Bab 135 : Bukan Kesalahannya

3.6K 623 30
                                    

Minhyung mengunjungi rumah jenderal untuk melihat Donghyuck yang masih terbaring dengan tubuh dingin dan napas yang terputus-putus. Matanya terbelalak sempurna, mendorong kecil tabib dan berjongkok disamping Donghyuck yang masih terbaring diatas tempat tidur.

Minhyung menggenggam tangan yang dingin itu. Menggosoknya lembut, melirih, "Kenapa kau belum bangun? Aku sudah kembali."

Para tabib yang masih berada diruang kamar yang sama dengan mereka itu bahkan heran dengan perilaku Minhyung yang tiba-tiba saja sedih saat melihat Donghyuck.

Padahal jodohnya saat ini sedang dimakamkan, tapi Minhyung justru berada disini bersama Donghyuck.

Minhyung menoleh tajam pada ketiga tabib disampingnya itu. "Apa yang kalian lihat? Sembuhkan dia!" Perintahnya dingin, menatap tajam kearah ketiganya.

Mata berkilat itu membuat para tabib menelan ludah kasar. Mereka mengambil kotak medis masing-masing seolah-olah kembali memeriksa Donghyuck. Padahal sebelumnya mereka sudah memeriksa Donghyuck dan tak ada kabar apapun tentang keadaannya.

Masih sama. Jantungnya lagi-lagi mengalami pemberhentian sesaat.

Minhyung melihat situasi dihadapannya saat ini. Donghyuck yang terbaring sedang diperiksa tiga tabib terbaik yang ia utus untuk datang secara pribadi.

Dirinya bergerak gelisah. Berjalan kesana-kemari dengan pandangan yang tertuju pada Donghyuck.

Bocah 12 tahun itu masih memejamkan matanya rapat-rapat. Tangannya terkulai untuk diperiksa. Tak ada pergerakan kecil apapun yang terjadi padanya. Benar-benar membeku ditempat.

"Sembuhkan dia atau sesuatu yang buruk akan terjadi pada kalian." Peringat Minhyung lagi-lagi membuat kening ketiga tabib itu mengucurkan keringat.

Kenapa Pangeran Minhyung makin tak berperasaan seperti ini?

Sudah satu jam berlalu dan tak ada yang berubah. Jantung Donghyuck lagi-lagi mengalami pemberhentian padahal sudah banyak usaha yang dilakukan para tabib untuk menyembuhkannya.

PLAK!

Minhyung bahkan masih remaja tapi dengan beraninya menampar ketiga tabib yang usianya dua kali lipat darinya itu. Dia berteriak marah, "Apa yang sebenarnya kalian lakukan! Kalian bahkan tak bisa menyembuhkannya!!"

Pedang merah Minhyung terulur dihadapan ketiganya. "Benar-benar cari mati!"

Para tabib menelan ludah kasar. Matilah mereka saat ini. Namun belum sempat pedang diayunkan, seseorang lebih dulu menghentikan Minhyung yang mencoba menebas kepala ketiga tabib yang gagal menyembuhkan Donghyuck.

"Lee Jeno! Kau mencoba menentangku?" Kata Minhyung dingin saat kedua lengannya ditahan oleh Jeno yang datang.

"Pangeran, tenanglah." Ujar Jeno menahan keras pemberontakan Minhyung padanya. Dia kewalahan, Minhyung terus saja bergerak untuk melepaskan diri.

Dia menggila!

"Jeno, kau pikir aku tidak bisa membunuhmu!" Tuntut Minhyung keras. Tubuh keduanya terguncang oleh pergerakannya. "Lepaskan tanganmu dariku, Lee Jeno!!"

"JENO!!" Minhyung membentak.

"Uhukk.. uhukk.. arghh!" Donghyuck terbatuk. Membaringkan tubuhnya kesamping.

Pegangan Jeno melemah, Minhyung segera kembali menghampiri Donghyuck. "Donghyuck? Lee Donghyuck?" Panggilnya lembut, menengadahkan wajah Donghyuck kehadapannya.

Dengan mata yang masih terpejam, Donghyuck mengernyit sakit. Jantungnya membeku seperti akan retak. Bulu matanya bergetar, pandangannya berkabut menatap kosong kearah Minhyung yang tengah menatapnya.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang