penjelasan padaku, Kim!" Erang gadis itu penuh kemarahan.

Kimora tidak menjawab, gadis itu cenderung diam dan hanya menatap datar ke luar jendela.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now