13 : Pendiam

70.3K 1.5K 2
                                    

Lalu aku mengucapkan kata-kata yang sama dengan devano.

"Saya mengambil Devano Lian Andrew menjadi Suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kami"

Lalu datang tiga wanita yang seumuran denganku membawa nampan yang di hiasi dengan indah, diatasnya terdapat kotak merah yang aku tau itu cincin pernikahan kami.

Aku memandang mereka, tersenyum sumringah merek sahabatku, Tania, Evelyn, dan Desy. Mereka berkata
"Kejutan" Ucap mereka sedikit berbisik.

Aku tersenyum, air mataku ikut mengalir, ini benar-benar pernikahan yang ku impikan. Aku sangat bahagia.

Mereka mendekatkan kotak cincin yang sudah di buka kepada devano.

Devano mengambil cincin kecil yang bersanding dengan cincin yang lebih besar.

Devano memegang tangan kananku menyematkan cincin kecil itu di jari manisku.

Aku melakukan hal yang sama ketika sahabatku menarik nampan ke arahku.

Aku mengambil cincin besar itu lalu menyematkan nya di jari manis tangan kanan devano.

Ketiga sahabatku pergi, kembali duduk di bangku tamu.

"Sekarang saya sahkan, kalian menjadi suami istri, selamat atas pernikahannya" Ucap pastor tersebut.

"Cium"

"Cium"

"Cium"

Dengan perlahan devano membuka veil yang menutup wajahku, devano menegang melihat air mata mengalir di pipiku.

"Kenapa kamu menangis" Ucapnya sendu dengan mengusap air mataku.

"Kamu membuat aku bahagia, dev. Terima kasih" Ucapku tersenyum.

Lalu berjinjit melingkarkan tanganku di lehernya, mendekatkan bibirku pada bibir tebal devano aku mengecupnya.

Devano menarik tengkuk ku ketika aku ingin melepaskan kecupanku.

Dia mengecupnya dan menghisapnya dalam.

"Lanjutnya nanti saja di kamar"

"Wahhh mataku ternodai"

"Teruskan, teruskan"

Ucap beberapa suara di kursi tamu. Aku yang malu memukul-mukul dada devano, dia melepaskan hisapan nya di bibirku.

"Kamu membuat aku malu" Ucapku mengalihkan wajah darinya.

"Kamu yang menggodaku, babe" Ucap devano tersenyum menggemaskan.

"Dia tersenyum"

"Dia akhirnya bertekuk lutut pada wanita"

Ucap beberapa suara dari kursi tamu.

Aku memandang devano dengan tatapan lembut.
"Terima kasih, sudah mengundang orang-orang berharga dalam hidupku pada acara ini" Ucapku padanya.

"Tidak masalah, babe. Aku ingin kamu bahagia" Ucap devano mengelus rambutku pelan karena terhalang oleh mahkota kecil di atas kepalaku.

"Aku ingin menemui sahabatku, apakah boleh?" Tanyaku untuk memastikan.

"Tentu saja, tapi jangan lepas dari pandanganku" Ucapnya tersenyum lalu mengelus pipiku lembut.

Aku mengangguk, lalu berjalan perlahan karena gaun yang aku kenakan.

Aku melihat Tania melambaikan tangan lalu berjalan ke arahku, menuntunku untuk berada di meja yang ia duduki, tentu saja sulit karena gaun yang aku kenakan.

Meja ini terdiri dari empat kursi untukku, Tania, Desy dan juga Evelyn.

Mereka banyak bertanya bagaimana aku bisa menikah, bagaimana perasaanku padanya.

Mereka bertanya terus, ya mereka Tania dan Desy.

Sedangkan Evelyn terdiam hanya mendengarkan, arah matanya menatap sosok lain.

Aku yang melihat Evelyn terdiam tidak biasanya.

ingin bertanya, tetapi Desy dan Tania terus memberiku pertanyaan yang membuatku lupa akan sosok Evelyn yang  pendiam.

~~~~~~~~~~~~~~❤❤❤~~~~~~~~~~~~~~

Jangan lupa
Vote
Comment
Ikuti aku
Tengkyuu Guyss 😘💕💕

CEO Sang Mafia 21+ [END]Where stories live. Discover now