17 - Tattoo

31.6K 1.6K 30
                                    

Anna kembali memberikan tisu pada Kimora. Gadis itu terserang demam ringan dan pilek.

"Kau sungguh tidak apa-apa?" Tanya Anna khawatir melihat wajah pucat Kimora.

Kimora menggelengkan kepalanya. "Aku baik." Jawabnya seadanya.

Anna hanya menghela nafasnya. "Ku dengar kemarin ayahmu mencarimu. Katanya kau tidak pulang tiga hari."

Kimora menoleh dengan cepat. "Ia menemuimu?" Tanya Kimora.

Anna menggeng. "Dia meneleponku secara pribadi."

Kimora tidak merespon tapi wajahnya terlihat lega.

"Kau kemana?" Tanya Anna lagi.

Kimora tidak bergeming. Ia tidak mungkin menjelaskan pada Anna bahwa selama tiga hari ini ia ikut menginap di tempat kakaknya semenjak Gio mengusirnya. Tidak mungkin ia menjelaskan bahwa selama tiga hari ini ia menginap di kamar salah satu Club malam milik teman kakaknya.

Kakaknya bilang hanya disana tempat paling aman untuk sembunyi asal Kimora tidak pernah keluar dari kamar saat malam. Dan setiap malam Kimora tidak bisa tidur karena pintu kamarnya sering di gedor sembarangan.

"Kau tidak mau mengatakannya?" Tanya Anna menghela nafas.

"Anna." Kimora bergumam. "Kau tahu aku menyayangimu." Kimora tersenyum tipis membayangkan ini adalah hari terakhirnya bisa dekat dengan Anna karena Kimora sudah berjanji akan ikut dengan kakaknya ke Las Vegas.

"Jangan bicara begitu dengan tatapan aneh itu. Kau seperti ingin mati saja." Dengus Anna sedikit khawatir.

"Aku hanya bercanda." Kekeh Kimora. "Berikan aku tisu lagi."

Anna mendengus dan kembali memberi Kimora Tisu. "Kau kabur dari rumah dan Gio yang tidak pernah datang ke sekolah lagi." Anna menutup mulutnya saat otaknya mulai penuh imajinasi konyolnya.

"Jangan bilang!" Matanya melotot tajam sebelum wajahnya mendekati Kimora dan berbisik. "Kau tidak kawin lari dengan Gio, kan?!" Bisiknya berusaha menahan suaranya agar tidak terdengar keras.

Kimora mendorong wajah Anna dengan jengkel. "Singkirkan pikiran bodoh itu."

"Kau menyakiti ku!" Rengek Anna berpura-pura marah. "Lalu kemana pangeranmu itu. Biasanya ia menempel padamu."

"Dia bukan pangeranku. Ah... Lebih tepatnya dimatanya aku hanya seorang jalang." Kimora berdecih, ia masih kesal dengan kejadian terakhir, tapi syukurlah setelah itu ia tidak perlu bertemu dengan Gio. Kimora benar-benar tidak bisa berpura-pura untuk tidak tersinggung.

Satu yang Kimora patut syukuri. Andreas belum mencarinya. Itu artinya ayahnya belum membocorkan kalau ia kabur dari rumah. Tentu saja, pria itu tidak akan berani membocorkan hal itu karena disini posisinya yang dipertaruhkan.

"My love!" Sapa Andreas yang muncul tiba-tiba dan menghampirinya. Anna memutar bola matanya tampak risih dengan kehadiran Andreas sementara Kimora mengabaikannya.

Andreas menatap Anna tajam. "Kau tidak sibuk?" Tanya Andreas mengintimidasi. Jelas Andreas sedang mengusirnya.

Anna mendengus. Ia kesal karena diusir oleh pengganggu, tapi ia juga tidak berani melawan. Akhirnya ia melirik Kimora sebentar. "Kim, aku baru ingat ada yang harus ku kerjakan. Aku pergi dulu." Pamit Anna terpaksa.

Sama seperti Anna, Kimora juga tidak bisa berbuat apa-apa dan dengan terpaksa ia mengangguk setuju.

Andreas mengambil sisi sebelah Kimora dan merangkul gadis itu. Ia memainkan rambut Kimora hingga membelai wajah gadis itu, menarik dagu Kimora hingga tatapan mereka bertemu. "Aku merindukanmu." Bisiknya semakin mendekati wajah Kimora.

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang