46 - Suka dan Luka

15K 1K 70
                                    

Melihat bagaimana mata tajam itu menatapnya penuh kebencian. Kimora hanya ingin mengasihani dirinya. Katakanlah ia bodoh, tapi ia tidak bisa berbohong. Rasanya masih sama seperti kemarin. Pria di hadapannya ini masih memilikinya.

Menekan segala gejolak emosi dalam dirinya. Kimora menarik tangan Gio yang memegang belati dengan kedua tangannya. Mata keduanya terkunci dan Kimora dengan pelan menuntun belati itu menuju lehernya hingga ujung lancip belati itu menyentuh dagunya.

"Maka kau bisa membunuhku."

Gio mendengus sinis. Cukup terkesan dengan keberanian Kimora yang tiba-tiba. Ia pikir gadis itu akan ketakutan karena itulah kesan pertama yang dilihatnya.

"Kau cukup berani menantangku untuk ukuran tikus kecil sepertimu."

"Lalu kau ingin aku melakukan apa?"

Kedua mata kelam itu menatap Kimora dengan penuh kebencian. Ia benci setiap kali gadis itu berontak dan berbicara dengan berani padanya.

"Kau tampak bahagia untuk ukuran seorang pembunuh. Kau bahkan tanpa tahu malu keluar masuk rumahku."

Kimora menahan sesak di dadanya setiap kali kata pembunuh dilontarkan Gio padanya. Tidak perlu diingatkan, ia tahu siapa dirinya.

"Kau bisa membiarkanku pergi jika itu mengganggumu."

Gio tertawa, tubuhnya bergerak mundur menjauhi Kimora. Tangannya yang cukup berotot mengusap wajahnya tanpa menghentikan tawanya.

"Wah, hidupmu sungguh mudah." Ejek Gio penuh kesarkasan.

Mengabaikan ejekan Gio, Kimora maju berusaha melewati Gio, kembali mencoba menerobos pergi dari sana.

"Kau pikir aku akan membiarkanmu hidup bebas."

Lengan Kimora dicengkeram dan ia kembali di tarik paksa hingga keduanya kembali berhadapan. Manik mata Kimora kembali bertemu dengan mata elang Gio. Tidak seperti sebelumnya, kali ini tatapan mata Kimora terlihat datar dan lelah.

"Kau yang mendatangiku." Desis Gio penuh penekanan.

Kimora menggeleng. "Aku datang untuk menemui Aslan."

Gio tertawa sinis. "Oh, hubungan kalian cukup dekat. Jadi apa statusmu sekarang? Seorang simpanan?"

Sudut bibir Kimora berkedut kesal. Ini lebih baik. Sifat iblis Gio membuat Kimora semakin sadar jika apa yang dulu ia lakukan adalah hal yang benar. Pria ini tidak akan pernah berubah.

Tangan Kimora beralih menarik kerah kemeja Gio, sengaja menyentak hingga wajah mereka hanya terpisah beberapa senti.

"Kenapa kau cemburu? Karena yang kuingat kau begitu tergila-gila padaku." Bisik Kimora dengan bibir yang hampir bersentuhan.

"Kau!"

Ucapan Gio terputus saat bibir dingin milik Kimora berbenturan dengan bibirnya. Gadis itu menciumnya bahkan melumat bibirnya dengan sangat sensual. Untuk sesaat Gio mematung, jantungnya berdebar lebih kencang tanpa bisa ia tahan. Sementara Kimora masih melanjutkan aksinya.

Katakanlah Kimora gila. Tapi ia juga seorang wanita. Setiap ucapan Gio membuat emosinya tersulut dan ia benar benar merasa direndahkan.

Ciuman itu terputus saat dengan kasar Gio mendorong kuat Kimora hingga Kimora terpental ke belakang. Untungnya saat itu tepat Aslan keluar menyusul Kimora hingga dengan cepat ia menangkap tubuh Kimora dengan tepat.

"Apa yang kau lakukan?!" Teriak Aslan marah pada Gio. Ia segera membantu Kimora kembali menopang dirinya sendiri dan menatap putra semata wayangnya dengan penuh permusuhan.

Sin of obsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang