53.1 - Good night

15.5K 963 71
                                    

Langkah kaki Kimora terdengar ragu, ia berjalan melewati gang sempit yang tampak Kumal seorang diri. Sepatu putih yang ia gunakan sudah kotor terciprat genangan air yang menggenang di jalan. Gadis itu menenteng kantung plastik berisi makanan siap saji yang akan menjadi menu makan malamnya hari ini.

Kimora menghela nafasnya dengan sedikit lelah, hidupnya berantakan setelah Gio kembali hadir di hidupnya. Ia merindukan hidupnya yang dulu. Meski terkesan datar tapi Kimora memiliki hidup yang nyaman, tidak mewah tapi cukup untuk dirinya sendiri.

Semalam saat Kimora terburu-buru keluar dari rumah Aslan, pria tua itu langsung menahannya dan mencoba membujuknya. Kimora bukan gadis bodoh yang mau masuk ke dalam lubang yang sama untuk yang kesekian kalinya.

Melihat gelagat Gio, Kimora mulai memahami jika permainannya akan berbalik menyerangnya.

Karena itulah Kimora memutuskan berhenti bermain.

Ia tidak mau ambil resiko, apalagi jika resiko itu menyangkut Gio.

Pria itu tidak akan mudah melepaskannya.

Maka disinilah Kimora berakhir.

Alih-alih menerima bantuan dari Aslan, Kimora lebih memilih menggunakan sisa uangnya yang tidak seberapa untuk bertahan hidup. Bahkan sampai detik ini ia masih memilih bungkam dan tidak menghubungi keluarga maupun teman-temannya.

Terbiasa hidup sendiri membuat Kimora tidak mudah menggantungkan hidupnya pada orang lain. Setidaknya sekarang ia sudah mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan.

Ia mendapatkan pesanan untuk memenuhi sebuah Mansion dengan semua lukisannya. Kimora bahkan tidak perlu mengeluarkan modal untuk membeli peralatan dan bahan yang dibutuhkan, semua sudah ditanggung oleh pemilik mansion tersebut. Hanya saja bayarannya akan dibayar setelah Kimora menyelesaikan setengah dari lukisannya dan akan dibayar penuh saat pekerjaannya sudah selesai.

Setelah Kimora menyelesaikan pekerjaan ini, uang bayaran yang akan didapatnya sudah mampu untuk membantu Kimora kembali membangun galeri lukis miliknya lagi. Yang Kimora harus lakukan saat ini adalah bersabar.

Langkah Kimora terhenti saat ia melihat sekumpulan remaja dengan tampilan ala preman yang sedang asik berkumpul tidak jauh dari tempatnya saat ini.

Kimora mengeratkan genggamannya pada kantung plastik yang ada ditangannya. Wajahnya sengaja ia tundukkan untuk membiarkan rambut panjangnya menutupi wajahnya.

"Hai Nona cantik!" Sapa salah satu dari mereka saat menyadari Kimora sudah berjarak dekat dengan gerombolan mereka. Pria muda yang masih tergolong remaja itu bahkan tidak segan-segan turun dari kursi rongsok yang ia jadikan tumpuan tubuhnya sebelumnya.

"Aku akan mengantarmu Nona manis." Ucapnya terkesan menggombal setelah berhasil merangkul Kimora. Melihat yang lain diam dan hanya menonton membuktikan bahwa pria yang saat ini merangkulnya adalah pimpinan dari gerombolan itu.

"Kau mau mati!" Desis Kimora marah dan menyingkirkan tangan itu dari bahunya.

Pria dengan tindik di lidahnya itu tertawa mengejek. "Kau terlalu sombong untuk ukuran jalang!"

Kimora membalas tak kalah sengit. "Apa aku mengenalmu sehingga kau bisa menilaiku?!"

Pria itu menggidikkan bahunya. "Hanya ada satu alasan seorang gadis cantik tinggal di daerah ini. Itu karena dirinya seorang pelacur."

"Ada." Potong Kimora segera. "Ada lagi alasan lainnya. Tempat seperti ini bisa menjadi tempat paling aman untuk ukuran seorang buronan pembunuh."

Wajah pria itu mendadak pias. Kimora hampir tertawa geli saat melihat betapa polosnya pria muda itu.

"Kau harus tahu semakin cantik mawar, semakin tajam durinya."Kimora membelai wajah pria itu sebelum menepuknya dua kali untuk memberinya kesadaran.

Setelahnya hari-hari Kimora berlalu dengan membosankan. Kebosanan yang gadis itu sukai. Ia akan pergi bekerja dan pulang saat hari sudah gelap dengan tubuh penuh cat lukis.

Tapi Kimora kembali mengalami kesulitan saat uang simpanannya benar-benar habis. Maka hal yang harus Kimora lakukan adalah menyelesaikan lukisannya secepat mungkin agar ia mendapatkan separuh bayarannya.

Kimora menggigit bibirnya dalam. Ia benar-benar kelaparan sekarang mengingat ia belum makan sejak semalam dan hari sudah kembali gelap. Kimora bahkan tidak yakin untuk pulang ke rumahnya karena ia tidak memiliki uang cukup untuk ongkos pulang.

Kimora memperhatikan ruangan kamar yang luas. Kamar itu adalah kamar utama dari Mansion ini dengan balkon yang mengarah langsung ke arah taman. Pemiliknya secara khusus ingin dibuatkan lukisan dengan pemandangan taman bunga tulip Belanda yang akan menjadi hiasan kamar tersebut.

Kimora mulai bertanya-tanya. Sejak ia bekerja, Mansion itu tampak kosong. Tidak ada pelayan atau penghuni rumah. Selama ini Kimora hanya bertemu dengan penjaga rumah yang selalu membukakan gerbang untuknya tapi sepertinya penjaga itu juga tidak tinggal disana karena setelah Kimora pergi biasanya penjaga tersebut akan mengunci gerbang dan ikut pergi meninggalkan Mansion itu.

Kimora merutuk dalam hati. Ia benar-benar kelaparan sekarang. Seandainya saja Mansion mewah ini menyajikan makanan semewah tempat itu. Sayangnya tidak ada apa pun disana. Kimora tahu karena ia memulai pekerjaannya dari dapur.

Dapur itu benar-benar kosong bahkan tidak ada air disana.

Kimora akhirnya memilih untuk menghentikan pekerjaannya. Ia tidak bisa fokus untuk melukis sementara perutnya meraung untuk meminta diisi.

Oh, bolehkah Kimora meminta keajaiban. Ia hanya berharap ada makanan yang jatuh dari langit dengan cuma-cuma.

Kimora menatap kasur yang terlihat nyaman di depannya dengan penuh keinginan. Ia mulai berkhayal merasakan kasur empuk lagi, mengingat rumahnya saat ini hanya menyediakan kasur tipis yang hanya menyakiti punggungnya.

Tanpa sadar tubuh Kimora bergerak sendiri, ia bangkit dari duduknya dan melepas sepatunya sendiri sebelum merebahkan tubuhnya di atas kasur yang lembut. Oh, Kimora merasa baru saja menjatuhkan tubuhnya ke atas tumpukan awan.

"Ini lembut." Bisik Kimora tersenyum tulus sebelum kesadarannya terenggut.

-o-

Aku lanjut Up nanti malam. Ini aku ketik sebelum berangkat kerja jadi maaf kalau pendek.

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang