Fünf : ❛One Night.❜

592 89 18
                                    

—[Satu Malam]—

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

—[Satu Malam]—

Suara embusan napas yang terdengar lelah mengalun hingga tertangkap pendengaran sang gadis. [Name] menolehkan kepala ke arah kanan. Di mana Gojo mendudukkan diri dengan raut wajah cemberut. Si gadis menaikkan kedua alis. Lantas, menghela napas juga. Pandangan mata kemudian teralihkan ke arah langit malam. Sinar rembulan menyinari mereka yang sedang duduk di teras rumah tradisional. Hanya berdua. Dengan kedua tangan yang masih saling menggenggam dengan paksa karena lem khorea.

Bunyi pesan masuk dari ponsel memasuki pendengaran. Si gadis menyalakan gawainya lalu membaca balasan dari orang yang ia mintai tolong untuk membeli gas beberapa waktu itu. Si gadis meringis setelah membaca sederetan kalimat. Lalu mematikan ponsel.

“Kenapa?” tanya Gojo. Saat ia menangkap suara rintihan sang gadis.

“Orang yang kuminta tolong tadi tidak bisa pergi. Katanya ... ban kendaraanya bocor. Lalu ... kalau pesan dengan cara lain. Ini sudah tengah malam ... memangnya masih ada yang kerja?” kata si gadis. Agak mengernyitkan kening. Ia curiga ada campur tangan gurunya dalam hal ini.

Gojo bungkam. Dalam diam melihat ke arah [Name] yang tampak santai. Padahal bisa dibilang, situasi ini berbahaya bagi seorang gadis. Berduaan di tempat yang sama dengan seorang pria setelah baru mengenal selama beberapa jam.

“[Name],” panggil Gojo.

“Hm? Kenapa?” Gadis itu menoleh ke arahnya. Melayangkan tatapan bertanya.

“Kenapa kau tenang begitu?” tanya si pria. Mengernyitkan kening. Apa gadis ini tidak menyadari bahaya yang bisa saja menghampirinya? Biasanya, jika dalam situasi seperti ini para gadis akan memberontak karena takut dan berpikir macam-macam. Namun, gadis ini malah adem saja.

“Oh, soalnya ... kalau aku panik. Nanti masalah ini tidak akan selesai ‘kan? Dibandingkan merasa tegang, berpikir jernih dan tenang lebih berguna.” Gadis itu mengedikkan kedua bahunya.

“Heee.” Gojo menyunggingkan senyuman. Cukup terkesan. Jarang ia bertemu orang yang tak mudah larut dalam aliran emosi jiwa. Pasti ada saja yang bisa menarik amarah. Mungkin karena stres? Entahlah. Gojo sering melihat itu terjadi pada orang-orang yang ia ajak bicara. Dan entah kenapa mereka tiba-tiba saja jengkel tanpa alasan. Padahal, dia tidak melakukan apa-apa.

“Kau sendiri keliatan tenang juga, ya?” [Name] memiringkan kepala.

“Mana mungkin aku panik dalam masalah kecil seperti ini ‘kan?” kata Gojo dengan nada remeh.

“Bisa saja ... kalau kau mau?”

“Hmmm ... mungkin saja?” Gojo mengusap dagu.

Si gadis menanggapi dengan senyuman. Lantas, mengalihkan pandangan ke arah bulan purnama. Menatap keindahannya dengan damai. Suasana sunyi, tapi terasa tenang hingga membuatnya merasa nyaman.[Name] lalu menguap. Tangan kanannya bergerak menutup mulut. Mungkin ini sudah tengah malam dan ia mengantuk. Rasanya ingin kembali ke kamar dan tidur, tapi situasi yang ia alami sekarang tidak mendukung.

Preciousness ❣ [uɿoƚɒꙄ oꞁoᎮ]Where stories live. Discover now