Bab 124 : Menginap

3.9K 620 48
                                    

Bersama Minhyung, Donghyuck berjalan menghampiri ayahnya yang saat ini sedang berbincang dengan Yang Mulia Raja Lee Hyun.

Kedua tangan Donghyuck terlipat dibelakang, dia mengulum bibir ragu. "Ayah." Panggilnya kemudian.

Dongyul menoleh. "Ya, Sayang. Kamu ingin mengatakan sesuatu?" Tanyanya membungkuk, menyamakan tinggi dengan sang anak.

Menjilat bibirnya yang kering. Donghyuck berucap dengan secepat kilat, "Malam ini apa aku bisa menginap ditempat Pangeran Minhyung?"

Ketiga pasang mata itu langsung menoleh padanya. Yang Mulia Raja tersenyum kecil, Dongyul terkekeh dengan kepala yang tergeleng. Sedangkan namanya yang disebut, Minhyung membelalakkan matanya kaget.

Dia menoleh pada Donghyuck, bertanya, "Menginap?"

"Apa tidak boleh?" Donghyuck terkejut. Dia pikir dirinya tak diizinkan untuk tinggal lama diistana Minhyung.

"Tentu saja boleh, Donghyuck." Yang Mulia Raja menyahut dengan senyuman terlukis dibibirnya. "Akan baik jika Minhyung memiliki teman diistananya itu."

"Tapi Pangeran Minhyung seperti tidak mengizinkannya." Ucap Donghyuck yang disambut keras oleh Minhyung.

"Kapan aku mengatakan tidak boleh?"

Donghyuck menatap Minhyung. "Tadi sepertinya Pangeran kaget saat aku meminta izin menginap ditempat Pangeran."

Minhyung ter'hah-hah' mendengarnya. Kenapa bisa menjadi kacau seperti ini?

Sebelumnya Donghyuck bahkan tidak memberitahu dirinya terlebih dahulu jika ia juga ingin menginap diistananya. Betapa kagetnya dia setelah mendengar perkataan Donghyuck saat ini.

"Aku hanya terkejut." Balas Minhyung kemudian. "Kenapa kau tidak mengatakannya terlebih dahulu padaku?"

"Aku kira Pangeran sudah jelas. Saat aku bilang ingin bertanding catur dengan Pangeran, artinya malam ini aku tinggal diistana Pangeran. Itu juga kalau anda mengizinkannya." Sangkal Donghyuck.

Keduanya kacau. Antara Donghyuck yang mulai terbiasa menganggap Minhyung seperti kakaknya sendiri dan tidak berpikir lebih tentang apapun, serta Minhyung yang kaget oleh ajakan Donghyuck untuk menginap ditempatnya.

Tidak ada yang salah diantara keduanya. Sejak awal Donghyuck menganggap Minhyung seperti keluarganya, sedangkan Minhyung menganggap Donghyuck lebih dari apapun.

Mereka berdua berdebat. Yang Mulia Raja menoleh pada Dongyul. "Anakmu sangat berani, Lee Yul."

Dongyul menggeleng lelah. Membalas, "Pangeran Minhyung jadi lebih banyak bicara."

"Itu karena anakmu cerewet." Sahut Yang Mulia Raja. Sudut bibirnya tertarik, mengejek sahabatnya itu.

Dongyul menghela napas.

Hari semakin larut, perayaan masih berlangsung hingga esok harinya.

Minhyung mengajak Donghyuck berjalan keistananya. Dinginnya malam membuat bocah 11 tahun itu memeluk tubuhnya sendiri.

Dia membasahi bibirnya yang pucat. Minhyung yang berjalan disampingnya memperhatikan dirinya.

"Kau kedinginan?" Tanya Minhyung.

"Iya, Pangeran. Tubuhku lemah dicuaca dingin. Huh, aku bahkan meninggalkan jubahku dirumah tadi." Balas Donghyuck kembali membasahi bibirnya yang pucat. Tubuhnya menggigil kecil.

"Kau bisa memakai jubahku." Minhyung menawarkan diri. Belum sempat jubah berbulu itu terlepas dari pundaknya, Donghyuck tiba-tiba saja menatapnya lembut.

"Tidak perlu, Pangeran. Kita sudah dekat." Katanya kemudian, menatap Minhyung penuh arti.

"Pakai saja."

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang