31 - Halusinasi

22K 1.2K 69
                                    

Nafas Kimora tertahan, tubuhnya meremang, merasakan bagaimana tubuh hangat itu mengukungnya. Bagaimana tangan-tangan itu bergerilya di tubuhnya yang panas dan memerah. Bagaimana nafasnya menggelitiki leher dan meniup wajahnya.

Nafas Kimora semakin memburu merasakan bagaimana ia dengan berani memeluk tubuh kekar itu dan membalas lumatan bibir basah itu. Menikmati dan meresapi setiap perlakuan mendamba yang ditujukan padanya.

Samar-samar Kimora membuka matanya, berusaha meraih kesadaran yang setipis benang, tapi saat ia berhasil meraihnya.

"Kau menikmatinya, Kim?"

Mata Kimora terbuka. Ia segera bangkit dari tidurnya dengan nafas tidak teratur. Matanya menangkap ruangan kamarnya.

Kosong.

Kimora menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Apa itu tadi? Pikirnya resah.

Kimora merasa hampir Gila. Mimpi itu terasa nyata seolah ia memang pernah mengalaminya tapi saat ia menyadari bahwa laki-laki itu adalah Gio.

Kimora menertawakan dirinya sendiri.

Segila itukah ia pada laki-laki itu? Sebesar itukah rasa sukanya sampai ia berani bermimpi seerotis itu?

Kimora kembali menutup wajahnya. Ia benar-benar malu. "Memalukan." Bisiknya menghina diri sendiri.

"Pagi, Kim!"

Kimora mengangkat wajahnya dan menemukan Angel masuk ke dalam kamarnya. Angel adalah pelayan yang sejak kemarin membantu merawatnya.

"Hai, Angel." Sapa Kimora balik setelah kembali tenang.

"Aku akan menyiapkan keperluanmu." Kata Angel bergerak langsung mengerjakan pekerjaannya.

Kimora sedikit meringis. Ia merasa tidak enak hati ketika melihat Angel melakukan pekerjaannya yang melayani segala keperluan Kimora. Mereka di posisi yang sama, tapi karena ia sakit. Kimora merasa semua orang di rumah ini memperlakukannya seolah ia adalah nyonya rumah ini.

"Angel. Aku bisa mengurus diriku sendiri sungguh." Kimora mencoba menolak halus setiap ada yang membantunya sama seperti kemarin.

Angel diam sejenak, ia melirik Kimora dan tersenyum tipis. "Aku akan menyiapkan air agar kau bisa mandi."

Kimora menghela nafasnya, lihat. Bahkan setiap ia menolak bantuan para pelayan disini. Semua tidak ada yang menggubrisnya.

Kimora sudah merasa cukup sehat. Ia tidak kesakitan atau masih merasa sakit. Sungguh. Tapi kenapa seisi rumah ini masih memperlakukannya seperti orang sakit.

"Kim, aku sudah selesai." Angel keluar dari kamar mandi Kimora dan berjalan mendekati Kimora.

Kimora tersentak saat angel berusaha membuka piyamanya.

"Aku bisa sendiri." Wajah Kimora merah padam. Tangannya langsung menggenggam kancing bajunya dengan satu tangannya.

Angel melipat tangannya di depan dadanya. "Oh, ya? Kau bahkan tidak bisa berjalan, Kim."

"Kata siapa?" Jawab Kimora sengit. "Aku bisa." Kimora bangkit dari duduknya dan...

Bruk!

Mata Kimora membelalak.

Ia jatuh.

Kakinya seolah lumpuh. Kimora mengangkat wajahnya menatap Angel dengan pandangan horor. Mencoba bicara lewat matanya. Kimora tidak bisa merasakan kakinya.

Kimora lumpuh.

Tidak mungkin ia lumpuh. Kemarin ia masih bisa berjalan. Dan Kimora benar-benar merasa sangat sehat. Ia bahkan bisa berlari memutari kamar ini.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now