Bab 95 : Pertarungan Dua Sisi

7K 1.2K 164
                                    

Sesaat, dia tersadar akan sesuatu. "Dimana Donghyuck?"

"Aku melihatnya pergi bersama Jeno dan Jaemin." Balas Hyunjin lagi-lagi menelan kasar ludahnya.

"Kalian tidak akan bisa keluar dari desa ini!" Ucap Tuan Choi angkuh, memimpin para warganya. Dia melanjutkan dengan tangan terlipat dibelakang, "Kalian akan menjadi tumbal keabadian didesa ini. Selamat~ Selamat~"

"Selamat kepalamu!!" Pekik Hyunjin menatap kesal padanya.

Sudut bibir Tuan Choi tertarik. Dia bertanya saat tak melihat yang lain bersama Minhyung, "Dimana tiga orang lagi?"

Minhyung menatapnya dingin. Hyunjin menatapnya kesal sedangkan pengawal Minhyung berdiri melingkar, melindungi kedua pangeran itu.

Tuan Choi memberi perintah pada warganya, "Cari dan bawa pria yang bernama Donghyuck itu hidup-hidup. Dewa Keabadian menginginkannya."

Minhyung mengernyit bingung. "Apa yang kau maksud?"

"Dewa Keabadian menginginkan temanmu yang bernama Donghyuck itu. Betapa beruntungnya dirinya karena menjadi pilihan dewa sendiri." Balas Tuan Choi menganggukkan kepala, iri.

Minhyung menggeram. Raut wajahnya menggelap dengan mata yang nyalak. Ekspresi mengerikan yang sama seperti saat kejadian pentas drama kemarin.

Dia berkata dingin, "Berani kalian menyentuhnya, kuhancurkan desa ini!"

"Ha-Hahahahahaha!!" Tuan Choi tertawa keras. Para warga ikut tertawa geli bersamanya. Dia menjawab angkuh, "Kau pikir kau Pangeran Lee?"

Raut wajah Minhyung kian dingin. Tawaan sekumpulan keledai-keledai yang berisik itu benar-benar sangat menggangu telinganya.

Belasan pengawal Minhyung yang lain ikut bergabung. Mereka dipinta datang beberapa hari yang lalu dan akhirnya tiba. Segera mereka mengambil posisi, melindungi pangeran mereka.

"Ini pedang anda, Pangeran." Ujar seorang pengawal menunduk hormat sembari menyerahkan Minhyung sebuah pedang berwarna emas. Pedang merahnya.

Tangannya masih diperban. Minhyung mengambil pedang merahnya. Raut wajahnya datar dengan mata yang berkilat.

"Tangkap mereka semua." Perintah Tuan Choi pada para warganya.

Seluruh warga, baik wanita maupun pria ikut andil didalamnya. Mereka membawa masing-masing senjata juga. Sejenis pedang dan tombak. Dan apa saja yang bisa dijadikan senjata untuk melawan rombongan Minhyung.

Pertarungan dimulai. Bunyi gesekan antar senjata dan raungan korban terdengar sana sini. Keributan ada dimana-mana. Kaum wanita dari Desa Wewangian ini bahkan sama lihainya dengan kaum prianya.

Mereka tak terlihat seperti gadis polos lagi!

Minhyung mengayunkan pedangnya. Menebas sana sini tidak peduli apakah lawannya seorang wanita atau anak-anak. Dia selalu seperti itu. Jika tidak tertarik pada seseorang, maka habiskan saja.

Gerakannya benar-benar sangat ahli. Minhyung mengabaikan denyutan pada luka sayat ditangannya. Kadang dia membantu Hyunjin menangkis serangan secara alami. Seolah-olah adiknya itu juga harus dilindungi walaupun sikapnya kadang membuat dirinya kesal.

Slash!

Slash!

"Jaga Adikku disini. Aku akan menghabiskan satu keturunan kalian jika sesuatu terjadi padanya!" Perintah Minhyung pada para pengawalnya. Dia harus segera menyelesaikan masalah disini secepat mungkin dan pergi menghampiri Donghyuck-Nya.

Hyunjin terkesiap saat mendengar kata 'Adik' keluar dari mulut Minhyung. Sungguh, ini pertama kalinya dia dipanggil seperti itu oleh kakaknya sendiri.

Bibirnya melengkung tidak karuan. Tangannya semakin lihai dalam mengayunkan pedang.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang