Bab 77 : Bukan Obsesi

10.9K 1.4K 81
                                    

Mereka kembali beristirahat beralaskan batu sebagai tempat duduk. Tampak Minhyung yang tidak ingin menjauh semeter pun dari Haechan. Dia tampak setia, duduk dibatu disamping Haechan yang sedang berbincang dengan Hyunjin.

Melihat bibir bengkak dan leher yang berdarah pada diri Haechan, Hyunjin mendesah pasrah, "Ah. Tahu situasi dong. Kita lagi dihutan."

"Apa?"

"Kau tahu apa yang kumaksud." Jawab Hyunjin.

"Cih." Dengan santai Haechan memperbaiki kerah pakaiannya. "Kau benar-benar tahu segalanya ya, Hyunjin." Sudut bibirnya tertarik. Menyunggingkan senyum miring penuh arti.

Hyunjin tersenyum miring, "Aku bahkan tahu apa yang tidak kau tahu."

Haechan mengernyit, "Apa?"

Hyunjin hendak berbisik ditelinga Haechan, bahkan Haechan yang penasaran juga telah mengarahkan daun telinganya kehadapan Hyunjin, tapi Minhyung lebih dulu menghentikan dirinya.

"Lee Hyunjin!" Minhyung menatap Hyunjin dingin penuh intimidasi.

Dia tidak suka Donghyuck-Nya disentuh sembarangan orang selain dirinya. Miliknya adalah miliknya. Tidak diizinkan siapapun menyentuh miliknya selain dengan izinnya dan keinginan Haechan itu sendiri.

"Donghyuck." Adu Hyunjin pada Haechan.

Haechan menoleh kearah Minhyung. Menepuk pahanya seraya berkata, "Kenapa kau selalu membuat Hyunjin takut? Dia adikmu, Minhyung."

Hyunjin tersenyum. Mengangguk, membenarkan.

Minhyung mendengus. Diam-diam menggenggam tangan Haechan yang berada di pahanya, lalu memalingkan wajah kearah lain.

Haechan menggeleng pelan. Dia kembali mengalihkan atensinya pada Hyunjin, bertanya, "Apa yang kau maksud tadi?"

"Pangeran Minhyung bisa marah."

"Sudah kuatasi."

"Dia masih bisa mendengar."

"Aish!" Kesal Haechan. Dia menoleh kembali kearah Minhyung.

Minhyung menatapnya.

Haechan mengusap lehernya, berkata, "Aku haus."

"Ah, baik." Jawab Minhyung menurut dan langsung beranjak dari duduknya.

Hyunjin terperangah. Untuk sekian kalinya dia amat sangat terkejut dengan sikap bertolak belakang kakaknya terhadap Haechan dan orang lain.

"Kau benar-benar hebat, Donghyuck. Aku iri padamu." Pujinya bertepuk tangan.

"Iri? Kau ingin menjadi yatim piatu juga?" Goda Haechan yang langsung dijawab usiran oleh Hyunjin.

"Hush! Mulutmu semakin berani saja."

Haechan tertawa. Dia kembali bertanya, "Jadi, apa yang ingin kau katakan?"

"Tentang tadi?"

Haechan mengangguk. "Kau bilang, kau tahu apa yang tidak aku tahu."

"Oh, aku hanya bercanda." Hyunjin tertawa kecil. "Kau tahu sendiri. Pangeran Minhyung sulit untuk didekati. Hanya dirinya saja yang tahu apa yang sedang dia pikirkan."

Haechan ber'oh'ria saja. Dia pikir ada hal yang lebih serius dari ini. Hal-hal mengenai Minhyung yang diketahui oleh Hyunjin. Tapi, apa yang dikatakan Hyunjin benar juga. Minhyung sulit untuk diprediksi sikapnya.

Lain hal yang dipikiran Hyunjin. Dalam samar, dia tersenyum miring, membatin, 'Tidak mungkin aku mengatakan padanya jika Min Hyung terobsesi pada dirinya.'

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang