2.7 : Sungkan

14.7K 480 10
                                    

Keesokan harinya Caroline pergi menuju cafe milik Evelyn dari villa ia menginap.

Caroline butuh penjelasan siapa dan bagaimana suaminya bisa berada di pesta anniversary pernikahan orang tua sahabatnya itu.

Kaki Caroline melangkah bersama beberapa kaki yang mengikuti nya.

Cling

Cling

Bunyi gantungan saat orang masuk terdengar diruang cafe, terlihat Evelyn yang sedang membuat kopi fokus pada pekerjaannya.

Caroline melangkahkan kakinya, menuju Evelyn yang sedang membuat kopi.

"Evelyn" Ucap Caroline.

Evelyn yang fokus pada pekerjaannya, menjadi kaget dan berhenti, mematikan mesin pengocok foam nya.

Wajah Evelyn menoleh kesamping, matanya mendelik, tampak kaget melihat sahabatnya yang datang.

"Car, tumben kesini" Tanya Evelyn.

"Mau ngobrol sama lo" Ucap Caroline.

Evelyn yang mendengar mengacungkan jempolnya.

"gw sibuk, bentar. Duduk aja dulu" Ucap Evelyn.

"Okey, gw tunggu ya" Balas Caroline.

Kaki Caroline melangkah menuju kursi pojok yang berhadapan langsung dengan kaca yang menampilkan arus jalan raya yang padat.

Caroline berbalik, menatap 3 orang yang sedang menunggunya.

"Kalian bisa duduk di kursi dan pesan makanan. Kita disini akan lama" Ucap Caroline kepada ketiga bodyguard yang menjaganya.

"Baik, nyonya." Ucap ketiganya, namun mereka tidak bergerak sedikitpun masih diam dan menjaga nyonya mereka.

Caroline hanya menghela nafas, berbalik badan dan menunggu sahabatnya.

Devano sudah memperbolehkan Caroline untuk keluar masuk rumah sesukanya, tetapi bodyguard harus bersamanya sedekat mungkin.

Tentu saja dengan kemarahan Caroline semalam membuat Devano harus menyetujui keinginan istrinya yang satu ini.

Sebuah tangan terulur, membuat wangi kopi tercium di hadapan Caroline.

"Jadi mau ngomong apa?" Tanya Evelyn.

Caroline memperhatikan Evelyn, wajah sahabatnya tampak kelelahan

"Suami gw, kenapa bisa di pesta anniversary pernikahan papa mama" Tanya Caroline tanpa basa-basi dirinya memang sudah penasaran sedari kemarin.

Evelyn terdiam, wajahnya menatap para bodyguard.

Caroline yang tahu maksud Evelyn, meminta para bodyguard untuk menjauh.

"Tolong kalian pesankan makanan, setelah itu, duduklah disana" Ucap Caroline tangannya menunjuk meja dekat dirinya.

"Baik, nyonya" Ucap ketiganya.

Ketiganya menurut, yang satu memesan makanan lainnya duduk dengan tenang sesuai perintah Caroline.

Evelyn mendekat pada Caroline, memberinya hanya sedikit jarak.

"Suami lu, ternyata teman kakak gw. Ketemuan di bandara, diundang sama nyokap bokap. Jadi ikut deh. Katanya cuman bisa sebentar ikut sih, istrinya nungguin. Eh lu nya udah dateng. Langsung bug bug" Ucap Evelyn dengan memperagakan aksi orang meninju.

"Sejak kapan lu punya kakak? " Tanya Caroline bingung.

"Yahhh, emang belum ketemuan sih lu. Kita sahabatan juga pas kakak gw udah minggat luar negeri. " Ucap Evelyn menggoyahkan gelas kopinya.

Caroline terperangah, dirinya membuat kekacauan karena pikirannya yang berlebihan.

"Evelyn, sorry ya udah ngerusak acara anniv nyokap bokap." Ucap Caroline dengan menautkan kedua tangannya memohon.

"Iya, iya sans aja. Udah selesai juga." Ucap Evelyn pandangan matanya menuju lalu lalang kendaraan yang padat.

Pikiran Evelyn kembali dimasa yang paling ia ingin lupakan.

Di kamar besar yang rapi terdapat seorang gadis menangis tersedu.

"Evelyn, jangan nangis dong kakakkan sudah mau pergi. Jaga papa mama ya" Ucap kakak Evelyn.

"Eve aja yang pergi kak, kakak kan bisa cari uang. Sedangkan eve masih sekolah. Gimana eve bantu papa mama tebus hutangnya. Biar eve aja yang jadi tebusan. Kakak jangan pergi. Papa mama lebih butuh kakak" Ucap Evelyn dengan terisak.

"Kakak, mencintai pria itu. Kakak yakin ini salah satu cara agar kakak bisa lebih dekat dengan dia. Kakak harap eve mau mengerti" Ucap kakak Evelyn tangannya mengelus pipi sang adik.

"Tapi, eve ga bisa ketemu kakak lagi. Eve gamau pisah sama kakak" Ucap Evelyn terus terisak.

"Hei, nanti kakak minta izin untuk bertemu sesekali, pasti diijinkan. Dia pria yang baik. Dia teman kakak saat di kuliah. Eve jangan khawatir. Kakak pasti bahagia bersama dia" Ucap kakak Evelyn senyumnya tidak pernah pudar saat menceritakan pria yang ia cintai.

"Eve.... "

"Evelyn"

"Evelynnn, kok ngelamun" Ucap Caroline tangannya terus menggoyangkan bahu sahabatnya.

Evelyn kembali melihat Caroline, wajahnya tersenyum menunjukkan nya kepada Caroline.

'lo itu salah satu alasan yang bikin kakak gw hancur. Dan gw pastiin lo hancur di tangan gw' Pikir Evelyn dengan senyum yang terus terpancar di wajahnya.

"Kapan lo pulang? " Tanya Caroline pada Evelyn.

"Bentar lagi, mau kerumah kan? " Tanya Evelyn.

Caroline tersenyum dan mengangguk kan kepalanya.

"Yaudah gw siap-siap dulu" Ucap Evelyn.

Kaki Evelyn melangkah meninggalkan Caroline sendiri untuk menikmati kopi yang sudah di hidangkan dan makanan yang sudah di pesan oleh Bodyguard.

Caroline berpindah tempat, meletakkan makanan dan minuman nya di tempat bodyguard nya berada.

Mereka bertiga berdiri, ketika Caroline meletakkan pantatnya di kursi.

Mata Caroline melongo.

"Duduk, duduk. Kita akan pergi sebentar lagi. Jadi ayo habiskan makanan sama-sama" Ucap Caroline.

Ketiganya saling memandang, benar yang di katakan nona mereka. Banyak makanan yang belum di sentuh.

"Baik, nyonya" Ketiganya kembali duduk. Memakan makanan yang ada di atas meja dengan lahap namun sungkan.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Gimana menurut kalian part ini?
Semoga suka

23/07/22

CEO Sang Mafia 21+ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang