Bab 46 : Pemeriksaan

13.9K 1.8K 161
                                    

Pria paruhbaya itu meletakkan peralatan medisnya diatas meja. Atensinya teralih pada wajah Haechan. Dia mengangkat dagu Haechan penuh kehati-hatian, tampak sama seperti yang dilakukan oleh tukang cukur rambut yang Haechan temui tadi siang.

Lalu mengarahkan ke kanan-kiri dengan tatapan yang serius.

"Sudah sedikit membaik." Ucapnya menganggukan kepala saat melihat lebam diarea mata kiri Haechan yang telah mengalami perbaikan berkat Haechan yang sebelumnya telah mengompresnya dengan es batu.

Si tabib melanjutkan, "Ternyata sekarang Pangeran sudah cukup pintar dalam mengurus diri Pangeran sendiri. Yang saya lihat, luka lebam pada mata kiri Pangeran tidak terlalu serius. Mungkin karena Pangeran segera melakukan pengobatan pertama saat mendapatkan luka tersebut. Bukankah saya benar?"

Haechan yang telah hidup selama 22 tahun didunia modern, merasa diremehkan oleh pria paruhbaya didepannya itu.

Bagaimana bisa pria tua itu mengatakan dirinya hanya 'cukup pintar', padahal Haechan mungkin jauh lebih pintar dalam masalah kesehatan daripada pria tua didepannya ini!

Ini sedikit membuatnya kesal!

Haechan menjawab datar, "Ya. Aku telah mengompresnya dengan es batu."

"Sudah saya duga. Mata kiri Pangeran mungkin telah membaik, tapi demam Pangeran yang kemarin justru akan kembali lagi karena kondisi lemah Pangeran saat ini." Kata si tabib. Dia meletakkan punggung tangannya kedahi Haechan, lalu berkata, "Tubuh Pangeran sedikit panas. Mungkin saat tidur atau tengah malam nanti, Pangeran akan mengalami demam malam lagi."

"Apa Pangeran tidak meminum obat yang saya berikan?" Tanyanya sembari mengeluarkan sesuatu dari dalam tas medisnya.

Obat?

Haechan berpikir keras. Lalu mendecak, "Ah! Minhyung memberikannya padaku tadi pagi. Tapi aku lupa dimana aku meletakkannya."

Si tabib menatapnya sesaat, "Minhyung?"

"Pangeran benar-benar sangat berani, ya, sekarang." Lanjutnya dengan senyum samar yang terkesan menggoda.

'Apa-apaan Paman ini! Apa benar dia seorang tabib? Lebih terlihat seperti seorang ibu-ibu penggosip!' Batin Haechan.

Tabib tersebut mengoleskan salep khusus yang terbuat dari tanaman obat pada area mata Haechan. Dia melakukannya secara hati-hati seakan-akan dirinya akan mati jika melakukannya terlalu keras.

Setengah jam berlalu. Si tabib sibuk membuatkan obat pereda untuk sakit Haechan. Dia menumbuk sejenis daun berjari lima, menambahkan sedikit bubuk khusus dan menghaluskannya sampai benar-benar halus.

Karena bosan, Haechan menoleh pada Jeno yang sedang menatap perih kearahnya. "Kenapa raut wajahmu seperti itu, Jeno?" Tanya Haechan mengendikkan dagu.

Jeno menjawab dengan raut wajah sedih, "Luka itu pasti sangat menyakitkan untuk Pangeran."

"Heh! Ini hanya lebam biasa. Aku tidak buta! Kenapa kalian berlebihan seperti itu terus!!" Haechan mulai kesal. Dia berpikir jika semua orang didunia ini makin lama makin aneh untuknya. Sebelumnya tiga bersaudara Lee, rakyat Lee, lalu Minhyung, si tabib didepannya dan sekarang Lee Jeno yang dia pikir tidak akan menunjukkan reaksi berlebihan seperti orang-orang yang dia temui sebelumnya.

Ternyata lebih parah!

Justru reaksi Jeno saat ini benar-benar sangat parah bagi Haechan!

Tapi, berkat wajahnya yang memiliki kesan imut, Haechan mengembuskan napas pelan.

Dia lemah dengan ekspresi wajah seperti itu.

Matanya perlahan terpejam dan membatin, 'Cukup Minhyung saja yang membuatku was-was. Jangan sampai Jeno juga.'

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang