19 - Lost Everything

31.6K 1.5K 18
                                    

Memanfaatkan keterkejutan Kimora. Gio maju perlahan semakin dekat, menyelipkan jemarinya mulai dari rahang Kimora menusuk ke sela rambut gadis itu. Tatapan matanya dalam dan memuja. Jempolnya mengusap bibir Kimora. Menikmati bagaimana lembutnya bibir itu lewat jemarinya. Baru saja ia akan memajukan wajahnya mendekati bibir itu Kimora langsung melengos tidak lupa menahan tangannya.

"Aku tahu kau menginginkanku." Desak Gio dengan sorot mata intimidasi.

Meski Kimora menoleh kesamping sekalipun, ia masih bisa merasakan aura intimidasi itu. Mungkin bukan Gio yang hanya menyeramkan, dirinya pun lemah.

"Aku tidak pernah menginginkan hal itu."

Kerutan terbentuk di dahi Gio. Terlihat ia mulai menikmati sangkalan Kimora. "Hal apa Kim?" Desaknya semakin jadi.

"Apa pun itu." Jawab Kimora mantap.

"Lalu kau bersedia terlentang pasrah di bawah pria lain, kau menikmati saat Andreas yang melakukannya?"

Dengan mata berkilat marah Kimora menoleh dan menatap Gio berapi. Dan saat itulah Gio tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung mencium Kimora brutal. Mengabaikan Kimora yang terus berontak sampai akhirnya ia melepaskan ciuman itu setelah puas. Meski ia tidak akan pernah puas.

Kimora menatap Gio nyalang. Wajahnya memerah dan dengan cepat mendorong Gio hingga laki-laki itu terhuyung ke belakang. Antara mendadak lemah atau memang sengaja.

Tidak ada raut penyesalan disana yang ada hanya gurat bahagia dan senyuman penuh ejekan.

"Kenapa? Kau sendiri yang mengakui bahwa kau jalang."

Plak.

Satu tamparan mendarat di wajah Gio. Cukup keras hingga suaranya berdengung di telinga Gio. Bukannya marah Gio tertawa bahagia.

"Kau marah? Tidak terima?" Ejeknya. "Dari pada menamparku seharusnya kau menjelaskan dengan baik kalau aku salah. Jangan berusaha sok menjadi gadis kuat Kim. Sangat tidak cocok untukmu."

Kimora merapatkan giginya. Mana berani ia bersuara karena pasti bukan suara yang keluar tapi isakan. Kimora sebelumnya tidak secengeng ini jika saja Gio tidak merendahkannya terlalu parah.

"Katakan kalau kau bukan jalang dan aku salah. Teriakan itu. Atau kalau kau lebih memilih aku menidurimu. Tenang saja aku pasti membayar dengan harga yang jauh lebih mahal."

Melihat Kimora yang lebih memilih diam memancing kemarahan Gio. Bukan hanya kesal, ia juga tersinggung karena merasa diabaikan.

"Bicaralah Kim!"

Diam. Kimora masih diam dengan deru nafas tidak teratur.

"Damn!" Bentak Gio keras menarik Kimora masuk ke dalam kamar gadis itu tidak lupa membanting pintu kamar itu dengan keras.

Kimora meraung berontak saat Gio membopongnya dan menjatuhkannya ke atas kasur. Kakinya berusaha menendang meski ia hanya menendang udara kosong.

"Lepasss.." Desis Kimora masih berusaha sekuat tenaga menahan isakannya.

Gio merobek pakaian depan milik Kimora dan mulai menciumi bahu gadis itu hingga membenamkan kepalanya di sela leher jenjang gadis itu.

Kimora menangis. "Gio.." isaknya pada akhirnya. "Kau benar. Aku salah, maafkan aku." Kimora berusaha bicara sejelas mungkin diantara isakannya.

Gio diam masih diposisi yang sama terus menyimak. Inilah yang ia tunggu. Pengakuan gadis itu sendiri.

"Ku mohon... Maafkan aku... Maafkan aku.. " lirih Kimora penuh isakan.

Sin of obsessionOù les histoires vivent. Découvrez maintenant