42 - Away

15.2K 937 55
                                    

Kimora menatap kosong ke depan. Gio baru saja meninggalkannya untuk mengganti pakaian setelah mengisi bahan bakar mobil. Laki-laki itu sempat menawarkan Kimora untuk membantu menukar pakaian Kimora tapi jelas Kimora menolak mentah-mentah bantuan itu dan untungnya Gio tampak lebih lunak atau mungkin acuh hari ini. Entahlah Kimora tidak perduli.

Kimora menatapi perutnya dengan pandangan kosong dan sekali-kali merenung suram. Ia menyentuh perutnya lama hingga diakhiri dengan mencengkram bajunya seolah sedang mencengkram perutnya sendiri.

Kimora tidak bisa berbohong. Ia tidak menginginkan bayi. Ia tidak mau punya anak dan ia belum siap.

Menggigit bibirnya keras ia mencoba menahan diri untuk tidak kembali menangis. Ia sungguh tidak mau menangis tapi air matanya terlalu mudah jatuh.

Sibuk melamun, Kimora tersentak saat pintu mobil disampingnya di buka kasar.

"Sudah puas meratap?"

Kimora terkejut saat mendapati Axel berdiri tepat di sampingnya dengan nafas memburu. Mata Kimora bergerak panik ingin menyelamatkan diri.

"Berhenti menjadi gadis bodoh, Kim. Coba gunakan akal sehatmu dan pikirkan apa yang akan terjadi nanti."

Axel melirik tangan Kimora yang tiba-tiba bergetar hebat. Gadis itu segera menyembunyikan ketakutannya dengan menggenggam erat jari-jarinya.

"Kau tahu aku melakukannya untuk masa depanmu."

Kimora masih diam.

"Ini demi masa depanmu." Tekan Axel untuk yang kesekian kalinya.

Kimora tersenyum miris tatapan kemarahannya tertuju pada Axel. "Tapi kau berusaha membunuhku."

Axel tertawa sinis menanggapi kemarahan itu. "Aku hanya mencoba membunuh parasit yang ada dalam tubuhmu." Jawabnya kelewat santai lebih untuk membela diri. Matanya melirik pada perut Kimora yang masih datar Axel bergumam.

"Katakan padaku, Kim. Kau menginginkannya?" Tunjuk Axel dengan dagunya ke arah perut Kimora.

Kimora memeluk perutnya sedikit kencang. Ia ingin berteriak tidak untuk menolak tuduhan itu. Tapi ia juga tidak mau menjadi pembunuh.

"Dunia ini kotor, Kim. Manusia bukan malaikat. Sekarang katakan padaku peran apa yang ingin kau mainkan?"

Kimora tertunduk kembali melihat perutnya sendiri.

"Kau bisa berperan menjadi malaikat dengan melindungi parasit itu, tapi dunia akan berlaku kejam padamu."

Perlahan setiap ucapan Axel benar-benar terserap mengisi pikirannya. Kimora mulai goyah, ia kalut dan juga ragu. Kimora tidak menampiknya. Semua yang diucapkan Axel adalah fakta pahit yang sebenarnya.

"Atau kau bisa menyingkirkan parasit itu dan hidupmu akan kembali semula."

Menggigit bibirnya cukup keras, tangan Kimora kembali meremas ujung bajunya. Ia tergoda.

"Kau yang memilih, Kim." Bisikan akhir Axel benar-benar terdengar seperti rayuan maut.

Axel membelai wajah pucat Kimora. Gadis itu masih mematung tenggelam dalam pikirannya.

Tapi saat mata itu menatap Axel dengan raut wajah cemas dan sedikit tekad yang penuh dengan keraguan, Axel tahu ia mulai memenangkan negosiasi itu.

"Bagaimana jika gagal dan aku mati" bibir pucat itu bergetar mengadu.

Axel tersenyum penuh kemenangan. Ini yang ditunggunya, sifat labil Kimora benar-benar membuatnya harus banyak bersabar.

"Aku pastikan kau akan baik-baik saja, Sweety." Axel tersenyum menawan, memamerkan kemenangannya.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now