Bab 30 : Aku Marah!

16.2K 2.1K 198
                                    

Mina melepaskan perlahan gandengannya. Dia menunduk hormat dan berkata, "Maaf, Pangeran. Hanya saja, saya sudah mencari anda kemana-mana." Jedanya, "Pangeran, Yang Mulia Ratu memanggil anda."

Haechan mengalihkan perhatiannya kembali kearah Jang Shim. Dia langsung berlari menghampiri Jang Shim yang tengah menggeser sebuah guci berukuran cukup besar didepan istana.

"Nona, biar saya bantu." Ujar Haechan mengambil alih pekerjaan Jang Shim. Dia mencoba menunjukkan kekuatannya pada Jang Shim.

Jang Shim segera menolak, "Tidak perlu, Pangeran. Saya bisa melakukannya sendiri." Perkataannya sangat lembut, membuat Haechan kadang terlena.

Haechan tersenyum, memperlihatkan gigi-giginya yang tersusun rapi. Sangat cerah dan cantik, ditambah lagi cahaya matahari yang bersinar terang disekitar mereka berdua. Tampak sangat sempurna.

Dikejauhan, Minhyung yang masih berdiri ditempatnya sedikit terpana, namun juga menggelap. Dia bertanya entah pada siapa, "Sejak kapan mereka dekat?"

Mina yang menjadi satu-satunya orang yang berdiri disamping Minhyung, menjawab, "Sejak anda pergi, Pangeran."

Minhyung menoleh, menatap tajam Mina. "Bukankah aku mengatakan pada kalian semua untuk tidak mendekatinya?" Tanyanya dingin, menuntut Mina untuk segera menjawab pertanyaannya.

Buru-buru Mina menjawab, "Dia... Dia sendiri yang berjalan mendekat."

Minhyung mengernyit, "Dia?"

Mina mengangguk, mengiyakan.

Minhyung mengepalkan tangannya kuat. Membuat kuku-kuku jarinya menancap keras ditelapak tangannya. Perlahan, tetesan darah segar keluar dari kepalan tangannya. Kuku-kukunya yang biasa dia gunakan untuk mencekik musuh, kini melukai dirinya sendiri.

Mina menegur panik dan langsung mengulurkan tangan, tapi Minhyung langsung meninggalkannya. Dia berjalan pergi menjauh, meninggalkan Mina dengan kedua tangannya yang masih mengapung diudara.

Raut wajah Mina berubah kesal, marah sekaligus malu. Dia mendecik kesal, mengibas kain lengannya dan melangkah pergi juga.

Pada malam harinya, sekitar pukul sembilan malam, Haechan melangkah keluar rumah dengan memegang sekendi Anggur Angin Malam. Dia berencana untuk meneguk anggur itu sembari menatap bulan diluar rumahnya.

Tanpa disangka-sangka, Haechan terperanjat melihat Minhyung yang berdiri tepat didepan rumahnya.

Keempat manik mata itu saling bertemu.

Minhyung yang merasa terpergok oleh Haechan, berbalik dan hendak melangkah pergi.

"Tunggu!" Seru Haechan buru-buru menghampiri Minhyung. Setelah berdiri tepat didepan Minhyung, menghalangi pria itu untuk pergi. Dia pun bertanya, "Hei, kenapa kau ada didepan rumahku?"

"Bukan urusanmu." Jawab Minhyung ketus.

Haechan ber'oh'ria saja sembari manggut-manggut.

Dia meneguk anggurnya. Jakunnya turun naik saat air anggur masuk ke tenggorokannya. Manik cokelat Haechan diam-diam mencuri pandang kearah Minhyung.

Setelah mengelap mulutnya yang basah karena air anggur, Haechan berujar kepada Minhyung, "Temani aku minum, Lee Minhyung."

Minhyung mendengus, "Buang-buang waktu."

"Kalau begitu, bisakah kau panggil Jeno kemari? Pinta dia datang menemuiku dan menemaniku minum. Aku bosan." Ucap Haechan.

Minhyung menyipit tajam. Segera dia berbalik dan berjalan cepat menuju kedalam rumah Haechan, membuat Haechan lagi-lagi terpaksa menyamai langkahnya. "Heh, tadi katanya tidak ingin." Goda Haechan menyikut lengan Minhyung.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang