Bab 14 : Kesadaran

15K 2.1K 101
                                    

"Lupakan!" Perintah Jeno. Dia ingin membunuh langsung Jaemin tapi semakin dipikirkan, pria dihadapannya ini adalah orang yang sebelumnya bersama dengan Donghyuck. Sudah lama Jeno tidak melihat Donghyuck berbicara panjang lebar pada seseorang.

Jadi, dia melepaskan Jaemin untuk hari ini saja.

"Pangeran, lebih baik kita keluar dari Aula ini." Ajak Jeno membantu Minhyung berdiri.

Jaemin melihat kearah kedua pria didepannya. Dahinya berkerut keras.

Dilihat-lihat, Pangeran Putra Mahkota tidak memiliki keseimbangan pada tubuhnya. Dia sedikit terhuyung dan hampir jatuh, namun Jeno segera menopangnya untuk berdiri tegak.

Jaemin yakin sekarang, Pangeran Putra Mahkota Lee Minhyung...

Dia mabuk!!

Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Lee ini, mabuk hanya karena satu cangkir anggur!!!

Sebenarnya bukan hanya satu cangkir, Minhyung bahkan tidak bisa menanggung satu tetespun anggur. Walaupun fisiknya kuat, tubuhnya tidak bisa menahan rasa anggur apapun. Oleh sebab itu, dibutuhkan seseorang yang harus terus mendampinginya.

Larangan minum anggur untuk Pangeran Putra Mahkota Kerajaan Lee dengan alasan bahwa Pangeran Minhyung merupakan berkah dewa dan tidak diizinkan minum anggur karena akan merusak citra bersihnya, adalah dibuat-buat, agar orang-orang tidak berani mengajaknya minum!

Pupil mata Jaemin menciut, 'Matilah kau besok, Na Jaemin!!'

"Pangeran, tolong tunggu disini. Saya akan meminta obat pereda mabuk pada tabib. Beliau sepertinya ada dirumah, saya tidak bisa membawa anda ke perkampungan." Kata Jeno.

Dia membawa Minhyung menjauh dari Aula dan menempatkan pria mabuk itu dibawah pohon besar.

Ada kursi kayu dibawah pohon itu, Jeno mendudukkan Minhyung kekursi itu seraya berkata kembali, "Tolong jangan kemana-mana, Pangeran. Orang lain tidak bisa melihat anda seperti ini. Saya akan segera kembali."

"Hm." Lenguh Minhyung dengan posisi duduk membungkuk dikursi.

Tidak menyia-nyiakan waktu lagi, Jeno langsung bergegas ke perkampungan.

Beberapa saat kemudian, atensi Minhyung teralih pada sesuatu yang jauh. Pandangannya semakin kabur dengan raut wajah tenang seperti biasanya. Dia berjalan terhuyung-huyung dan tersungkur berkali-kali saat hendak menuju kearah sesuatu yang menarik matanya itu.

Setelah berputar-putar mencari kamar mandi namun tak juga ditemukan, dengan terpaksa Haechan mencari pohon yang jauh dari keramaian.

Dia berdiri dengan tangan menyangga pohon, "Hooeek..."

Seluruh isi perutnya, keluar begitu saja. Dia terlalu banyak minum ditambah lagi memakan banyak makanan hidangan dari perjamuan. Perut yang sebelumnya bergejolak, kini sudah membaik.

Haechan menyeka mulutnya dan bernapas lega.

Dia berjalan melangkah pergi.

Belum sempat mengambil sepuluh langkah, sebuah tangan membuatnya terhenti. Tangan itu menggenggam erat pergelangan tangan Haechan.

Haechan menoleh, menatap dari atas hingga kebawah pada orang yang memegang tangannya dan mendapati seorang pria dengan pakaian yang kotor akibat debu tanah. Ada sedikit noda pada wajah orang itu, namun noda itu sama sekali tidak berpengaruh pada wajah tampan pria itu.

"Pangeran Putra Mahkota." Ucap lembut Haechan pada orang itu. Bagaimanapun, ini bukan tubuh aslinya dan ia harus bersikap baik. Apalagi dihadapannya saat ini adalah Putra Mahkota-Nya Kerajaan Lee.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang