Bab 102 : Hyung

6.6K 1K 37
                                    

"Ssuutt... Diamlah. Mereka akan mendengarnya." Suara orang itu terdengar seperti anak kecil. Dan benar saja, dihadapannya saat ini adalah bocah berusia sekitar delapan atau sembilan tahun.

Minhyung menatapnya lama. Memperhatikan dari atas hingga kebawah kaki bocah tersebut. Terlihat bocah itu bukan salah satu dari penderita penyakit kulit.

Kulit Tannya masih bersih dan halus. Tidak ada luka apapun dikulit tersebut. Bahkan punggung kakinya tampak mulus.

Minhyung memilih diam dengan mulut yang masih dibekap seorang bocah. Sedangkan bocah dihadapannya itu dengan sibuknya mengintip dari balik dinding untuk melihat para pengejar Minhyung.

"Kemana bocah itu pergi?"

"Dia hilang."

"Apa! Kita kehilangan bahan lagi!"

"Sialan! Cepat sekali dia berlari."

"Kita cari terus."

Para pengejar asing itu kembali berlari, berlawanan arah dengan Minhyung dan bocah asing didepannya.

Bocah delapan tahun itu melepaskan bungkamannya. Dia menghela napas lega, "Syukurlah mereka sudah pergi."

Minhyung yang sedikit lebih tinggi dari bocah itu, tampak bingung. Dia bertanya, "Kau kenal mereka?"

Bocah yang memiliki wajah rupawan itu, menatap serius Minhyung. "Mereka? Tentu saja aku tahu."

Nada suaranya tidak terdengar seperti seorang bocah delapan tahun, tapi terdengar seperti suara remaja laki-laki yang telah memasuki masa pubertas.

Dia tampak lebih dewasa dari usianya.

"Mereka siapa?" Tanya Minhyung sedikit penasaran.

Penasaran dengan kata-kata apa yang keluar dari bocah delapan tahun itu.

Bocah itu menjawab santai, "Mereka gila. Mereka para pemburu orang-orang yang penderita penyakit kulit untuk dijadikan bahan percobaan."

"Bagaimana kau tahu?"

"Ayahku yang bilang."

Minhyung ber'oh' ria saja sembari manggut-manggut. Dia kembali bertanya, "Saat menyentuhku, apa kau tidak merasa jijik? Aku berbau amis dan mungkin akan menularimu juga."

Bocah dihadapannya itu mengernyit. Dia memajukan wajahnya semakin dekat dengan Minhyung dan mengendus baunya. "Biasa saja." Katanya menarik diri.

Minhyung terperangah. "Apa kau kehilangan Indra penciumanmu saat bayi? Aku salah satu penderita penyakit kulit. Tidakkah kau mencium aroma tidak sedap dariku?"

Bocah itu menatapnya lamat-lamat. Tidak ada ekspresi jijik sedikitpun yang terlihat diwajahnya. Dia justru tampak berpikir keras dengan kening yang berkerut layaknya orang dewasa.

"Aroma mana yang bau?" Tanyanya yang lagi-lagi membuat Minhyung terkejut hebat.

Selama dia menderita penyakit kulit, ini kali pertama ada orang yang mau dekat dengannya. Orang yang menerimanya, aromanya bahkan penyakit kulit yang selalu ditakut-takuti oleh orang banyak.

Keluarganya bahkan orang tuanya saja tidak pernah berdiri berhadapan seperti ini dengannya semenjak dia menderita penyakit kulit beberapa bulan ini.

Bocah itu melanjutkan, "Ayah bahkan memiliki aroma amis lebih parah dari ini. Dia lebih amis darimu. Baunya sangat anyir oleh darah para musuh."

Minhyung bertanya perlahan, "Siapa... ayahmu?"

Bocah itu terdiam, tak ingin menjawabnya. Dia mengulum bibir, tidak ada kata-kata lagi yang keluar dari bibir kecilnya.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang