11 - Pria misterius

30.9K 1.6K 23
                                    

Gio  masih asik dengan bola orange yang terus ia pantulkan lewat tangannya. Matanya menajam dan seringai diwajahnya tercetak, ia sudah menemukan targetnya. Menghiraukan beberapa lawan yang mencoba menghalanginya. Ia bergerak lincah dengan pola zig-zag dan wush... Bola itu langsung memasuki target sesuai keinginannya hanya dengan satu kali lompatan diiringi dengan lemparan jitu miliknya.

Semua pendukungnya bersorak girang. Gio kembali mencetak angka dan tim sekolahnya kembali memenangkan pertandingan. Semua timnya bersorak gembira berkumpul di lapangan untuk menikmati sorak sorai penonton. Tapi Gio tidak ikut melakukannya.

Ia tidak sedekat itu dengan timnya. Meski ia adalah kaptennya.

Kalian tidak lupa bukan. Gio tidak memiliki teman, tidak tertarik dan membenci hubungan yang merepotkan.

Gio tetap memegang prinsipnya. Semakin dekat orang itu padanya maka akan semakin merepotkan. Semakin spesial orang itu maka akan semakin menyusahkan.

Gio terbiasa dilayani seperti raja. Ia tidak butuh teman yang saling membalas kebaikan.

Yang ia butuhkan hanya anjing yang setia.

Dahinya berkerut saat ia sudah mencapai pinggir lapangan dan yang ditemukan disana bukan Kimora melainkan Gissel.

Awan hitam berkumpul di atas kepalanya. Ia sudah memperingatkan Kimora untuk datang dan mendukungnya di pertandingan terakhirnya. Gadis itu memang menolak dengan alasan sudah memiliki janji lain. Gio pikir pada akhirnya Kimora akan tetap datang ternyata gadis itu benar-benar mengabaikannya.

Dan apa ini?

Kenapa malah jalang itu yang berdiri di depannya. Gio tersenyum sinis.

Gissel tersenyum sensual. Ia menyerahkan satu botol air mineral dan handuk pada Gio.

"Apa-apaan kau?" Tanya Gio sinis.

"Mendukungmu. Apalagi?" Jawab Gissel dengan santainya.

"Aku tidak tertarik dengan jalang menjijikkan sepertimu." Jawab Gio sinis.

Gissel membuang wajahnya kesamping. Ia tertawa kesal sebelum kembali menatap Gio. "Apa kau tidak tertarik pada jalang sepertiku. Aku lebih berpengalaman dan bisa memuaskanmu lebih dari Kimora yang hanya bisa diam mematung."

Gio mengangkat dagunya. Tatapan meremeh ia tujukan pada Gissel. Menyadari sesuatu ia kembali menyeringai. "Aku tahu kau disana."

Gissel balik menatapnya dengan menantang. "Oh ya?" Tanyanya sensual.

"Kau si tikus pengganggu." Kekeh Gio. "Kalau kau tidak disana. Semuanya akan lebih menyenangkan." Kemudian tatapannya berubah dingin. "Kau benar-benar merusak moodku saat itu."

Gissel mengibaskan rambutnya ke belakang. Memperlihatkan leher jenjangnya. "Apa asiknya bermain dengannya." Ia mendekati Gio. Membelai dada pria itu. Ia tersenyum saat merasakan betapa keras dan berototnya tubuh Gio. Sayang sekali sentuhannya masih terhalang Jersey basket milik Gio.

Gio tertawa kesal sebelum menghempas tangan Gissel dan mendorong gadis itu hingga tersungkur ke lantai, handuk serta botol yang ia pegang terlempar saat lepas dari genggamannya. Gissel berang. Menyingkirkan rambut panjangnya yang menutupi wajahnya ia mendongak menatap Gio penuh dendam. "Kau mendorongku!" Teriaknya marah.

"Apa kalian melihatnya. Dia baru saja mendorong wanita lemah sepertiku!" Teriak Gissel membuat dirinya dan Gio langsung menjadi pusat perhatian. Gissel tersenyum culas ke arah Gio. Ia memang tertarik pada pria itu. Tapi ia juga tidak menyukai hinaan Gio padanya. Jadi jangan salahkan dirinya jika ia merusak nama baik si kapten basket.

Sin of obsessionWhere stories live. Discover now