57 - Candu

17.9K 942 49
                                    

Salah satu tipu daya yang tanpa Kimora sadari adalah Gio sudah berhasil menjerat gadis itu kembali.

Kimora melangkah pelan, nyaris tidak menimbulkan suara. Kamar Gio tampak temaram hampir gelap di semua tempat. Jika saja bukan karena jendela kamar yang terbuka dan membuat sedikit penerang, Kimora tidak yakin mau memasuki kamar tersebut.

Kimora tidak bermaksud lancang, tapi ia sudah berusaha mengetuk kamar itu sekeras mungkin. Kimora sudah berusaha memancing Gio keluar dari kamar itu dan setelah gerah karena diabaikan, juga sadar pintu tersebut tidak terkunci maka jangan salahkan dirinya jika kini ia masuk tanpa izin.

Aroma maskulin berpadu dengan wangi khas tubuh Gio tercium kental di kamar itu. Kedua mata lentik itu terpejam, tanpa sadar menikmati aroma yang entah kenapa mendadak membuatnya candu.

"Kau gadis lancang."

Kimora terperanjat saat merasakan betapa lirihnya suara itu di telinganya. Tubuhnya membeku saat tanpa sadar ia memundurkan tubuhnya dan berakhir dengan menyentuh kulit lembab yang dingin. Aroma segar menguar disekitarnya.

Apa Gio baru saja selesai mandi? Kimora merasa wajahnya panas seketika.

"Maaf aku tidak bermaksud." Kimora berusaha menjauhkan tubuh keduanya tapi Gio dengan mudah mengikis jarak mereka, tangan besar pria itu akhirnya berhasil melingkari perut Kimora dan membelainya disana. Kimora tercekat dan tubuhnya membeku seketika. Sementara Gio menikmati saat jari-jarinya berhasil bergerilya menyentuh kulit hangat gadis itu.

"Apa aku lupa memperingatkanmu, untuk jangan memasuki kamarku sembarangan?" Bisik Gio dengan suara yang dalam.

Kimora berusaha bertahan disaat tubuhnya yang mendadak meremang tanpa sebab. Otaknya menerka kapan terakhir ia dan Gio seintim ini, tapi disamping itu, Kimora sadar ia yang salah disini.

Panas ditubuh Kimora meningkat saat bibir dingin Gio sukses menempel di bahunya yang panas. Tubuh gadis itu benar-benar memerah dan Kimora mendadak panik.

Ini pasti hanya halusinasi. Kimora berusaha meyakinkan dirinya. Bagaimana mungkin sosok ketus beberapa jam yang lalu kini berubah seratus delapan puluh derajat. Tapi saat Gio kembali bersuara. Kimora tahu sosok apa yang sedang ia hadapi.

"Malam itu tidak ada artinya, Kim." Bisikan itu terdengar intim di telinga Kimora. Nafas Gio memutari sisi wajah Kimora, bergerilya menggodanya.

"Tapi aku tidak masalah dengan malam selanjutnya, kau mungkin bisa membuatku terkesan." Gio berbisik pelan dan menggoda, sisi iblis penggoda di dalam dirinya merajalela.

Seolah lupa darat, Gio semakin berani mengukung gadis itu untuk masuk ke dalam jeratannya.

"Brengsek!" Umpat Kimora berusaha lepas saat lidah Gio sudah berhasil menyapu telinga kirinya.

Beruntungnya Gio sedikit lengah sehingga Kimora dapat membalik keadaan dan mendorong Gio sekuat mungkin, gadis itu menjaga jarak aman dengan segera.

Sementara Gio menyeringai tanpa dosa, Kimora menatapnya nyalang dengan wajah merah penuh emosi.

Masih dengan senyum angkuhnya, Gio berjalan mendekati Kimora. Oh, Kimora benar-benar muak melihat senyum angkuh yang selalu menjadi ciri khas seorang Gio.

"Aku datang bukan untuk itu!" Teriak Kimora berusaha mengelak saat jemari besar itu berusaha menggapainya.

Tatapan Gio merendah, tangannya terulur kosong. Sedikit kecewa karena gagal menggapai Kimora.

Kimora yang ditatap seperti itu mendadak ciut tapi ia lebih ketakutan saat Gio menyeringai dengan alis yang bermain dengan jenaka. Jelas pria itu tampak meledek ucapan Kimora.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now