Bab 111 : Pujian

4.4K 737 83
                                    

Setelah keheningan yang cukup lama, Minhyung kembali membuka suara, "Ayah..."

"Ya, kau butuh sesuatu?" Lee Hyun yang sedang mengajari Hyunjin belajar, mengalihkan atensinya saat anak pertamanya itu memanggil.

Minhyung berkata pelan, "Aku ingin... istanaku dibangun disamping rumah jenderal."

"..."

"Hanya itu yang kuinginkan." Ucapnya lagi dan kembali membaca buku.

Lee Hyun terkekeh setelah melihat kegengsian putranya itu. Dia tersenyum seraya menjawab, "Baiklah. Sesuai katamu."

Waktu menunjukkan hari telah petang, Hyunjin dan Lee Hyun kembali ke kerajaan sedangkan Minhyung melangkah pergi entah kemana.

"Paaaanngggeeerrraann~" Seru seseorang memanggil manja namanya.

Minhyung menatap lekat-lekat orang itu, seketika itu juga lengkungan bibirnya tertarik, membentuk senyuman tipis paling lembut sedunia.

Bugh!

Donghyuck melompat, memeluk leher Minhyung secara tiba-tiba. Membuat Minhyung terkejut dan tidak tahu harus meletakkan dimana tangannya.

Dia benar-benar sangat terkejut oleh Donghyuck yang memeluknya.

"Pangeran~" Panggil Donghyuck lagi. Dia bahkan belum melepaskan lengannya yang melingkar erat pada leher Minhyung.

Minhyung yang shock, hanya diam mematung saja.

Beberapa saat kemudian, Donghyuck melepaskan pelukannya. Dia menyeka pelupuk matanya yang basah dan berkata sedih, "Huhuhu... Aku benar-benar bodoh. Dikompetisi memasak anak tadi, aku hampir meracuni para jurinya."

Dia mengadu pada Minhyung. Bibirnya mengerucut kesal, mengingat beberapa jam yang lalu saat dimana dirinya sedang mengikuti kompetisi memasak anak bersama kakak perempuannya.

Minhyung masih terdiam, terpaku. Matanya berkedip berkali-kali oleh situasi mereka sebelumnya.

"Pangeran mendengarkanku?" Donghyuck melambaikan tangan dihadapan Minhyung. Mencoba untuk menarik kesadaran Minhyung kembali.

Tersadar, Minhyung balik bertanya, "Apa yang kau katakan tadi?"

Donghyuck menghela napas. Dia merengut, "Saat dikompetisi memasak anak tadi, aku hampir meracuni para jurinya."

Kompetisi memasak?

Minhyung mengerutkan dahi, "Kenapa tidak memberitahuku?"

"Yang Mulia Ratu bilang, Pangeran sedang belajar. Aku tidak bisa mengganggu orang yang sedang belajar." Balas Donghyuck.

Minhyung menatapnya datar. Entah apa yang sedang dia pikirkan.

Dirinya seperti telah kehilangan momen penting.

Donghyuck melanjutkan, "Pangeran, sepertinya aku benar-benar bodoh. Aku tidak bisa beladiri dan aku juga tidak bisa memasak. Aku hanya menghambat dunia ini untuk berjalan. Mati aja kali, ya?" Candanya yang justru mendapat tatapan dingin dari Minhyung.

Ingin sekali dirinya mengatakan, 'Biar aku yang mengatasi segalanya'.

Seperkian detik kemudian,

Tuk!

Minhyung menjentik dahi Donghyuck. "Bodoh." Ucapnya.

Dia kembali menorehkan ujung jari telunjuknya pada dahi Donghyuck, "Benar-benar bodoh."

Donghyuck menutup dahinya dengan tangan. Dia cemberut, "Kenapa mengetuk dahiku?"

Mengetuk... dahi?

Ah, mengetuk dahi, ya.

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang