10 : Tentu Saja

92.3K 1.9K 4
                                    

Kami berjalan keluar dari hotel, aku melihat banyak karyawan yang berbaris rapih menunggu di luar pintu hotel, karena daerah kewanitaan ku yang masih sakit aku berjalan sangat pelan dan devano mengikuti laju langkahku dengan melingkarkan tangan kirinya di pinggangku.

"Untung saja tadi dia mengalah untuk tidak menggendong ku karena jalanku yang seperti kesakitan, Bisa-bisa aku malu di lihat pegawai hotel ini." Ucapku dalam hati sambil memandang tangan devano di pinggangku.

Saat sampai pintu keluar hotel, para pegawai hotel membungkuk.
"Selamat jalan, tuan dan nyonya!!" Ucap mereka serempak.

Aku hanya tersenyum, terheran "apakah karena kami tamu VIP?" Pikirku hanya asal. Devano mengeratkan pelukannya di pinggangku.

Aku melihat seorang bodyguard berbadan besar dan tegap membukakan pintu mobil penumpang dengan hormat.
"Silahkan tuan, nyonya" Ucapnya sopan.

"Siapa namamu?" Aku bertanya pada bodyguard yang memegang pintu mobil untukku masuk.

"Saya Pieter, Nyonya" Dia membungkuk tidak berani menatap mataku. Karena ada mata singa yang sedang memperhatikannya di belakangku.

"Baiklah Pieter, jangan panggil aku nyonya, aku Caroline" Ucapku dengan senyum dan mengulurkan tanganku.

"Ba.. baik, Nyonya" Ucapnya semakin menunduk

"Jangan mema... " Ucapku terputus

"Masuklah babe, kita tidak punya banyak waktu" Ucap devano, meletakkan tangannya di atas kepalaku agar tidak membentur atas mobil.

"Terima kasih" Ucapku dengan senyum memandang bodyguard itu dan langsung masuk ke dalam.

Devano menutup pintu
"Jangan macam-macam" Ucapnya pada Pieter dengan mata memicing, aku bisa mendengar dan melihatnya ketika memarahi Pieter dari dalam mobil.

"Ba.. Baik, tuan" Ucap Pieter sedikit terbata dan membungkuk. Aku hanya tertawa pelan.

Devano berjalan kearah sebaliknya, membuka pintu dan duduk di sampingku.

Bodyguard itu masuk ke dalam tempat kemudi mobil.

Devano menggenggam teleponnya, mencari nomor dan mendialnya, aku hanya melihatnya dengan diam, setelah beberapa detik telepon tersambung.

"Siapkan berkas yang sudah saya minta"
Devano memperhatiakan arloji di pergelangan tangannya
"tiga puluh menit lagi saya sampai" Ucap devano, lalu menutup telepon.

"Jalan" Ucap devano tegas.

"Baik tuan" Bodyguard itu melajukan mobil ini dengan mulus.

Saat dalam perjalanan aku yang bingung akan kemana bertanya pada devano.
"Devv, kita mau kemana?" Ucapku menatapnya dengan tatapan tanya.

"Kamu akan tau setelah kita sampai,  babe" Ucap devano lembut mengelus rambutku.

Aku yang pasrah hanya mengangguk.

Setelah beberapa saat mobil yang kami naiki berhenti. Aku melihat dari jendela mobil tampak gedung besar bertuliskan Pencatatan Sipil yang hanya bisa ku lihat setengah tulisannya.

Kami sama-sama keluar ketika Pieter membukakan pintu untukku.

"Terima kasih" Ucapku, lalu berlajan menghampiri devano yang juga menghampiriku.

Pieter hanya membungkuk tanpa berucap.

Devano melingkarkan tangan kirinya di pinggangku. "Devv, kenapa kita disini" Ucapku memperhatikan gedung yang biasanya di isi oleh pasangan-pasangan yang akan melanjutkan ke jenjang lebih srius yaitu pernikahan.

"Kita akan mendaftarkan pernikahan kita babe" Ucap devano berjalan masuk dengan menuntunku.

Aku menatapnya, bingung ? Tentu saja, bagaimana bisa baru beberapa jam yang lalu dia melamar ku sekarang kami akan resmi menikah.

"Devvv, ini tidak lucu" Ucapku melepaskan pelukan nya di pinggangku.

"Aku serius babe, setelah ini kita akan fitting baju, aku sudah menyiapkan semuanya. " Ucap devano memegang tanganku lalu mengelusnya.

"Kamu tidak berbicara denganku dulu, devv. Kamu semena-mena!!" Ucapku berteriak pada devano.

"Babe" Devano menangkup wajahku mengelusnya dengan lembut.

"Aku ingin bertanggung jawab, menikah dengamu secepatnya. Kemarin aku lepas kendali, mengeluarkannya di dalam berkali-kali. aku tidak ingin ketika dia hadir, aku tidak mengetahuinya" Ucap devano menempelkan keningnya di keningku.

Ucapan devano membuatku membatu, aku melupakannya, dia mengeluarkannya di dalamku, bahkan aku membiarkan cairannya bermalam di rahimku dengan tidur tanpa membasuh terlebih dahulu, aku bodoh. bagaimana jika aku hamil. Bagaimana bisa aku melupakan hal yang penting. Rutukku pada diri sendiri.

Devano melihatku melamun dengan tatapan kosong yang terlihat seperti ketakutan. Keningnya masih menepel padaku.

"Tidak perlu takut babe. Semua akan baik-baik saja. Aku akan bertanggung jawab. Jadi, menikahlah denganku" Ucap devano melepas keningnya lalu mengecup keningku lama.

"Tapi dev, aku takut. Aku belum mengenal kamu sepenuhnya begitupun sebaliknya." Ucapku dengan tangan gemetar memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya.

"Kita bisa saling mengenal mulai sekarang babe. Aku mohon jangan meragukanku, aku ingin menjagamu, menjaga anak-anak kita" Ucap devano lembut memelukku dengan erat

"Baiklah, tapi jangan pernah sekalipun kamu berbohong atau memiliki rahasia dariku" Ucapku mengusap punggung devano yang sedang memelukku.

Devano diam beberapa saat,  tubuhnya menegang.

"Tentu saja" Ucapnya dengan memelukku erat.

~~~~~~~~~~~~~~~❤❤❤~~~~~~~~~~~~~

Jangan Lupa
Vote
Comment
Dan ikuti aku
Tengkyuuu guyss 😘💕💕💕

CEO Sang Mafia 21+ [END]Where stories live. Discover now