63 - He's coming

13.8K 905 68
                                    

Gio memperhatikan Kimora yang bergerak kesana kemari sambil melakukan aktivitas sederhananya. Gadis itu bergerak untuk memindahkan kuas lukisnya, mengatur model yang ia dapatkan dari beberapa sayuran di dapur atau hanya sekedar mengukur cahaya sinar matahari yang masuk ke dalam kamarnya. Tidak ada hal yang menonjol kecuali perut gadis itu yang mulai membuncit.

"Apa kau ingin mengadakan resepsi pernikahan?"

Respon Kimora selalu sama saat mendengar ucapan itu. "Kau sedang mengejekku lagi?" Sinisnya dengan raut wajah kesal.

"Kau akan selalu cantik." Senyum menggoda terpapar di wajahnya.

Oh, Ingatkan Kimora untuk tidak melambung.

"Meski dengan perut buncit." Kekehnya di akhir. See, how romantic he is?

Kimora mendengus, kehamilannya sudah memasuki 5 bulan dan ia semakin kesulitan bergerak tapi Gio selalu berhasil menggodanya setiap hari. Jika biasanya ia akan mengatakan "seharusnya kau katakan itu saat perutku belum buncit." Tapi rasa jengkelnya sekarang lebih besar hingga ia melontarkan kalimat yang lain.

"Aku benar-benar membencimu."

Brak!

Beberapa peralatan lukisnya melayang hingga mematahkan beberapa kuas miliknya. Kimora memejamkan matanya dan mengatur nafasnya segera. Ia wanita hamil yang selalu mendapatkan tekanan.

Lihat siapa yang memiliki masalah dengan suasana hatinya. Ia yang hamil tapi Gio yang jauh lebih sensitif. Kimora hanya perlu menghitung beberapa detik sebelum Gio kembali mengukungnya.

Benar saja hanya butuh beberapa detik Gio sudah berdiri di belakangnya. Pria itu menunduk untuk sekedar berbisik pelan dengan nada yang berat di telinganya. "Ku pikir aku salah mendengar sesuatu?"

Sudut bibir Kimora berkedut. "Apa kau akan selalu seperti ini? Kau bahkan tidak bisa menerima sebuah lelucon."

"Maksudmu lelucon yang berasal dari pemikiranmu sebenarnya. Katakan padaku apa kau berencana lari dariku?" Gio menegakkan kembali tubuhnya hanya untuk menunjukkan eksistensi kuasanya.

Kimora mendengus geli, lihat betapa sensitifnya pria itu. Drama ini terus terjadi setiap hari hingga membuatnya sangat lelah. Gio dan segala pemikiran negatifnya.

"Kau tidak akan bisa, Kim. Aku bersumpah."

Kimora mengerang pada akhirnya. Ia bangkit dari duduknya dan menunjuk Gio dengan emosi. "Aku berdiri di depanmu. Aku menandatangani perjanjian konyol milikmu, aku bahkan sudah memiliki akta nikah denganmu. Kau benar-benar konyol jika masih memikirkan aku akan lari darimu."

"Itu karena kau selalu berusaha lari dariku!" Balas Gio marah. Tentu saja pria itu tidak akan pernah mengalah.

"Kapan?" Nafas Kimora tersendat, emosinya kian memuncak. "Apa kau berhalusinasi? Aku bahkan tidak pernah meninggalkan tempat ini sejak datang ke rumah ini."

Kesal Kimora mulai memukul dada Gio dengan keras. "Kau harus akui ini adalah buah dari perbuatanmu sendiri. Kau memaksaku tinggal hingga dihantui ketakutan aku akan lari darimu."

"Oh, dan kau lupa kau sendiri yang datang padaku." Kedua tangan Kimora ditangkap dengan cepat oleh satu tangan Gio. Sayangnya melihat mata polos yang hampir dipenuhi liquid bening itu menimbulkan penyesalan tersendiri baginya.

Kimora menunduk, ia benci saat kenyataan selalu menamparnya. Tapi bisakah Gio tidak perlu mengingatkan semurah apa dirinya.

"Kau benar."

Menghentikan pukulannya, Kimora segera berbalik untuk pergi.

Melihat punggung lemah yang mulai bergetar membuat Gio mengerang marah pada dirinya sendiri. Entah karena memiliki awal yang buruk atau karena emosi keduanya yang memang sulit dikontrol, mereka selalu berakhir berdebat setiap harinya bahkan untuk hal sepele sekalipun.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now