52 - Hold

15.9K 1.1K 97
                                    

Kimora memeluk dirinya sendiri saat udara dingin membelai tubuhnya. Rumah Aslan yang dulunya tampak akrab bagi Kimora kini tampak mencekam. Kimora melangkah seringan bulu. Kepalanya mewanti-wanti keadaan di sekitarnya.

Dulu ia tidak secemas ini berkeliaran di rumah Aslan. Tapi kali ini berbeda. Setelah apa yang ia lakukan pada Gio tadi siang, ia cukup yakin Gio akan membalasnya. Mengingat perangai pria itu membuat Kimora was-was pria itu akan membalasnya tiba-tiba.

Saat kakinya menapaki lantai satu, Kimora kembali dibuat heran. Keadaan rumah itu lebih sepi. Biasanya meski sudah tengah malam masih ada beberapa pelayan yang berkeliaran, tapi kali ini benar-benar sunyi.

Kimora semakin memeluk dirinya sendiri saat suhu udara mendadak lebih dingin dari sebelumnya. Seharusnya ia tadi membawa sesuatu untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut gaun tidur satin bertali tipis. Bibir Kimora berdecak, ia merutuki dirinya sendiri.

Memejamkan matanya sejenak, Kimora melanjutkan langkahnya ke dapur. Sudah menjadi rutinitasnya, minum air di tengah malam.

Sampai di dapur, Kimora langsung menuangkan air ke gelas dan meneguknya. Satu gelas air ia teguk sampai tuntas dan ia kembali meletakkan gelas itu di atas meja.

Kimora menimang-nimang kalau-kalau nanti ia kembali haus, maka ia pun memutuskan untuk menuangkan air kedalam gelas itu hingga penuh kembali. Kimora bermaksud membawanya ke kamar.

Saat Kimora berbalik ia dibuat terkejut saat Gio sudah berdiri tepat di belakangnya. Pria itu muncul secara tiba-tiba. Kimora bahkan tidak mendengar langkah kakinya. Sementara pria itu hanya menatapnya datar dan tanpa emosi.

Sesaat suasana hening dan keadaan mendadak canggung.

"Ada apa?" Tanya Kimora setelah menormalkan jantungnya.

Gio diam tidak merespon. Pria itu masih menatapnya datar. Perasaan Kimora mendadak cemas. Ia ingin segera menjauh, lagi pula pria itu tidak meresponnya maka tidak ada alasan ia tetap disana. Tapi saat akan bergerak kesamping mendadak langkahnya berbalik mundur saat Gio maju mendekatinya.

"Kau mau apa?" Bisik Kimora tergagap. Sial memang, menyadari ia masih setakut itu saat dihadapkan dengan Gio. Ia mahir berpura-pura berani tapi sebenarnya rasa takutnya jauh lebih mendominasi.

"Bukankah kau bilang mau menungguku dirumah." Suara serak itu mengalun di telinga Kimora.

Mata Kimora mengerjap. Berusaha menghapus ingatannya sendiri. "Aku tidak ingat mengatakan itu."

Gio memajukan wajahnya, menikmati wajah Kimora yang mendadak pucat. "Apa harus ada Amora agar kau bertindak liar?"

Mata Kimora melebar. Tangannya bergerak cepat untuk mendorong Gio dan kembali ke titik aman.

"Apa kau sedang mengungkit masalah tadi siang. Apa kau ingin balas dendam padaku karena mengusik hubungan kalian." Kimora menyipitkan matanya, memandang Gio dengan wajah permusuhan.

"Kau yang memulainya. Aku hanya melanjutkan."

"Melanjutkan?" Bisik Gio sensual.

Kimora tercekat saat melihat seringai kecil di wajah Gio. Mendadak ia merasa salah bicara.

"Jadi jika aku melakukan sesuatu padamu kau pasti akan melanjutkannya begitu?"

Alis Kimora berkerut, ia mulai tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka.

"Kau membenciku." Peringat Kimora.

"Sangat." Balas Gio setuju.

"Aku sangat membenci setiap kali melihatmu maka yang terlintas adalah malam-malam yang dulu pernah kita lalui." Gio maju mengurung Kimora, tangannya bergerak tanpa malu membelai bibir tebal Kimora.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now