Bab 05 : Dua Pemeran Utama

16.8K 2.2K 47
                                    

"Bisa." Balas Paman Lee, "Tapi sebelumnya saya pernah mengatakan pada anda untuk tidak memberikan rumah anda pada Pangeran Putra Mahkota, tapi Tuan Pangeran malah mengatakan pada saya jika 'bagaimana dan dimanapun aku tinggal, semua tetap sama saja untukku.' Jadi saya hanya menurut saja."

"Lalu, apa rumah lamaku sama seperti rumah kayu ini?"

"Tidak mungkin! Rumah lama anda mana bisa disamakan dengan kandang hewan ini!" Paman Lee menaikkan suaranya. Dia berkata, "Rumah anda itu rumah Jenderal. Luasnya bahkan sama seperti istana Putra Mahkota."

Haechan menghela napas panjang. Dia berpikir, nasib tubuh ini benar-benar buruk. Kehidupan baiknya dirusak dan rumahnya pun dirampas. Menyedihkan!

"Anda mau kemana, Tuan Pangeran?" Tanya Paman Lee saat melihat Haechan hendak melangkah keluar rumah.

Haechan menjawab acuh tak acuh, "Tentu saja keluar, Paman. Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar."

Haechan ingin menghirup udara segar dan mencoba menerima kenyataan yang dia anggap pahit ini. Kepalanya semakin pusing jika dia harus tetap berdiam diri dirumah bobrok itu.

"Tapi diluar sudah gelap, Tuan Pangeran."

Haechan melirik kearah luar rumah dan ternyata memang sudah gelap gulita. Dia tidak tahu, sudah berapa lama dirinya berada di dunia ini.

Pohon-pohon didepan rumahnya menampilkan kesunyian malam. Haechan berkata lembut, "Jangan khawatir, Paman. Lagipula aku menyukai malam. Aku akan segera kembali." Dia menatap kearah bintang-bintang.

Haechan berbalik, "Juga... Aku ingin sendirian saja. Paman beristirahatlah."

Paman Lee terlihat khawatir, bagaimanapun juga Lee Donghyuck adalah tanggung jawabnya. "Tapi Tuan Pangeran, Pangeran Putra Mahkota dan anak saya akan segera kembali ke Kerajaan ini. Perjamuan Kerajaan akan diadakan lusa, lebih baik anda juga beristirahat untuk memulihkan tenaga."

Haechan menggeleng, menolak permintaan Paman Lee.

Paman Lee mendesah, "Baiklah. Berhati-hatilah, Tuan Pangeran. Anak saya, Lee Jeno, mungkin akan menceramahi saya lagi jika anda menghilang seperti dulu."

"Anak Paman? Seperti apa dia?" Tanya Haechan yang kini menjadi penasaran karena Paman Lee selalu membicarakan anaknya.

"Kalau anda melupakan Tuan Marquis, itu mungkin hal biasa, tapi anda bahkan melupakan Lee Jeno? Jika dia tahu anda mengatakan itu, dia pasti akan memarahi saya." Kata Paman Lee.

"Kenapa malah memarahi Paman, dan bukannya memarahiku?"

"Walaupun dia seorang prajurit, dia itu sangat keras kepala. Mana berani dia memarahi anda." Jedanya, "Bocah itu selalu membawa Lonceng Giok Mawar kemanapun dia pergi. Dia selalu menggantung lonceng itu dipinggangnya. Entah dimana dia membeli lonceng itu sehingga sangat berharga. Suatu pagi, saya pernah menyembunyikan lonceng itu, dan Tuan Pangeran tahu apa yang dia katakan?"

Haechan menggeleng.

Paman Lee mendengus, "Dia berkata, 'ayah cari lonceng itu sampai dapat atau Jeno tidak akan menganggap ayah sebagai ayah Jeno lagi!', bukankah anak itu kurang ajar Tuan Pangeran?"

Haechan mengangguk setuju.

"Entah ada hubungan apa bocah itu dengan lonceng tersebut. Saya benar-benar tidak tahu jalan pikiran anak itu!" Kesah Paman Lee.

———

Sudah setengah jam Haechan berjalan menyusuri hutan.

Hutan itu tidak terlalu gelap karena ada beberapa obor yang menyala ditambah lagi bulan yang bersinar terang. Haechan mengamati sekeliling pepohonan dengan masih mengenakan pakaian tradisional. Dilihat-lihat, pakaian yang ia pakai itu tidak pas ditubuhnya. Itu terlalu longgar dan terus saja merosot sepanjang perjalanan Haechan dihutan.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang