Bab 10 : Mungkin Teman

14.5K 2.1K 113
                                    

Pakaian yang ia pakai terlihat seperti pakaian yang bertempel-tempel. Kebesaran dan kakinya bahkan tak terlihat. Haechan menunjukkan pakaian yang ia pakai pada semua tamu. Tamu yang melihatnya mulai berbisik-bisik dan menggumamkan nada ejekan.

Para tamu itu juga tertawa-tawa kecil terutama sekumpulan wanita disamping kanan Haechan.

Didepan, ekspresi Yang Mulia Ratu tampak kesal dan jengkel. Tangannya terkepal erat dan ia memalingkan wajah tidak senang melihat Haechan.

Yang Mulia Raja menepuk keningnya dan menggeleng pelan.

Haechan tersenyum lembut penuh kepolosan. Jauh didalam hatinya, dia tersenyum miring dan terkekeh-kekeh juga. Dia terkekeh karena melihat orang yang menertawakannya padahal mereka semua sedang ditertawakan oleh Haechan.

Haechan berkata polos, "Kenapa kalian semua tertawa? Apa ada yang salah denganku?"

Salah seorang pejabat mencemoohnya, "Pakaianmu, apa itu dijahit olehmu sendiri? Hahaha..."

Haechan membalas, "Ini? Pakaian ini dari Pamanku, Tuan Marquis. Dia yang memilihkan ini untukku sebagai hadiah. Selera Pamanku itu sangat bagus, tahu!"

Membahas selera, Tuan Marquis tersedak. Dia tidak tahu jika keponakannya ini sekarang begitu penuh omong kosong.

Pejabat itu mencibir, "Heh, mana mungkin Tuan Marquis memiliki selera seperti itu. Lihat pakaian yang dipakai dirinya, hijau dan anggun. Lalu lihat pakaianmu, itu bahkan tidak bisa disebut sebagai pakaian."

Haechan berpura-pura terkejut, "Astaga Paman! Kalau Tuan Marquis mendengar Paman mengatakan seleranya buruk, Paman akan sangat melukai hatinya."

Haechan menambahkan penyedap rasa pada ucapannya, "Walaupun aku tidak suka, ini adalah pemberian Tuan Marquis untukku. Pakaian ini dipilih karena seleranya, makanya aku harus memakainya untuk menghargainya, bukan?"

Haechan tidak tahu mana yang Tuan Marquis. Untung saja pejabat tadi mengatakan jika Tuan Marquis mengenakan pakaian hijau, jadi dia melirik pria paruhbaya berpakaian hijau itu dan menunduk hormat, "Terima kasih, Paman. Walaupun Paman ini mengatakan seleramu sangat buruk, Donghyuck akan tetap menghargainya."

Raut wajah Tuan Marquis berubah. Giginya bergemeretak dengan tangan yang terkepal erat.

Seorang wanita dari barisan selir berkata sombong, "Donghyuck, apa lagi yang ingin kau katakan? Ini Perjamuan Istana! Cepatlah duduk dimejamu."

Haechan menoleh kearah para selir. Dia tersenyum lembut, matanya menyipit dan raut wajahnya tampak segar.

Entah kenapa para selir itu tertegun melihat wajah Haechan.

"Baiklah, Yeri. Yeri oh Yeri..." Jawab Haechan dengan nada sedikit menggoda.

Bagaimanapun juga, dia adalah seorang pria. Pria yang pernah menaklukkan 17 wanita hanya dalam kurun waktu tiga tahun.

Haechan melenggang pergi kearah mejanya. Disampingnya ada seorang pria seusia dengannya. Pria itu tersenyum manis dan menyapa, "Pangeran, mau minum denganku?"

Pria itu menyerahkan secangkir minuman beralkohol.

"Kau?"

"Ahh... Saya Na Jaemin. Putra dari selir Yang Mulia Raja, Na Jiah." Jawab Jaemin. "Saya dengar, katanya anda hilang ingatan ya, Pangeran Donghyuck?"

Melihat tidak ada jejak-jejak musuh pada wajah pria disampingnya, Haechan tersenyum dan mengangguk. "Begitulah. Aku sedikit lupa karena terlalu lama mengurung diri. Maafkan aku karena telah melupakanmu."

Jaemin menggeleng, "Tidak, tidak. Ini pertemuan pertama kita."

"Pertama?"

"Iya. Alasan saya datang kembali ke Kerajaan ini, karena katanya anda sudah siuman. Saya selalu ingin bertemu dengan anda, Pangeran."

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang