Bab 142 : Kisah Yang Berakhir [END]

11.5K 890 222
                                    

Haechan sedang berada dikamar hotel sekarang. Dia merasa lelah, terbaring dengan menatap langit-langit kamar. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang.

Ponselnya terus saja saja berdering. Dengan malas dia mengangkat panggilan tersebut.

"Ada apa, Huang Renjun?" Tanyanya malas.

Renjun mendengus dari seberang telepon. Telinga Haechan sakit, bahkan reflek menjauhkan ponsel dari telinganya saat tiba-tiba saja Renjun berteriak padanya, "Haechan!! Kau dimana sekarang? Kau tidak memberi kabar pada pacarmu itu ya!! Dia meneleponku empat ratus kali hanya untuk bertanya dimana kau berada sekarang!! Apa kau tidak memberitahu kemana kau pergi?!! Bajingan ini. Kau yang punya pacar tapi kenapa aku juga yang ikut terganggu!!

Haechan mendekatkan kembali ponsel miliknya ketelinganya. Dia melirik kearah layar ponselnya yang menampilkan panggilan terakhir dan berucap pada Renjun, "Hanya dua kali panggilan tidak terjawab. Tapi kenapa Mark meneleponmu sampai ratusan kali?"

"Kalian berselingkuh, ya!" Tuduhnya mengejek. Dia sedang lelah sekarang. Ingin bermain-main sedikit dengan sahabat lamanya itu.

Lagi-lagi Renjun tersulut. Kesabarannya sangat tipis dan Haechan masih ingin memancing amarahnya lagi. "Jangan bercanda. Kau tahu sendiri kan! Mana mungkin Mark berani menganggumu dengan ratusan panggilan. Dia lebih memilih meneleponku ratusan kali hanya untuk menanyakan kabarmu daripada mengganggu hari-harimu itu!!! Brengsek! Emangnya aku ini apa!"

"Maaf."

"Tidak apa-apa." Balas Renjun tanpa sadar. Emosinya yang memuncak tiba-tiba saja jatuh setelah Haechan mengatakan maaf padanya.

Haechan terkekeh. Renjun tidak bisa benar-benar marah padanya.

Renjun mendengus kesal.

"Dan terima kasih." Lanjut Haechan.

"Untuk apa?" Renjun mengernyit diseberang panggilan mereka. Kenapa nada suara Haechan tiba-tiba merendah padanya seperti ini?

Dimana semua umpatan yang selalu dia suarakan itu.

"Untuk segalanya." Kata Haechan tulus. Keduanya terdiam. Haechan melanjutkan, "Terima kasih banyak...

-Jeno."

Renjun benar-benar terdiam. Dapat dirasakan Haechan jika orang yang berada dipanggilannya kini pasti sedang terdiam mematung mendengar nama Jeno disebut olehnya.

"Seharusnya aku mengingatmu juga. Seharusnya aku mengerti alasan kenapa kau sangat baik padaku Renjun. Empat tahun lalu, saat pertama kali kita bertemu dan kau ingin sekali menjadi temanku, seharusnya disaat itu aku sadar. Kau banyak membantuku, melakukan apapun untukku, mendengar setiap perkataanku bahkan menyesuaikan diri denganku. Aku bodoh sekali, ya?"

Renjun menghela napas. "Kapan kau mengingatnya?"

"Akhir-akhir ini." Balas Haechan. "Kau sangat baik padaku bahkan sejak awal kita kenal hingga sekarang. Dari situ aku berpikir, apa dimasa lalu kita pernah bertemu juga? Setelah kupikirkan ternyata kau itu Lee Jeno."

Renjun terdiam sesaat. Lalu menghela napas panjang dan berkata, "Benar. Dan sekarang, haruskah aku memanggilmu Tuan lagi?"

"Jangan, jangan!" Tolak keras Haechan. "Aku suka kau yang dulu. Tapi aku lebih suka kau yang seperti ini, Renjun."

"Lalu, kau pasti tahu jika aku Lee Donghyuck, bukan?"

Renjun menjawab kembali, "Sama seperti Mark, saat usiaku 15 tahun, aku memimpikan masa lalu kita. Bedanya adalah aku hanya mengingatmu, Haechan. Karena itu aku lebih mengingat wajahmu daripada yang lain. Lalu tiba-tiba, aku melihatmu didepan mataku sendiri. Kupikir itu mimpi juga, ternyata bukan."

1521; HIRAETH || MARKHYUCK [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang