61 - Sisi terang Aslan

12.7K 833 51
                                    

Kimora menatap langit-langit Kamarnya. Tubuhnya remuk. Kimora benar-benar habis. Pria itu jauh lebih mengerikan. Dan Kimora benar-benar menyerah kali ini.

Setelah melakukan percobaan Kabur beberapa kali hingga percobaan bunuh diri yang gagal. Kimora mulai sadar, Gio tidak akan pernah melepaskannya. Pergi dari pria itu juga hanya akan menjadi angan-angannya saja. Karena Pria itu jauh lebih dingin dan tidak berhati.

Selama seminggu mengurungnya sudah ribuan kali Kimora peringatkan bahwa tindakan gila pria itu bukan hanya bisa membunuhnya tapi juga anak mereka tapi Gio benar-benar mengabaikan semua peringatan itu. Kimora dapat menyimpulkan bahwa Gio sama sekali tidak perduli dengan anaknya. Mungkin sejak dulu bukan kehadiran anak yang diinginkan pria itu.

Tapi dirinya sendiri.

Mungkin ucapan Gio yang dulu ada benarnya. Meski ia mati dan menjadi mayat sekali pun, pria itu tidak akan pernah melepaskannya.

Yang ada hanya membuat kematiannya tidak tenang.

Kimora merasakan getaran di kasurnya yang membuktikan sosok disampingnya sudah kembali hidup dan mulai bergerak mendekatinya hingga Kimora yang awalnya menatap langit-langit kamar berubah menjadi wajah Gio yang sudah kembali mengurungnya kembali.

Kimora terdiam sejenak. Tangannya terulur membelai wajah Gio yang tampak kokoh dengan rahang yang keras.

"Gi, ayo akhiri ini." Ucapan Kimora tampak lelah dan putus asa.

Keduanya diam, sementara Gio membiarkan Kimora masih menyentuh wajahnya dengan tangan bergetar.

"Ayo menikah." Tutur Kimora lembut dengan senyum tipis dan air mata yang mengalir dari sudut matanya.

Tidak ada kata yang keluar dari bibir Gio. Pria itu masih sibuk menyadarkan diri.

Gio yang awalnya sudah siap ditolak untuk yang kesekian kalinya. Bahkan berpikir jika kali ini Kimora menolak, kali ini mungkin Gio yang akan menyerah. Ia akan berhenti menyakiti Kimora dan memikirkan cara lain untuk membuat Kimora tetap disampingnya. Ia bahkan berpikir untuk sedikit memaksa atau menyakiti keluarga Kimora.

Tapi ini terlalu mendadak.

Yah, Kimora dan semua kejutannya.

Gio buru-buru menunduk. Ia benar-benar tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Sampai-sampai ia lupa semuanya. Otaknya mendadak kosong dan yang ada dipikirannya hanya putaran ucapan Kimora yang mengajaknya menikah.

Gio berguling ke samping sambil menutup matanya dengan tangannya. Sial. Matanya bahkan meneteskan air mata.

"Sial!" Desisnya mengerang.

"Gi-"

"Kau tidak bisa mencabut ucapanmu, Kim!" Teriak Gio yang membuat Kimora sedikit kaget.

"Aku tidak berniat melakukan itu." Desis Kimora mendadak ngilu.

"Berjanjilah kau tidak akan pernah lari meski dengan cara kematian sekalipun."

Kimora meringis, ucapan Gio selalu terdengar mengerikan. "Aku sudah menyerah."

Tiba-tiba Gio berputar ke samping. Ia juga menarik Kimora agar keduanya bisa saling berhadapan. Kimora awalnya refleks menjauhkan wajahnya saat tangan Gio mencoba menyentuh wajahnya, tapi melihat wajah Gio yang mendadak berubah mendung membuat Kimora memberanikan diri untuk menempelkan wajahnya secara langsung ke dalam telapak tangan Gio dan wajah Gio langsung berseri.

Kimora mengatur dan menahan mimik wajahnya sekuat tenaga. Miris bukan, Kimora merasa seperti seekor kucing yang bertemu majikannya.

"Kita akan menikah besok." Putus Gio seenaknya.

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang