Bab 85 : Ketakutan Terbesar Minhyung

9.8K 1.4K 203
                                    

Haechan mengembuskan napas panjang, menikmati semilir angin sejuk yang berembus tepat diwajahnya.

Dedaunan pohon bergoyang-goyang karena diterpa angin. Daun yang menguning berguguran diatas tanah.

Haechan tersenyum lebar, melirik kearah sekitarnya yang damai dan tentram. Apalagi aroma bunga yang menyerbak disetiap langkahnya.

"Minhyung, ini menyenangkan." Ucapnya menoleh kearah Minhyung.

Bulu mata Minhyung bergetar saat menatapnya. Dia terlalu takut jika Haechan jatuh kedalam jurang.

Minhyung mengulangi dengan nada serak, "Turun."

"Kenapa?"

Ragu-ragu Minhyung menjawab, "Kau... bisa jatuh."

"Kau... bisa jatuh disana. Ada banyak bebatuan dibawah. Itu tajam dan akan menyakitimu. Jangan jatuh." Lanjutnya sedikit ngelantur.

Melihat raut wajah takut Minhyung untuk pertama kali. Haechan mengerjap berkali-kali. Dapat dilihatnya saat Minhyung semakin meremat ujung pakaiannya dengan mata kosong yang menatap kearah jurang dibelakangnya yang penuh dengan bebatuan tajam.

"Minhyung." Panggilnya.

Minhyung menaikkan pandangannya kearah wajah Haechan. Dia tampak sedikit linglung.

Berlatarkan jurang, pepohonan tinggi dan langit biru, Haechan merentangkan tangan dihadapannya. Dia tersenyum kecil, "Apa yang terjadi jika aku jatuh kebelakang?"

Dengan cepat Minhyung memeluk kedua lututnya. Dia menggeleng, "Tidak, tidak. Jangan katakan itu. Jangan katakan itu, Lee Donghyuck."

"Aku bertanya."

Terdengar sebuah isakan samar dibawahnya. Minhyung melirih, "Kau bersumpah tidak akan mengatakan hal seperti itu lagi. Kau sudah bersumpah padaku, Donghyuck."

Haechan memperhatikannya. Dadanya tiba-tiba saja terasa sesak seperti tengah diperas layaknya jemuran kain.

Dia menghela napas panjang. "Minhyung, aku bercanda." Ucapnya membungkuk, menarik bahu Minhyung untuk melepaskan kakinya.

Minhyung menatapnya basah. Tidak ada air mata yang jatuh, hanya linangan air yang menggantung dimata hitamnya. Dia berkaca-kaca.

Ketakutan terbesarnya adalah kematian pria didepannya itu. Dia tidak ingin ditinggalkan oleh Donghyuck!

Haechan yang melihat raut wajah sedihnya, lagi-lagi mengerjap tak percaya. Dia membatin, 'Sebegitunya, kah?'

Dia kembali berkata, "Aku akan turun."

Haechan melompat, namun segera ditangkap oleh Minhyung. Pria itu memeluknya. Melingkarkan seluruh lengannya ditubuhnya sembari menyusupkan wajahnya pada lekuk leher Haechan. Berbisik, "Jangan bercanda seperti itu lagi. Aku bisa mati jika itu terjadi."

Haechan yang dipeluk erat hanya bisa menepuk punggungnya untuk menenangkan. Dia mencium bahu Minhyung, bergumam, "Maaf untuk ini, Minhyung."

Minhyung tak menjawab. Dirinya justru semakin memperkuat pelukannya pada tubuh Haechan. Menghirup aroma satu sama lain sebagai penenang.

Setelah keheningan, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Tampak Haechan yang berjalan santai dengan tangan dibelakang punggung.

Minhyung mengikuti setiap langkahnya. Berjalan satu langkah dibelakangnya dengan pandangan lembut kearahnya.

Tanpa terasa, mereka sudah berjalan-jalan lebih dari dua jam. Sesekali berhenti untuk membeli cemilan dan air minum untuk melegakan tenggorokan.

Sebentar lagi memasuki musim dingin. Panas matahari sudah tak terasa terik lagi. Justru menjadi hangat ditambah lagi angin yang selalu berembus disekitarnya.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang